Showing posts with label teroris. Show all posts
Showing posts with label teroris. Show all posts

Dua Perempuan Ledakkan Dua Stasiun kereta Bawah Tanah Moskow

Dua Perempuan Ledakkan Dua Stasiun kereta Bawah Tanah Moskow, Ledakan yang terjadi pada dua stasiun kereta bawah tanah (subway) di Moskow, Rusia, dipastikan akibat aksi terorisme. Dua pelaku adalah perempuan pengebom bunuh diri. Demikian ungkap pejabat di Rusia menanggapi insiden yang terjadi Senin pagi waktu setempat, pada saat jam berangkat kerja. Jumlah korban kini bertambah, yaitu sedikitnya 35 tewas dan lebih dari 30 lainnya luka-luka.

Walikota Moskow, Yuri Luzhkov, mengungkapkan bahwa kedua ledakan dilakukan oleh dua perempuan pengebom bunuh diri. Pihak keamanan menyatakan bahwa ledakan pertama terjadi di suatu kereta bawah tanah, sedangkan lokasi ledakan kedua masih diselidiki.

"Menurut data dari Dinas Keamanan Federal [FSB], terdapat dua perempuan pengebom bunuh diri," kata Luzhkov. Namun, dia tidak menyebutkan identitas dan dari mana kedua pengebom itu berasal.

Juru Bicara Kementrian Penanggulangan Darurat, Veronika Smolskaya, mengungkapkan 23 orang tewas pada ledakan pertama di stasiun Lubyanka yang terletak di Moskow bagian tengah. Stasiun itu berlokasi di bawah sejumlah gedung yang menjadi kantor pusat Dinas Keamanan Federal - yang dulunya adalah Badan Intelijen KGB. Ledakan kedua terjadi di stasiun Park Kultury sekitar 45 kemudian setelah peristiwa pertama. Dalam ledakan itu sedikitnya 12 orang tewas.

Ini bukan kali pertama Moskow diguncang ledakan di stasiun subway. Pada Agustus 2004, seorang pengebom bunuh diri beraksi di suatu stasiun, menewaskan 10 orang. Kelompok separatis Chechen dituding saat itu dituding bertanggungjawab melakukan terorisme.Selain kembali mencurigai teroris Chechen, pihak keamanan Rusia juga tidak menutup kemungkinan ada kelompok lain dari kawasan Kaukasus Utara yang merancang serangan terbaru

Densus 88 Ganti Nama Menjadi Den-Susno

Densus 88 Ganti Nama Menjadi Den-Susno ; Rapat dengar pendapat antara Polri dan Komisi Hukum Dewan hujan pertanyaan soal kasus-kasus terkini yang ditangani Polri. Namun, ada juga yang menyelipkan banyolan.

Nasir Djamil dari PKS, mempertanyakan mengapa para tersangka teroris ditembak mati ketika digerebek. "Padahal kan kalau ditangkap hidup-hidup akan banyak informasi yang didapat," kata dia di Gedung Dewan, Senayan, Jakarta, Senin 26 April 2010.
Lagipula, kata dia, bukan Densus 88 yang melakukan tindakan, tapi ada yang dilakukan polisi biasa. "Ada usulan ganti saja Densus 88 dengan Den Susno," kata dia bercanda.

Beberapa buron kakap terorisme ditembak mati ketika digerebek. Misalnya, Noordin M Top yang ditembak mati di Jebres Solo dan Dulmatin, yang tewas di sebuah warnet di Pamulang. Nasir juga mempertanyakan kasus LC Bank Century fiktif yang menjerat politisi PKS, Misbakhun.

Kata Nasir Djamil, dia yakin presiden tidak mengurusi hal-hal kecil seperti itu. "Presiden itu baik, tapi orang-orang di sekelilingnya suka cari muka," kata dia. "Seperti halnya Firaun," kata Nasir, perkataannya terpotong protes anggota dewan yang mempertanyakan maksud pernyataannya itu.

Soal Misbakhun, tambah dia, memang benar dia adalah Komisaris PT Selalang tapi ada dokumen yang membuktikan dia tak bersalah. "Apakah ini yakin tak ada tekanan atau pesanan," tambah dia.

Jebolan IPDN Terlibat Terorisme

Jebolan IPDN Terlibat Terorisme, Salah satu lulusan IPDN Gema Awal Ramadhan ditangkap oleh polisi karena terkait terorisme. Sampai saat ini belum ada konfirmasi dari pihak IPDN.

Okezone berusaha menghubungi Humas IPDN Sudaryana, namun tidak ada jawaban dari hapenya. Sudaryana kemudian hanya membalas dengan SMS, "Maaf untuk sementara saya tidak bisa menerima telepon tolong sampaikan lewat pesan. Trimakasih."

Namun setelah dikirimkan pesan singkat untuk meminta konfirmasi terkait hal itu, Sudaryana kembali tidak menjawab.Sementara itu, Rektor IPDN Nyoman Sumaryadi yang coba dihubungi melalui teleponnya, tidak mengangkat teleponnya.

Sebelumnya diberitakan, polisi merilis 40 nama orang yang telah ditangkap karena diduga kuat terlibat jaringan kelompok terorisme. Di antara 40 nama itu, tiga orang yang ditangkap ternyata lulusan IPDN.

Mereka adalah Gema Awal Ramadhan, lulusan IPDN 2006, Agam Fitriadi alias Afit alias Syamil asal Aceh lulusan IPDN 2005, dan Yudi Zulfahri alias Barok asal Aceh yang lulus IPDN 2006.

Yang mengejutkan, Gema disebut-sebut adalah mantan praja IPDN yang menjadi salah satu pelaku pembunuhan seorang praja IPDN Wahyu Hidayat pada 2003 lalu. Hal ini diungkapkan mantan dosen IPDN Inu Kencana. "Gema itu salah satu yang membunuh Wahyu Hidayat," katanya.

Daftar Nama-nama Teroris yang DPO

Daftar Nama-nama Teroris yang DPO, Mabes Polri menyakini pelatihan teroris yang digelar di Aceh besar beberapa waktu lalu diikuti sekira 71 orang. Setidaknya 40 di antaranya telah ditangkap maupun tewas, sedangkan 31 orang lainnya masuk dalam daftar pencarian orang.

Berikut 31 nama orang yang masuk daftar pencarian orang tersebut sebagaimana dikutip rilis yang diterima dari Mabes Polri, Kamis (18/3/2010):

1. Abu Yusuf alias Mustaqim, pimpinan latihan pelatih menembak lulusan akmil JI Mindanau DPO asal Lampung,
2. Ustaz Ziad alias Deni Suranto alias Toriq DPO asal Solo,
3. Ustaz Ubaid alias Adi alias Jakfar DPO asal Magetan,
4. Abu Asma alias Pandu DPO asal Solo,
5. Rakhmat alias Tono alias Bayu Seno DPO asal Solo,
6. Usman alias Gito DPO asal Lampung,
7. Firin alias Rambo DPO asal Solo,
8. Abdullah Sonata DPO yang juga pernah menyembunyikan dr Azhari dan noordin saat pelarian, serta perencana latihan dan rekruitmen peserta latihan militer,
9. Pak Tuo alias Saptono DPO asal Bandung,
10. Maulana alias Muklis DPO asal Bogor,
11. Mushab alias Subho alias kholil DPO asal Pamulang,
12. Kamal alias Abdul Hamid DPO asal Majalengka,
13. Tongji alias Ustaz Warsito alias Hasbi DPO asal Pamulang
14. Ali alias Fani DPO asal Pamulang,
15. Babeh alias Hamzah alias Reza DPO asal Cileduk (diduga sepupu Shireen Sungkar),
16. Abu Abi alias Yusuf DPO asal Pandeglang,
17. Rauf alias Kholiq DPO asal Pandeglang, Banten
18. Fadil DPO asal Jawa Tengah,
19. Zuhair DPO asal Jawa Tengah,
20. Lukman DPO asal Banda Aceh,
21. Muhsin alias Imam Muda alias Acong DPO asal Aceh,
22. Ismail,
23. Mr x, anak angkat Saptono DPO asal Pandeglang,
24. Taufik alias Abu Sayaf alias Alex alias Nurdin DPO asal Aceh,
25. Azwani alias Abu Musab alias Maratunsi DPO asal Aceh,
26. Abu Rincung DPO asal Aceh,
27. Abid DPO asal Aceh,
28. Alek DPO asal Aceh,
29. Abu Syam alias Syamsuddin,
30. Ayub alias Abu Ishak DPO asal Depok, dan
31. Imam alias Yasir alias Harun asal Jakarta.

