Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Yogyakarta Hj Dyah Suminar mengatakan, sejak ditetapkannya batik oleh UNESCO sebagai warisan dunia, maka batik semakin dikenal luas di kalangan internasional. Karenanya menurut dia, edukasi terhadap masyarakat tentang batik itu sendiri sangat penting. "Kita sendiri sering menghimbau masyarakat untuk lebih mencitai batik kita, dan pada para pengrajin kita jembatani untuk kepengurusan hak paten," paparnya pada pembukaan pelatihan membatik pada masyarakat di Griya UKM Yogyakarta, Selasa (23/2).
Saat ini kata dia, penguasaan pasar batik motif Yogyakarta khususnya di DIY baru mencapai 10-20 persen dibanding batik-batik dari daerah lain, seperti Pekalongan atau Solo. Padahal kata dia, kota Yogyakarta terkenal dengan keunggulan kain batiknya, dan banyak wisatawan yang datang langsung ke Yogyakarta untuk berburu batik. "Tetapi pada realitanya, batik motif Yogyakarta atau batik yang dibuat di Yogyakarta baru menguasai 10-20 persen pasar," jelasnya.
Kondisi itu kata dia, terlihat di beberapa pasar tradisional, khususnya Beringharjo yang justru lebih banyak dikuasi oleh batik produksi Pekalongan dibandingkan dengan batik motif Yogyakarta sendiri. Namun begitu kata dia, ketersediaan barang dan bahan batik bermotif Yogyakarta atau batik yang dibuat di Yogyakarta sendiri juga lebih sedikit dibandingkan motif batik daerah lain, sehingga hal itu juga mempengaruhi produksi busana motif batik Yogyakarta. "Jumlah pengusaha batik di Yogyakarta cukup banyak, namun produksinya belum mampu mencapai angka yang signifikan untuk lebih bisa menguasai pasar," tandasnya.