
Secara niskala (tidak nyata) kita memberikan sesajen dan secara skala (nyata) kita memberikan uang.
Seusai bersembahyang bersama di pura keluarga, warga yang memiliki kemampuan ekonomi lebih langsung bergegas ke halaman depan rumah. Kemudian tuan rumah menyiapkan sejumlah uang dari berbagai pecahan, mulai Rp 500 hingga Rp 100.000, untuk dibagikan kepada warga lainnya dengan cara disebar ke udara.
Warga yang kebanyakan adalah pemuda dan anak-anak ini kemudian saling berebut untuk menyambut "hujan uang" yang disebar tuan rumah. Tak jarang dari mereka ada yang saling dorong dan berjatuhan demi mendapatkan selembar uang Rp 1.000-an hingga Rp 100.000-an.
Menurut Ketut Alit Subagia, salah seorang warga yang menjadi tuan rumah, tradisi mesuryak ini merupakan simbol persembahan kepada leluhur yang sudah meninggal agar mendapat tempat yang layak. "Secara niskala (tidak nyata) kita memberikan sesajen dan secara skala (nyata) kita memberikan uang sebagai bentuk nyata," ujar Ketut Subagia.
Bagi sebagian warga, mereka meyakini, dengan menyebar uang saat Kuningan akan mendapat timbal balik atau rezeki lebih karena telah membekali leluhur mereka yang sudah meninggal. sumber kompas