Penyebaran nama ini agar masyarakat yang mengetahui keberadaan mereka bisa menghubungi Kepolisian,” kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Edward Aritonang kepada wartawan di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta

Data 5 Warga Lampung yang diduga terlibat terorisme Dipalsukan

Data 5 Warga Lampung yang diduga terlibat terorisme Dipalsukan, Data lima warga Lampung yang diduga terlibat terorisme sebagaimana dilansir Polda Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Senin (15/3) lalu kemungkinan dipalsukan. Kelimanya yakni Agus Sutan Sakti dan anak kedua, tiga, enam, serta tujuh lelaki asal Kelurahan Metro, Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro, itu. Berturut-turut Armen (42), Gusmeli (41), Adri (33), dan Gusneli (30).


Direktur Direktorat Intel dan Keamanan (Dirintelkam) Polda Lampung Kombespol Suroso Hadi Siswoyo menegaskan hal itu semalam (17/3). ’’Karenanya, ini akan kami perdalam,” ungkapnya. Selain dugaan pemalsuan data administrasi kependudukan, ia melontarkan kemungkinan lain. Yaitu hanya kesamaan nama. Sebab, Gusmeli, yang ditangkap Densus 88 Mabes Polri di Aceh, mengaku warga Desa Pelindungjaya, Kecamatan Gunungpelindung, Lampung Timur.

’’Adapun pekerjaannya di Lamtim sebagai guru mengaji di Masjid Al Jihad yang posisinya tidak jauh dari tempatnya tinggal,” terang Suroso. Ia menunjukkan pesan singkat dari salah seorang anggota Densus 88 kepada Radar Lampung.

Sebelum hijrah ke Aceh, Gusmeli sempat mampir ke Pondok Pesantren Almuksin di Kota Metro. Dari data awal yang diterima, Gusmeli pengikut Heru Liyanto, Sulaiman alias Sule, maupun Adu Batok yang telah lebih dahulu ditangkap.

’’Ketiga tokoh karismatik inilah yang menggerakkan Gusmeli untuk berangkat ke Aceh. Bahkan keempat orang ini singgah ke Jambi sebelum meneruskan ke Aceh,” paparnya.
Gusmeli, lanjutnya, merupakan istri dari Datuk Palimo, kelahiran Bukittinggi 18 Agustus 1945. Sementara Gusmeli sendiri lahir di Bukittinggi pada 7 Maret 1967.

Mereka memiliki satu anak kandung bernama M. Rizki yang lahir di Pelindungjaya pada 31 Januari 1999. Selain itu, satu anak angkat bernama Fifi Apianti yang lahir di Pelindungjaya 5 Januari 1995. ’’Data tersebut di atas dilengkapi surat keterangan dari kepala desanya,” beber Suroso.

Peran Gusmeli hanya support agen atau pendukung. Bukti kuat bahwa ia sebagai jaringan di level atas belum ditemukan. ’’Keterlibatannya sejak tahun 2006,” kata dia.

Bagaimana dengan Heru Liyanto yang semua identitasnya sama dan hanya berbeda umur? ’’Meski ada kesamaan, kami tetap berpegang pada data yang diberikan Mabes Polri,” singkat alumnus Akpol 1985 itu. sumber http://www.radarlampung.co.id/web/berita-utama/10597-data-5-warga-lampung-dipalsukan-.html

Pimpinan Teroris Dulmatin Sukses Rekrut Kalangan Birokrat

Pimpinan Teroris Dulmatin Sukses Rekrut Kalangan Birokrat , Sosok pimpinan teroris serbabisa benar-benar melekat pada Dulmatin. Tak hanya jago meracik bom dan gerilya, dia juga seorang perayu nomor wahid. Jaringannya bahkan bisa merekrut orang-orang di instansi pemerintahan untuk bergabung.

Dari 30 anggota jaringan Dulmatin yang kini diinterogasi serius polisi, tiga di antaranya eks birokrat. Mereka adalah Sofyan Tsauri, Fauzi Syarif, dan Yudi Zulfahri.
Sofyan adalah desersi Polres Depok tahun 2008 berpangkat terakhir brigadir. Fauzi adalah mantri kesehatan yang juga pegawai negeri sipil (PNS) di Pemkot Tangerang dan Yudi alumnus STPDN tahun 2007.

Selain mengejar orang-orang yang belum tertangkap, Densus 88 juga menginvestigasi seberapa besar jaringannya di birokrasi. ’’Mereka masih bungkam. Belum mau membuka siapa saja orang lain yang berhasil dipengaruhi,” ujar seorang perwira penyidik kemarin (14/3).

Polisi curiga, tak hanya tiga orang itu yang sukses dirayu Dulmatin. ’’Kalau dari pola operasinya, Dulmatin memang memilih sasaran orang secara khusus untuk memuluskan aksinya,” kata sumber itu. Keberhasilan Dulmatin memperoleh identitas ktp atas nama Yahya Ibrahim di Ciracas, Jakarta Timur (Jaktim), juga menimbulkan kecurigaan aparat. Apalagi, berkat ktp itu, Dulmatin bisa memperoleh paspor secara legal dan sah di Kantor Imigrasi Jaktim. ’’Dengan paspor itu, Dulmatin bisa keluar masuk dengan mudah karena paspornya bukan palsu,” terang sumber.

Salah seorang pembantu utama Dulmatin, yakni desertir polisi Sofyan Tsauri berhasil dipengaruhi sejak 2006. Bahkan dalam kesehariannya saat bertugas di Polres Depok, Sofyan sudah mulai bertingkah beda. Hal ini juga diakui salah satu mantan pimpinan Sofyan di Polres Depok.

Kepada Indopos (grup Radar Lampung), Kasatsamapta Polres Depok Kompol Putu Sumada mengatakan, saat menjadi anak buahnya, Sofyan tidak mau menyebutkan Tribrata dengan alasan haram karena menjunjung tinggi NKRI. ’’Itu penghinaan pada korps. Kita harus hafal Tribrata, jangan sampai seperti Sofyan yang kini terlibat jaringan teroris,” ujar Putu pada wartawan di Depok.

Saat itu, Sumada marah besar pada Sofyan. ’’Saya ingat dia tidak mau ucapkan Tribrata, katanya haram. Padahal, itu seperti Pancasila, tuntunan hidup Polri. Karena itu, dia langsung saya tempeleng,” ujarnya.

Setelah kejadian tersebut, lanjut Sumada, Sofyan tak pernah masuk bekerja lebih dari tiga bulan. Akhirnya, dia dipecat tahun 2008 akibat desersi. Sumada mengingatkan kepada para anggotanya untuk dapat berkomitmen kepada Polri dan tidak seperti Sofyan. ’’Saya malu disebut ada eks anggota saya yang menjadi teroris. Dari Sabang sampai Merauke jangan sampai ada anggota Polri yang seperti Sofyan,” katanya.
Sofyan merupakan operator penyedia dan penyuplai senjata bagi kelompok Dulmatin untuk berlatih di Aceh. Pria yang pernah tinggal di Puri Mandala, Cimanggis dan Limas Elok, Depok, itu sekarang ditahan di Rutan Brimob Kelapa Dua Depok.

Seorang mantan kombatan yang pernah mengenal Sofyan menilainya sebagai polisi yang jujur. ’’Justru dia itu dipecat karena hendak poligami, bukan karena desersi,” kata ustad yang tinggal di Jakarta itu.

Dia ingat, saat bertemu Sofyan di sebuah majelis taklim. ’’Saat itu akhi (saudara, Red) Sofyan bilang rindu ingin berjihad. Saya jawab, kalau antum (kamu) polisi, ya berjihad dengan memberantas kemaksiatan, perangi judi dan narkoba,” kata sumber itu. Januari 2008, dia hilang kontak dengan Sofyan. ’’Saya tahu kalau dia ikut ditangkap saat Kapolri mengumumkan di televisi,” tuturnya.

Selain Sofyan, pembantu Dulmatin yang punya peran penting adalah Fauzi Syarif, seorang pegawai Pemerintah Kota Tangerang. Fauzi tercatat sebagai kepala Subbagian Tata Usaha Puskesmas Karang Tengah Pemkot Tangerang. Dia juga pernah menempuh pendidikan magister ilmu kesehatan masyarakat di sebuah universitas di Jakarta.

Fauzi menjadi tersangka karena diduga menyediakan safe house (rumah perlindungan) sementara bagi anggota jaringan Dulmatin. Dua pengawal Dulmatin, yakni Ridwan dan Hasan Nur, ditembak tak jauh dari rumah Fauzi. Di rumah Fauzi juga diamankan handycam dan laptop. Dari pemeriksaan sementara, handycam dan laptop itu berisi materi indoktrinasi paham jihad ala Dulmatin.

Anak buah Dulmatin lainnya yang jadi key person (kontak) Dulmatin di Aceh yaitu Yudi Zulfahri ternyata alumni Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri tahun 2007. STPDN selama ini menerapkan sistem disiplin yang ketat dan diawasi langsung Kementerian Dalam Negeri.

’’Yudi adalah orang yang memfasilitasi kelompok Dulmatin masuk Aceh. Dia asli Aceh dan digunakan untuk membuka jalan latihan,” kata Kapolri saat mengumumkan peranan Yudi beberapa waktu lalu.

Dosen Univeristas Syah Kuala, Aceh, Al Chaidar menilai Yudi telah diincar untuk direkrut sejak lama. ’’Jaringan seperti mereka sudah ada perencanaan yang lama. Kita butuh orang ini, perannya ini, kira-kira siapa yang bisa, itu sudah dipikirkan jauh-jauh hari,” katanya saat dihubungi kemarin.

Mantan aktivis Darul Islam itu menilai, orang-orang yang sudah berhasil dipengaruhi Dulmatin menyebar di berbagai bidang. ’’Saat ini tentu mereka akan kocar-kacir beberapa saat. Tetapi, setelah itu pasti ada konsolidasi ulang,” katanya.

Penulis buku Negara Islam Indonesia itu menyebut waktu enam bulan cukup bagi jaringan untuk re-grouping (berkumpul ulang, Red). ’’Jadi, ini seperti perusahaan outsourcing. Kira-kira butuh orang dengan keahlian apa, diincar, lalu ditugaskan orang untuk merekrutnya,” katanya.

Jika polisi saja bisa direkrut, kata Al Chaidar, nyaris semua level profesi bisa dipengaruhi jaringan Dulmatin. ’’Abu Haikal, misalnya. Dia mantan dosen, seorang intelektual,” katanya. Abu Haikal adalah nama alias dari Bakti Rasna yang tinggal di kompleks Pondok Sukmajaya Blok F2 RT 2/2 No. 16. Sukmajaya, Depok.

Sejumlah warga sekitar membenarkan Bakti adalah mantan dosen Universitas Pancasila.
Menurut Al Chaidar, langkah polisi perlu dievaluasi. ’’Jaringan seperti ini tak akan habis kalau hanya represif. Sebaliknya justru berkembang pesat,” kata penulis buku Aceh Bersimbah Darah itu.

Mantan anggota Jamaah Imran Umar Abduh menilai kematian seorang teroris justru akan menghidupkan jaringan. ’’Bagi mereka, kematian adalah pupuk perjuangan. Apalagi, mereka meyakini bahwa yang meninggal syahid dan siapa saja pasti siap menggantikan,” jelas Umar yang pernah dipenjara dalam kasus pembajakan pesawat Garuda 1981 itu.

Kadivhumas Mabes Polri Edward Aritonang memastikan semua jaringan Dulmatin akan diurai. Menurutnya, ada dua kelompok utama yang sekarang ditarget polisi. Kelompok pertama adalah DPO lama yang memang sudah ada dalam database Polri. ’’Kelompok yang kedua adalah orang-orang baru yang terkait Aceh maupun jaringan lainnya,” terangnya Sabtu (13/3).

Napi Terorisme
Penanganan narapidana terorisme di Indonesia harus segera dibenahi. Meskipun 452 orang sudah ditangkap dan 200 di antaranya dibebaskan dari hukuman, teror tetap berlanjut. Bahkan, yang terbaru, anggota jaringan Dulmatin ternyata banyak disokong residivis kambuhan kasus terorisme.

Peneliti Research Center for Terrorism and Security Rakyan Adibrata menilai program deradikalisasi Polri harus segera dibenahi. ’’Harus dicari di mana salahnya. Saat ini kami sedang meriset berapa banyak mantan napi terorisme yang ditangkap lagi dengan kasus yang sama,” kata Rakyan di Jakarta kemarin (14/3).

Dia mencontohkan, jaringan Noordin dahulu juga disokong residivis terorisme seperti Air Setyawan dan Bagus Budi Pranoto alias Urwah. Sekarang, Dulmatin juga disokong jaringan lama yang pernah ditahan seperti Encang Kurnia dan Ismet Hakiki yang terlibat dalam pengeboman Kedutaan Besar Australia 2004.

’’Ada yang salah dalam sistem rehabilitasi. Penjara ternyata tidak bisa mengubah pola pikir, ideologi, dan konsistensi perjuangan seorang teroris dalam versinya sendiri. Pendekatan Densus 88 juga tampaknya tidak efektif,” kata alumnus Fakultas Hukum UII itu.

Kadivhumas Mabes Polri Irjen Edward Aritonang di Jakarta Sabtu lalu (13/3) menyebutkan, program-program seperti perluasan lapangan kerja dan pemberian bantuan modal kerja bisa mengurangi terorisme. ’’Program deradikalisasi di Polri jalan terus, tentunya dengan berharap bantuan seluruh masyarakat,” katanya

Hubungan Kasus skandal century,Isu Teroris dan Kedatangan Obama

Hubungan Kasus skandal century,Isu Teroris dan Kedatangan Obama, Ketika kasus “skandal century” mencapai antiklimak melalui sidang paripurna DPR (3/3/2010), isu terorisme muncul lagi dan memegang estafet. Peristiwa ini mencuat dipermukaan sejak media memberitakan upaya penggerebakan kelompok bersenjata yang tengah mengadakan latihan militer di pegunungan Jalin, Jantho, Aceh Besar yang diduga berlangsung sejak September. Penggerebekan tersebut dilakukan pada Senin malam, 22 Februari lalu.

Jaringan kelompok ini sempat terendus di Pancal dan Saree (lembah Seulawah-Aceh besar). Polisi mengaku menangkap sejumlah orang dari dua tempat ini, yang kemudian di boyong ke Jakarta. Selain itu juga terendus kembali posisinya di sekitar perbukitan Desa Bayu, Kemukiman Lamkabeu, Kecamatan Seulimum, Aceh Besar hingga akhirnya pecah kontak tembak pada hari Kamis.

Korbanpun berjatuhan di pihak polisi dan kelompok Jalin. Masyarakat sipil juga menjadi korban dalam peristiwa ini.

Selama pengepungan dan kontak senjata, angka korban, dari pihak Brimob 11 luka-luka (satu kemudian dievakuasi ke Jakarta untuk perawatan intensif), 3 personel meninggal (termasuk satu anggota Densus 88 Antiteror).

Dari kelompok bersenjata 18 Ditangkap (semuanya diboyong ke Jakarta, termasuk dua orang yang ditangkap pada hari Senin karena diduga menjadi pemasok senjata (8/3) di Jawa Barat dan Jakarta), 2 meninggal (di Padang Tiji dan Lamkabeu), 2 senjata dan ratusan butir peluru disita. Dari pihak warga sipil 2 meninggal (satu di Jalin dan satu di Desa Bayu), 1 luka-luka. (acehkita.com, 8/3)

Lagi-lagi kita disuguhi “drama” demikian mudahnya penghakiman terhadap kelompok bersenjata ini dengan sebutan 'teroris'. Hanya karena ditemukan beberapa barang yang diduga milik kelompok bersenjata tersebut terkait dengan simbol-simbol Islam (misalnya, buku-buku Islam dan atribut pakaian koko dll), dan ditangkapnya beberapa orang dari luar Aceh yang terlibat.

Demikian pula kejahatan media bertabur pada isu ini, karena dengan mudahnya menjustice (menghakimi) bahwa ini adalah kelompok teroris bahkan berlebihan dengan membangun opini, kelompok teroris ini berusaha menjadikan wilayah Aceh Besar di jadikan “AKABRI-nya” teroris, dan di jadikan “Mindanao”nya, dan sebutan-sebutan hiperbol (berlebihan) lainya.

Seolah media menemukan momentum untuk kembali membuat narasi, yang dalam beberapa waktu mengalami kesulitan untuk melakukan “image bulding” pasca tewasnya Noordin M Top dan di eksekusinya Syaifudin Zuhri di Ciputat agar isu terorisme bisa di terima oleh publik dan menjadi payung moral setiap langkah penanganan oleh pihak kepolisian sekalipun dengan cara-cara yang diduga sarat melanggar HAM, karena banyak orang-orang yang diduga teroris di eksekusi mati saat penggerebekan.

Para pengamat juga tidak mau ketinggalan ikut menabuh genderang “analisis” yang tidak jarang sangat prematur, berdasarkan sangkaan dan dugaan semata-mata, tapi seolah sepakat untuk mentahbiskan keterkaitan kelompok ini dengan jaringan Jama’ah Islamiyah bahkan jaringan al Qoidah. Ditambah dengan munculnya blok di internet pengakuan Tandzim al Qaidah Aceh (yang sulit di verifikasi kebenarannya), dan menyematkan kepadanya tentang potensi ancaman terhadap keamanan Indonesia bahkan untuk keamanan Selat Malaka.

Wajar Pro dan Kontra

Tentu bagi masyarakat Aceh istilah teroris menjadi suatu yang ganjil, karena dalam kamus sejarah Aceh tidak pernah mengenal dan tidak ada teroris. Maka ini melahirkan tanda tanya dan pro-kontra, masyarakat kembali di hadapkan pada sikon yang tidak nyaman dengan sweeping dibanyak tempat dan ini membangkitkan trauma masa lalu selama konflik.

Komite Peralihan Aceh (KPA) wilayah Pase melalui juru bicaranya Dedi Syafrizal dalam jumpa pers di kantor Partai Aceh Lhokseumawe (1/3), menilai bahwa pemberitaan adanya gerakan terorisme di Aceh merupakan isu murahan.

Bahkan dinilai tidak rasional jika ada teroris yang muncul di Provinsi Aceh. Berita bahwa adanya gerakan teroris di Aceh sangat tidak berdasar. Ini diduga hanya sebuah rekayasa oleh oknum tertentu untuk kepentingan kelompok maupun pribadi. Kondisi itu seperti sudah direncanakan bukan terjadi dengan tiba-tiba.

Malah setiap pergerakan membuat warga sipil mendapat musibah. “Kami mengklaim bahwa tidak ada gerakan teroris di Aceh umumnya dan Aceh Utara khususnya. Apalagi ada informasi sudah berada di Aceh sejak tahun 2005. Ini sangat tidak dapat diterima oleh akal sehat. Kami menilai ini hanya kerjaan orang-orang yang tidak menginginkan Aceh tetap damai.

Adapun alasannya sangat gampang dilihat dengan kondisi daerah Aceh saat ini. Dari sejumlah pemberitaan terkait isu teroris jaringan jamaah Islamiah, bahwa target mereka adalah pihak asing. Sedangkan saat ini orang asing yang berada di Aceh sangat sedikit dan itupun sedang dalam misi kemanusiaan.

“Dari sejumlah deretan peristiwa pasca perdamaian, ada sejumlah anggota KPA yang menjadi korban. Termasuk kejadian penggrebekan yang dikabarkan tempat latihan terorisme di Aceh Besar. Itu juga membuat anggota KPA (dengan nama julukan “ayah rimba” ) menjadi korban.(Rakyat Aceh.com,2/3)

Anggota Komisi VIII DPR-RI Sayed Fuad Zakaria mempertanyakan sejauh mana dugaan adanya keberadaan jaringan teroris di Aceh dan kenapa baru sekarang diketahui. Mantan Ketua DPRA ini menambahkan, sebagaimana diketahuinya, daerah Aceh yang merupakan paling ujung Sumatera ini justru tidak pernah terdengar adanya kelompok jaringan Jamaah Islamiyah yang selama ini dicap sebagai kelompok teroris.(Rakyat Aceh.com, 2/3)

Membaca Sebuah Kejanggalan

Isu terorisme kali juga tidak lepas dari kejanggalan yang berefek munculnya pro-kontra.

Pertama; Mengingat isu ini muncul sedemikian rupa di saat antiklimak kasus skandal Bank Century yang dibawa ke sidang paripurna DPR dan menghasilkan keputusan melalui voting opsi- C yang mengarah kepada “kontraksi kekuasaan” jika hasil sidang DPR ini dilanjutkan keputaran berikutnya.

Kedua; Begitu juga isu ini muncul jelang kedatangan Obama ke Indonesia, dan seolah menjadi sesuatu yang harus dimunculkan melalui perhatian pemerintah ketika presiden RI (SBY) saat memimpin rapat terbatas bidang politik, hukum dan keamanan (Polhukam).

SBY menagih tindak lanjut pemberian grasi dan pemberantasan terorisme. SBY juga mengingatkan pemberantasan terorisme tetap menjadi agenda dalam penegakan hukum dan HAM. (detik.com, 5/3)

Begitu juga dengan sigap SBY memberikan pernyataan resminya melalui media televisi, bahwa kelompok Jalin tidak terkait dengan GAM dan lebih condong kepada justifikasi kelompok tersebut adalah teroris dan sikap ini juga di aminkan oleh penguasa setempat (Aceh; Irwandi Y).

Ketiga: Selain itu, proyek kontra-terorisme menjadi salah satu prioritas 100 hari program kerja pemerintahan SBY, dalam 100 hari itu diharapkan bisa dirumuskan blue print tentang penanganan terorisme ini dan implementasinya tentu membutuhkan waktu panjang dan lebih dari 100 hari. Hal ini menjadi salah satu substansi dari pertemuan National Summit di Jakarta pada 29-31 Oktober 2009.

Lebih lagi komitmen pada isu terorisme ini juga menjadi kesepakatan dan pembicaraan antara Obama dan SBY saat pertemuan terbatas di Singapura dan saat kunjungan Obama ke Indonesia akan kembali menjadi substansi dan komitmen kedua belah pihak Indonesia-AS.

Negeri tetangga (Singapura) menjadi basis upaya kontra terorisme untuk kawasan Asia Tenggara, dalam kasus ini juga buru-buru mengeluarkan pernyataan warning atas acaman perompak di Selat Malaka yang kemudian dikaitkan dengan aksi terorisme di Aceh.

Keempat: Sementara fakta di lapangan menunjukkan perihal yang berbeda dengan statemen politik pemerintah dan pihak kepolisian, demikian juga opini yang dibangun media (terutama sebuah media TV yang seolah mendapatkan hak eksklusif untuk menayangkan dan reportase langsung dari lapang, yang ini tidak bisa dilakukan oleh media lain karena tidak diberikan akses untuk melakukan hal yang sama).

Karena beberapa fakta di lapangan (dari investigasi penulis dapatkan) membeberkan beberapa hal berikut: Dalam proses penyergapan tanggal 3 maret 2010, ada korban salah tembak yaitu “ayah Rimba” (nama panggilan) dia merupakan mantan salah satu panglima sagoe di wilayah Aceh Besar. Kenapa seorang panglima sagoe bisa ada ditempat penyergapan tersebut ?

“Ayah Rimba” berdalih sedang memancing di tempat tersebut, ini merupakan hal sangat janggal. Pengakuan dari salah satu aparat yang terlibat penyergapan menyebutkan bahwa terdapat sms dalam pesawat HP “Ayah Rimba” isinya “kapan turun, saya sudah siapkan mobil dibawah”.

Tentu substansi sms ini melahirkan pertanyaan keterkaitan sekelompok orang yang diduga teroris dengan mantan kombatan GAM sekalipun bersifat personal “Ayah Rimba”. Begitu juga adanya nama Yudi yang ditangkap pada penyergapan 3 Maret juga ada keterkaitan dengan kelompok masa lalu di Aceh.

Kelima: Banyaknya korban jiwa dari pihak polri menunjukan bahwa kelompok bersenjata Jalin begitu menguasai medan lapangan dan sangat terlatih dalam perang gerilya. Pertempuran hanya berlangsung disekitar lembah gunung Seulawah, dan dalam waktu yang cukup panjang 22 jam. Ini menunjukan bahwa taktik dan strategi perang gerilya yang cukup berpengalaman, dengan jumlah personel polri ratusan tidak mampu menyelesaikn pertempuran sengit yang hanya melawan puluhan teroris. Kemampuan menguasai medan dan taktik gerilya hanya dimiliki oleh orang-orang yang terlatih dan biasa dengan habitat hutan.

Keenam: Mengapa mereka memilih tempat di pengunungan Jalin Jantho ? Pegunungan Jalin Jantho adalah tempat yang paling kondusif untuk melakukan latihan perang. Masing-masing wilayah dimasa lalu dibawah seorang panglima, dalam kontek pasca perdamaian fakta dilapangan tidak semua kombatan selaras dan loyal dengan seluruh keputusan politik pimpinan tertingginya.

Kekecewaan sangat mungkin terjadi, dan diwilayah-wilayah tertentu komponen yang bersebrangan mengakomodir aktifitas (latihan dan semisalnya) orang-orang yang sevisi dan seideologi. Karena suatu hal yang aneh jika ada sekelompok orang berlatih perang tanpa terhendus oleh warga, dan di aceh itu bisa terjadi karena jaminan atau sepengetahuan “penguasa” wilayah tersebut.

Seperti halnya pernyataan salah seorang anggota DPRK Lhokseumawe dari Partai Aceh, Sudarwis sejauh ini, pihak KPA punya jaringan mulai dari tingkat pemerintahan hingga pedesaan. Jadi menurutnya tidak mungkin ada aksi lain yang tidak terpantau oleh mereka. (RakyatAceh.com,2/3).

Menjadi lebih aneh,kalau aktifitas kelompok bersenjata dan di tuduh kelompok teroris ini sudah berlangsung sejak beberapa tahun lalu seperti pernyataan Irwandi (Gubernur, Aceh 9/3). Pertanyaannya, kenapa baru saat ini diungkap dan dilakukan penyergapan? Bukankah langkah penangangan terorisme juga menempuh strategi preventif? Hingga tidak perlu menunggu kelompok ini tumbuh dan berkembang besar.

Dan masih banyak fakta yang ditutupi dengan isu terorisme, dari sebuah fenomena “friksi lokal” terkait sebuah visi politik perjuangan untuk masa depan Aceh. Dan friksi ini dikawatirkan mengancam kelangsungan perjanjian Helsinski, dan karena pertimbangan politik harus dibelokkan kepada isu teroris, dan harus diseterilkan keterkaitan dengan kelompok masa lalu.

Langkah dan dukungan politik kelompok lokal Aceh telah banyak memberi keuntungan kepada penguasa saat ini. Lebih jauh lagi, kita menghendus upaya-upaya mendiskriditkan dan mewaspadai dayah-dayah (pesantren di Aceh) karena di duga melindungi atau menjadi tempat persembunyian “teroris”, karena kelompok yang berseberangan dengan faksi GAM yang berkuasa saat ini memang banyak basis dukunganya adalah dari kalangan dayah.

Di tambah orang-orang dayah memiliki pemahaman yang utuh dan benar tentang Islam dan syariatnya, tentu akan memiliki prespektif yang bersebarangan terhadap kekuasaan di Aceh saat ini yang dianggap tidak respech kepada upaya penerapan syariah Islam.

Tentu memungkinkan pada titik ini, isu teroris akan menemukan relevansinya dengan Islam dan kelompok-kelompok yang mengusung sayariat Islam. Suatu yang mungkin juga, ketika aksi kelompok Jalin meng-eskalasi lebih luas teritorialnya dan dukunganya maka posisi TNI yang saat ini di posisikan “diam” akan kembali berperan di Aceh, dengan misi baru pemberantasan terorisme, padahal sesungguhnya nanti yang di lakukan adalah memusuhi orang-orang Islam yang coba memperjuangkan syariat. Umat akan di jadikan musuh, dan skenario busuk adu domba seperti ini niscaya terjadi.

Tidak cukup sampai disitu, untuk meyakinkan keterkaitan kelompok Jalin itu dengan pihak-pihak yang di stempel teroris adalah, dengan narasi “kelompok teroris Pemalang” menjadi pengekspor tindak terorisme di Aceh.Bahkan hari Selasa 9/3 di Pamulang ada sebuah drama baru “terorisme”, 2 orang di eksekusi dengan prosedur yang “kontra-HAM”, dan media secara masif melakukan stigmatisasi terhadap Islam dan kelompok Islam hanya karena ada simbol-simbol “cadar”, “jubah”, jenggot dan semisalnya.

Di sinilah umat akan mudah di giring, untuk membenarkan kesimpulan-kesimpulan kelompok bersenjata di Aceh adalah kelompok teroris. Ada peristiwa di Aceh Besar dan ada drama eksekusi “teroris” di Pamulang. Seolah klop sudah desain “proyek kontra terorisme” di tengah-tengah kisruh Century gate dan kedatangan Obama yang akan meneguhkan pembicaraan tentang “terorisme” dengan pemerintah Indonesia.

Umat wajib waspada

Pada titik inilah, umat Islam di Indonesia harus memahami dan waspada upaya-upaya mendiskriditkan Islam dan umatnya terkait dengan isu terorisme karena beberapa hal berikut;

Pertama: Terorisme adalah sebuah isu dan menjadi proyek global AS paska peristiwa 9/11/2001 untuk melakukan penjajahan di negeri-negeri kaum muslimin yang memiliki potensi strategis untuk kepentingan kapitalis global, di mana pemerintah AS menjadi pengusungnya.

Kedua: Indonesia bagian dari dunia Islam yang memiliki nilai strategis dari berbagai aspek. Baik demografi maupun SDA (sumber daya alam) dan geopolitik dikawasan Asia Pasifik maupun didunia Islam. Indonesia menjadi salah satu basis langkah kontra terorisme (yang secara tegas menempatkan Islam dan kelompok-kelompok yang dianggap radikal dan fundamentalis sebagai obyek proyek kontra teroris) dan kelompok ini dianggap sebagai sebab pemicu munculnya tindakan terorisme. Lebih dari itu,kelompok ini dipandang sebagai potensi ancaman terhadap eksistensi kapitalisme global yang di usung AS.

Ketiga: Isu terorisme terbukti bagi AS di dunia Islam khususnya Indonesia mampu menciptakan keterbelahan di antara kaum muslimin. Umat Islam di adu domba dengan katagori-katagori serta pengelompokan, Islam moderat-fundamentalis dsb.

Keempat : Isu terorisme akan terus diusung dan menjadi perhatian penguasa negeri ini (yang terjebak dalam proyek global AS), sampai terget pembungkaman seluruh komponen Islam yang dianggap mengancam eksistensi sekulerisasi dan liberalisasi betul-betul bisa di bungkam.

Kelima: Dalam konteks kekinian, isu terorisme terbukti menguntungkan pihak-pihak tertentu keluar dari problem politik “century gate” dan delegitimasi kekuasaan yang ada.Dan menjadi alasan Indonesia meminta kembali kerja sama liliter dengan AS karena telah menunjukkan komitmennya terkait pengelolaan dan penanganan isu terorisme ini.

Keenam : Isu terorisme hakikatnya salah satu strategi penjajahan AS untuk terus bertahan di dunia Islam.Tentu dengan bantuan dan loyalitas daripenguasa-penguasa negeri kaum muslimin yang berkhianat kepada Allah swt,Rasul SAW dan umat Islam.Karena terbukti Islam dan kaum muslimin menjadi korban.

Ketujuh: Umat perlu intropeksi terkait jalan dan metode perjuangannya, jika yang dikehendaki adalah tegaknya syariat Islam di muka bumi ini. Karena tindakan “teroris” bukanlah jalan yang dituntunkan Rasulullah SAW untuk menegakkan syariat dan Khilafah Islam. Karena metode kekerasan dan teror akan menjadi bumerang terhadap perjuangan Islam dan nasib umat Islam.

Semoga Allah menolong Islam dan umatnya yang tulun di jalan perjuangan Islam, sekalipun para pembenci Islam siang dan malam merancang untuk menjatuhkan dan memadamkan cahaya Allah SWt (Islam). Wallahu a’lam. Sumber http://www.eramuslim.com/berita/analisa/sisi-lain-pro-kontra-isu-terorisme-aceh-antara-skandal-bc-dan-kedatangan-obama.htm

Harga Kepala Para Teroris yang Dijanjikan AS

Harga Kepala Para Teroris yang Dijanjikan AS, Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyediakan hadiah uang senilai USD 10 juta bagi pihak yang berhasil melumpuhkan Dulmatin alias Joko Pitono. Kini tak hanya kematian Dulmatin yang diiming-imingi hadiah uang. Seperti dimuat di situs time.com, ada juga hadiah yang disiapkan untuk pihak yang mampu menghentikan langkah Zulkarnaen, yang kini juga jadi buronan Polri.

Zulkarnaen diyakini merupakan otak peledakan bom di Hotel JW Marriott, Jakarta Selatan, pada 2003 lalu. Kepala Umar Patek yang diketahui terlibat dalam bom Bali pada 2002 juga dihargai USD1 juta.

Selain itu ada juga Zulkifli Bin Hir yang diduga terlibat rangkaian peledakan bom di Filipna pada 2006. Kematiannya diganjar hadiah uang USD5 juta.

Isnilon Hapilon, diduga terlibat penculikan wargaw negara AS pada 2002. harga kepalanya sama dengan Zulkifli, USD5 juta.

Nama Zulkarnaen muncul pascapenyergapan teroris di Aceh dan Pamulang, Tangerang Selatan. Pengamat teroris Al Chaidar berpendapat, polisi perlu memperhitungkan ketokohan Zulkarnaen. "Zulkarnaen adalah tokoh yang berbahaya setelah Dulmatin, bahkan melebihi Dulmatin," ujar Al Chaidar

Menurut Al Chaidar, Zulkarnaen memiliki sejumlah dana berikut logistik yang memadai untuk kembali merencanakan aksi teror, pascainsiden Ritz Carlton-JW Marriot pada Juli 2009 lalu.

"Masih menyimpan dana yang cukup banyak, meski tidak ada fa'i, dananya masih banyak," tandasnya. Untuk target sasaran berikutnya, lanjut Al Chaidar, mencakup kawasan Jakarta dan Bali. Al Chaidar menduga, Zulkarnaen hingga saat ini masih berada di wilayah Indonesia, tepatnya di Jawa Tengah. "Di sekitar Solo dan Pemalang. Kalau Umar Patek di bawah lingkaran berbeda dengan Zulkarnaen," imbuhnya

Jenazah Dulmatin Baunya wangi dan darah masih mengalir

Jenazah Dulmatin Baunya wangi dan darah masih mengalir, Meski tidak mengenal betul sosok Dulmatin, Pimpinan Ponpes Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir menyakini bahwa Dulmatin bukanlah seorang teroris yang selama ini diburu polisi.

Menurutnya, Dulmatin adalah seorang mujahid, karena membela orang Islam yang tertindas di luar negeri. Kendati dinilai teroris, Ba'asyir mempersilahkan masyarakat tidak setuju dengan jihad cara Dulmatin.

"Silahkan masyarakat menilai, yang saya tahu mereka pejuang Islam, bukan teroris yang teroris adalah Amerika. Itu yang dibalik, maling teriak maling, tapi Indonesia taklid," kata Ba’asyir, Jumat, 12 Maret 2010.

Selain itu, menurut Ba'asyir berbeda jasad orang yang disebut teroris dengan jasad orang yang bukan teroris. Hal itu, dibuktikan dari jenazah Dulmatin dari kawan-kawan yang melihat langsung jenazahnya sebelum dimakamkan.

"Saya dengar dari kawan-kawan di sana yang melihat jenazah Dulmatin. Baunya wangi dan darah masih mengalir. Kenapa demikian, itu membuktikan kalau teroris lima menit setelah mati pasti busuk," kata Ba'asyir.

Meski simpati dengan aksinya melawan Amerika, tapi dia mengaku jihad yang dilakukan Dulmatin keliru.

Seperti diketahui, Dulmatin dipastikan tewas setelah di tembak oleh tim Densus 88 di Pamulang, Tangerang Banten pada Selasa 9 Maret 2010, bersama tiga orang yang diduga teroris.

Penangkapan Dulmatin berawal dari penyergapan sejumlah kelompok teroris di Aceh Besar yang merupakan kelompok teroris Pamulang.

Saat ini, jenazah Dulmatin Tersangka teroris Dulmatin telah dipulangkan ke Pemalang, Jaw Tengah subuh tadi. Menurut rencana, jasad Dulmatin alias Joko Pitono akan dimakamkan pukul 08.00 WIB.

Dikutip dari tvOne, Jumat 12 Maret 2010, jasad Dulmatin saat ini disemayamkan di kediaman keluarga di Jalan Garuda Pasar Patarukan, Jawa Tengah.

Informasi yang diperoleh, pukul 8.00 WIB Dulmatin akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Lenong, Kelurahan Lenong. Pemakaman ini berjarak sekitar 5 kilometer dari kediaman keluarga.

Proses pemakaman ini diawali dengan upacara pelepasan oleh seluruh keluarga besar Dulmatin. Iringan takbir pun lantang disuarakan sekelompok orang bersama keluarga. sumber http://id.news.yahoo.com/viva/20100312/tpl-ba-asyir-mengapa-jasad-dulmatin-wang-fa55e98.html

Kisah Mobil L-300 Pengangkut 10 Tersangka Teroris

Kisah Mobil L-300 Pengangkut 10 Tersangka Teroris, “JAM segini baru datang. Tadi ada sewa sepuluh orang, tetapi sudah ke mobil lain.” Begitulah lebih kurang terjemahan kalimat dalam bahasa Aceh yang diucapkan petugas loket pembantu Lambaro, Aceh Besar kepada seorang sopir angkutan umum L-300 yang berhenti di loket itu.

“Kakeuh, hana raseuki kee (Sudahlah, nggak rezeki aku),” jawab sang sopir yang mengaku terlambat 10 menit sampai di loket Lambaro, pinggiran jalan nasional Banda Aceh-Medan. Sopir yang minta namanya tidak ditulis itu mengaku tidak terlalu berpikiran, apalagi menurut petugas loket, penumpang (sewa) yang sepuluh orang tersebut juga diangkut oleh mobil temannya.

Dengan sabar, dia memarkirkan mobilnya di depan loket untuk menunggu penumpang yang lain. Waktu itu jarum jam sekitar pukul 09.15 WIB. Sambil duduk-duduk di dekat loket, dia sempat melihat mobil sang teman, L-300 BK 1116 GU (pelat hitam) ke luar dari arah Blang Bintang berbelok di bundaran Lambaro dan selanjutnya menghilang.

“Tak terlihat lagi sama saya apakah mobil lewat Keutapang atau lewat Simpang Surabaya. Menurut yang saya dengar, sewa 10 orang itu tujuan ke Calang. Mungkin sewa itu menunggu di dekat-dekat Lambaro (arah Blang Bintang),” ujarnya.

Meski mengaku tak tahu jalur mana yang dilewati L-300 BK 1116 GU itu, tetapi sumber-sumber lain dari kalangan awak angkutan menyebutkan mobil yang sudah penuh sewa itu melewati jalur Lambaro-Keutapang untuk menuju arah barat. Sedangkan sopir yang terlambat itu, tetap bertahan di Lambaro sambil menunggu rezeki. Namun setelah lebih kurang 20 menit menunggu, tak ada juga penumpang yang bisa diangkut.

Dalam kegalauan, tiba-tiba dia kaget karena banyak polisi yang datang dan langsung menggelar razia di dekat loket pembantu itu. “Saya juga melihat banyak wartawan. Tanpa peduli sewa lagi, saya langsung berangkat ke arah Medan. Harapan saya bisa dapat sewa di jalan,” ujar sopir yang rutin melayani angkutan penumpang umum Banda Aceh-Medan serta ke jalur pantai barat Aceh.

Belum lagi satu jam melaju, lagi-lagi dia dikagetkan dengan berita baku tembak antara polisi dengan penumpang L-300 tujuan Calang. Terungkapnya berita itu kepadanya ketika wartawan Serambi Indonesia berusaha mencari informasi apakah dia tahu tentang mobil penumpang jenis L-300 BK 1116 GU dan dari perusahaan mana mobil tersebut.

“Memangnya kenapa? Itu mobil kawan saya. Nggak salah lagi. Merekalah yang membawa sewa dari Lambaro ke Calang. Mereka nggak apa-apa kan?” kata sang sopir menyiratkan kesedihan atas musibah yang dialami rekan seprofesinya.

Di satu sisi, sopir tersebut mengaku sedih atas musibah yang dialami oleh sang rekan yang tanpa sadar membawa penumpang ternyata orang-orang bermasalah yang menjadi target aparat keamanan. Namun di sisi lain dia bersyukur karena luput dari musibah itu.

“Mungkin kalau duluan saya yang sampai, bisa jadi sayalah yang membawa penumpang bermasalah itu,” ujar sang sopir yang mengaku perjalanannya kemarin hanya mendapat dua sewa tujuan Lhokseumawe. “Ternyata itulah rezeki saya,” katanya lirih. Entah karena prihatin atas musibah yang menimpa sang teman atau disebabkan minimnya penumpang yang bisa diangkut.(nas)

Nama Tersangka Teroris yang Ditangkap dan DPO di Medan

Nama Tersangka Teroris yang Ditangkap dan DPO di Medan, Jajaran kepolisian di Sumatera Utara menangkap enam tersangka yang diduga teroris di depan kantor Auto 2000 di kawasan Jalan Sisingamagaraja Medan, Minggu (11/4/2010) dinihari, sekitar pukul 03.00 WIB.

Kapolda Sumut Irjen Pol Oegroseno di Mapoltabes Medan, Minggu siang, menjelaskan, penangkapan itu berawal dari kecurigaan petugas Satuan Samapta Poltabes Medan yang melakukan patroli terhadap sebuah mobil jenis kijang warna silver yang melintas di Jalan Sisingamangaraja Medan.

Ketika diberhentikan dan dihampiri petugas Satuan Samapta Poltabes Medan sambil mengambil kunci mobil itu, penumpang kendaraan tersebut yang berjumlah delapan orang melarikan diri.

Namun salah satunya berhasil ditangkap karena tidak berhasil melarikan diri mengikuti tujuh temannya yang lain.Melihat larinya penumpang mobil yang mencurigakan itu, petugas Satuan Samapta Poltabes Medan melakukan pengejaran dan berhasil menangkap dua orang diantaranya.

Untuk memudahkan pengejaran, petugas Satuan Samapta Poltabes Medan menitipkan ketiga tersangka itu sementara waktu untuk ditahan di Mapolsekta Medan Kota.Dalam pengejaran itu, petugas berhasil menangkap satu lagi tersangka di sebuah warung dan seorang lagi di sebuah masjid di kawasan Jalan Sisingamangaraja Medan karena berpura-pura melaksanakan shalat.

"Setelah dikembangkan dan dibantu masyarakat, petugas juga berhasil menangkap satu lagi tersangka," kata Kapolda Sumut itu tanpa menyebutkan nama enam tersangka tersebut.Kapolda menambahkan, pihaknya masih melakukan pengembangan dan pengejaran terhadap dua tersangka lain yang belum berhasil ditangkap.

Aparat Samapta Kepolisian Sektor Medan Kota menangkap orang-orang diduga teroris dalam penggerebekan Minggu (11/4) dini hari. Total ada enam orang yang tertangkap.
Berikut nama-nama terduga teroris yang ditangkap:

1. Komaruddin alias Abu Musa (35) asal Bandar Lampung,
2. Ibrahim alias Deni (31) asal Sidoarjo
3. Yusuf Arifin (25) asal Bandar Lampung
4. Bayu alias Budi (26)
5. Pandu alias Abu Azma (26) asal Solo dan
6. Zafar alias Lufti alias Uped (30) mengaku guru Pesantren Al-Muslimin, Magetan, Jawa Timur.

Sementara dua orang yang kabur dan saat ini dalam pencarian adalah:

1. Usman alias Daud, saat digrebek memakai berbaju hijau celana coklat, asal Lampung.
2. Ali, asal Aceh, memakai baju hitam dan celana hitam

Kapolda Sumatera Utara, Inspektur Jenderal Oegroseno sudah meminta jajarannya untuk mencari kedua orang itu. Menurut Oegroseno, yang ditangkap termasuk tokoh-tokoh teroris yang dicari Densus 88. Bahkan, ada yang mengaku terkait rencana peledakan Cikeas.

Drama penangkapan terduga teroris dimulai saat petugas Samapta menggelar razia pukul 01.00 dini hari. Petugas melihat kendaraan Kijang nomor polisi BL -- nomor kendaraan Aceh berhenti di depan taman makam pahlawan Medan, Jalan Sisingamangaraja.

Mobil itu sangat kotor, di dalamnya ada delapan orang. Curiga, aparat mengepung mobil yang sedang berhenti. Melihat polisi, delapan orang yang berada di dalam mobil panik. Mereka mencoba kabur. Tiga tertangkap, tiga lainnya ditangkap di lokasi berbeda, dua ditangkap di jalan yang berbeda, satu lainnya dicurigai karena sujud sampai setengah jam.

PERNYATAAN TANDZIM AL QOIDAH INDONESIA SERAMBI MAKKAH

PERNYATAAN TANDZIM AL QOIDAH INDONESIA SERAMBI MAKKAH, Sampai saat ini, sudah ada 14 orang yang diduga teroris Aceh, ditahan di Mako Brimob Kelapa Dua. Mereka masing-masing Gani S, Sayailendra, Agus K, Masykur R, Zainal M, Laude A, Sunakim, Hasbudin, Adi M, Deni S, Heru L, Surya A, dan Muchtar. (Okezone, 6/3/2010).

Sementara di pihak aparat, sudah sepuluh orang anggota tim gabungan Satuan Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror dan Brigadir Mobile (Brimob) Polda Aceh, tewas dalam baku tembak, di hutan Kawasan Bayu, Lamkabeu, Kecamatan Seulimum, Aceh Besar (Kompas, 5 Maret 2010).

Penelusuran terorisme di Aceh oleh Densus 88 antitreror Polri masih terus dilakukan. Namun jauh dari Aceh, sebuah situs memaparkan bahwa Al-Qaeda mengakui telah berada di Aceh. Demikian terungkap dalam blog yang berjudul ‘TANDZIM AL QOIDAH INDONESIA SERAMBI MAKKAH’. Pengakuan tersebut diposting pada 2 Maret lalu. Dalam blog yang termuat di situs http://alufuq.wordpress.com/ itu berisi bahwa mereka akan tetap bertahan dalam pengejaran orang-orang kafir.

Karena itu, mereka menegaskan akan tetap berjihad sampai kapanpun, bahkan hingga mati syahid. Perlawanan tersebut, merupakan bentuk janji untuk berperang melawan zionis Yahudi. Berikut adalah pernyataan lengkap mereka:

Statement Kami March 2, 2010 by alufuq

TANDZIM AL QOIDAH INDONESIA SERAMBI MAKKAH

Bismillahirohmanirrohim

Kami Tandzim Al Qoidah Indonesia Wilayah Serambi Makkah dengan ini memberikan penjelasan kepada umat islam yang tercinta bahwa sampai hari ke-10 pengejaran Thogut terhadap kami, kami dapat bertahan melanjutkan jihad meskipun sebagian saudara kami ada yang tertawan dan syahid.

Dan dengan ini kami tegaskan kepada umat islam bahwa kami berpegang pada janji kami untuk berjihad melawan Zionis Yahudi, salibis dan Murtaddin sampai Allah tetapkan kemenangan bagi kami atau syahid di jalan Allah biidznillah.
Adapun kepada umat kami yang tercinta kami ingatkan bahwa jihad hari ini hukumnya Fardhu’ain, penundaan terhadap jihad menyebabkan maslahat ketika itu hilang. oleh karena itu membantu, mendukung, mendo’akan, Infak fii sabilillah dan
datang ke medan Jihad adalah keharusan yang tidak ada udzur ketika jihad fardhu’ain. Divisi Media Tandzim Al Qoidah Indonesia Serambi Makkah Abu Saif Al Acehi Jangan Lupakan Mujahidin dalam doa-doa kalian

DOWNLOAD VIDEO PERNYATAAN TANDZIM AL QOIDAH INDONESIA SERAMBI MAKKAH

Keluarga Heru bin Karman Teroris Asal Lampung

Keluarga Heru bin Karman Teroris Asal Lampung, Tertangkapnya Heru bin Karman (31) pada 26 Februari 2010 di Aceh membuat istrinya, Mh, dan keluarga besar wanita itu sampai kemarin masih shock.Seperti diketahui, Heru diamankan oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polda Aceh. Warga Pasar Wayjepara, Lampung Timur, itu disangka terlibat aksi terorisme.

’’Tolong pahami, mereka benar-benar shock. Jangan dahulu diwawancarai,” pinta Zainal M.S., kepala Desa Purworejo, Kecamatan Negerikaton, Pesawaran, kepada wartawan koran ini kemarin. Zainal menerangkan, Mh baru tahu Heru ditangkap pada 6 Maret 2010 lewat pos. ’’Saya sendiri yang membawa surat dari Polda Aceh itu,” ungkapnya. Surat ia sampaikan langsung ke rumah mereka.

Menurut dia, setelah membaca surat itu, Mh langsung menangis dan ketakutan. Anak tertua Heru, Jh, juga menjerit-jerit sampai ia harus menenangkannya. Sejak saat itu, keluarga ini kerap menangis sehingga warga sekitar enggan bertanya-tanya lebih lanjut mengenai persoalan tersebut.

’’Keluarga sama sekali tidak tahu. Karena yang bersangkutan sekitar sebulan lalu menitipkan istri dan dua anaknya ini kepada mertuanya di sini,” papar Zainal. Saat itu, Heru menyatakan ingin pergi ke tempat kakaknya, Nasib, di Jambi untuk bekerja. Setelahnya tidak pernah ada kabar dari hingga surat penangkapan diterima.

Heru dan Mh menikah enam tahun lalu dan dikaruniai dua anak. Masing-masing, Jh (5) dan Um (1,5). Sebelum dibawa ke Pesawaran, mereka tinggal di rumah orang tua Heru di dekat Pasar Wayjepara. Di sana, Heru berdagang pakaian. Lelaki itu menyatakan ingin ganti profesi menekuni pembuatan atap rumah seperti Nasib. Jika tidak bisa, ia akan berladang. Setelah uangnya cukup, baru ia menjemput anak dan istrinya.

’’Heru sempat menginap selama tiga hari di kediaman mertuanya tersebut sebelum berangkat,” ujar Zainal yang memperoleh keterangan dari Mh dan orang tuanya. Pantauan wartawan koran ini pukul 17.00 WIB kemarin, rumah mertua Heru terlihat sepi. Meski begitu, Zainal meyakinkan mereka masih di sana. Hanya jarang keluar sejak kabar ini diketahui.

Pintu terturup rapat. Hanya beberapa jendela yang dibuka. Sementara di sekitar lokasi tampak beberapa orang berbadan tegap yang diyakini petugas kepolisian berpakaian preman. Mereka mengelilingi bangunan itu.

Polda Beri Keterangan Resmi
Polda Lampung masih mendalami latar belakang Heru dan Deni Sulaiman alias Sule yang termasuk dari 28 anggota teroris. Kabid Humas AKBP Fatmawati mewakili Kapolda Lampung Brigjen Pol. Edmon Ilyas menjelaskan, pihaknya tengah di lapangan.

’’Keduanya tidak termasuk dalam 80 orang aktivis (Talangsari) asal Wayjepara, Lampung Timur, yang kini kami pantau. Karena itu, anggota intel kami sedang mengumpulkan keterangan tentang mereka,” kata Fatmawati di ruang kerjanya kemarin.

Dia meminta awak media bersabar menunggu perkembangan hasil intelijen. ’’Besok pagi (hari ini), Pak Kapolda akan memberi keterangan resmi,” janjinya sumber http://www.radarlampung.co.id/web/berita-utama/10238-istri-anak-tersangka-teroris-terus-diawasi-.html

Nama-nama tersangka teroris Di aceh yang berhasil ditangkap

Nama-nama tersangka teroris Di aceh yang berhasil ditangkap, Kepolisian telah menangkap sejumlah orang yang terlibat jaringan teroris di beberapa wilayah, baik di Aceh, Jakarta, maupun Jawa Barat. Penangkapan puluhan tersangka terorisme itu setelah aktivitas kelompok terorisme di pegunungan di Aceh diketahui polisi.

Kepala Polri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri, Rabu (10/3/2010) di Jakarta, menjelaskan, aktivitas teroris di Aceh diketahui setelah warga mendengar adanya letusan senjata api dan melaporkan kepada intelijen Polda NAD. Diketahui, mereka memulai aktivitas pada 17 Februari 2010 dan pada 22 Februari 2010 polisi melakukan penggerebekan pertama.

Dalam jumpa pers yang dilakukan di Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, sore ini, kepala Polri, Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri, menyebutkan nama-nama para teroris yang berhasil ditangkap dalam penggerebekan yang dilakukan tim Datasemen Khusus 88 Anti Teror di Provinsi Aceh.

Berikut adalah nama-nama tersangka Teroris yang berhasil diamankan oleh pihak Polri:

1. Sapta Adi Robert Bakri alias Ismet Hakiki alias Abu Sidik alias Syailendra alias Abu Mujahid asal Pandeglang. Dia lulusan Mindanau, Filipina, dan terlibat bom Kedubes Australia di Kuningan.
2. Yudi Zulfahri alias Bara asal Perumnas di Darul Imarah, Aceh Besar. Dia perekrut pertama untuk memfasilitasi kelompok ini masuk ke Aceh.
3. Zaki Rahmatullah alias Zainal Mutaqin alias Abu Zaid asal Desa Bungur, Picung, Pandeglang.
4. Maskur Rahmat asal Desa Kuring, Aceh Jaya.
5. Surya alias Abu Semak Belukar asal Aceh.
6. Azzam alias Imanudin asal Aceh.
7. Heru asal Lampung.
8. Muchtar asal Tanah Abang, Jakarta.
9. Agus Wasdianto alias Hasan alias Nasib asal Depok.
10. Deni alias Fariz asal Karawang.
11. Adi Munadi asal Bandung.
12. Laode Hafid alias Adib alias Hafiz alias Abu Hazwh.
13. Sumamen alias Suleh asal Lampung.
14. Adam alias Adi asal Pandeglang, Banten.
15. Sofyan Taushori asal Depok.
Dia pernah mendirikan sekolah latihan menembak di Depok beberapa tahun lalu. Dia ikut memasok senjata ke Aceh.
16. Sutrisno asal Jakarta.
17. Tatang asal Jakarta.
18. Abdi asal Jakarta.
19. Iwan Suka Abdullah (tewas).
20. Marzuki alias Tengku (tewas).

Dulmatin Dinyatakan Tewas Untuk Keempat Kalinya

Dulmatin Dinyatakan Tewas Untuk Keempat Kalinya, Keraguan sejumlah pihak atas kematian Dulmatin di Pamulang terpatahkan oleh pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. SBY memastikan yang tewas di Pamulang dalam penggerebekan kemarin benar-benar Dulmatin. "Saya bawa kabar baik yang akan saya umumkan pada Anda," kata Yudhoyono seperti dimuat laman The Age.

Ia menambahkan, "Polisi sukses menggerebek teroris yang bersembunyi di Jakarta. Saya konfirmasikan salah satu yang tewas adalah Dulmatin, satu dari gembong teroris Asia Tenggara yang kita buru," tambah dia.

SBY sengaja mengumumkan kematian Dulmatin dalam lawatannya di Australia, Rabu (10/3). Padahal Polri sendiri berulang kali menolak menyebutkan identitas sebenarnya pria yang tewas dalam penyergapan di Ruko Multiplus, Pamulang, Tangerang, selasa (9/3).

Dengan kepastian yang disampaikan SBY berarti ini untuk keempat kalinya Dulmatin dinyatakan tewas. Sebelumnya tiga kali ia diumumkan tewas di Filipina. Tahun 2002 setelah sukses merancang Bom Bali I, Dulmatin dikabarkan lari ke negeri itu. Tahun 2005, Dulmatin dipikir telah mati dalam serangan udara oleh militer Filipina.

Januari 2007, militer Filipina menyebut Dulmatin telah terluka. Tiga kali Dulmatin dikabarkan mati di sana, namun tak pernah ada konfirmasi jelas soal itu.

 Dulmatin yang asal Pemalang, Jawa Tengah, dikenal juga sebagai Joko Pitono, Amar Usman, Joko Pitoyo, Abdul Matin, Pitono, Muktarmar, Djoko, dan Noval.

Di Pamulang inisial YI alias Yahya Ibrahim alias M, diduga nama samarannya yang lain. Dia adalah buronan tiga negara. Dalam serangan bom bunuh diri di Klub Malam Sari di Bali dan Bar Paddy, total 202 orang tewas. Korban bom adalah warga dari 20 negara berbeda. Serangan ini merupakan yang paling mematikan dalam sejarah Indonesia.

"Dulmatin dipercayai adalah otak dari serangan terencana ini," tulis situs www.rewardsforjustice.net. Siapa sebenarnya Dulmatin ini?

Dulmatin adalah anggota Jamaah Islamiyah (JI). Dulmatin merancang Bom Bali I itu saat bermukim di Jawa. Setelah itu, informasi yang beredar, Dulmatin kabur ke Filipina. Dulmatin dilahirkan di Pemalang, Jawa Tengah, pada tahun 1970. Saat di sekolah menengah, Dulmatin dikenal pintar di ilmu eksakta seperti kimia. Dia selalu menyandang juara kelas. Namun ia gagal saat menampuh ujian masuk Teknik Kimia ITB dan UGM.

Pada awal 1990-an, Dulmatin merantau ke Malaysia. Di sinilah dipercaya Dulmatin berguru pada Dr Azahari, salah satu gembong teroris arsitek Bom Bali yang akhirnya tewas di Malang. Meski tak memiliki pendidikan formal tertentu di bidang teknik, Dulmatin dikenal jago mengutak-atik benda elektronik.

Dulmatin adalah satu dari segelintir aktivis JI yang mampu merakit bom nitrat dan klorat. "Dia bisa mengeksplorasi eksplosif dalam berbagai bentuk," kata Ali Fauzi, salah satu rekan Dulmatin dulu di Jamaah Islamiyah. "Dia bisa membuat bom mobil, bom truk," kata Ali Fauzi seperti yang dilansir VIVAnews.

Ssoal Bom Bali, Dulmatin dipercaya adalah yang merakit bom yang dikendalikan dengan telepon genggam di Diskotek Sari.

 Dulmatin juga mengikuti pendidikan militer di Afghanistan, lalu kembali ke Indonesia pertengahan 1990-an.

Dulmatin menjadi salah satu pengunjung tetap Pondok Pesantren Ngruki yang diasuh Abu Bakar Ba'asyir. Reputasinya sebagai "Jenius" pula yang mungkin membuat Amerika Serikat menjanjikan hadiah US$ 10 juta atau Rp 93 miliar untuk Dulmatin. Amerika pernah memberi jumlah yang sama pada Thailand karena menangkap Hambali, "Osama bin Laden" Asia Tenggara.

Penggerebekan Teroris mengalihkan perhatian dari kasus Bank Century

Penggerebekan Teroris mengalihkan perhatian dari kasus Bank Century, Thamrin Amal Tamagola, sosiolog dari Universitas Indonesia, menyatakan penggerebekan teroris yang dilakukan Tim Detasemen Khusus Antiteror 88 beberapa bulan terakhir merupakan usaha kepolisian untuk membantu pemerintah mengalihkan perhatian masyarakat dari isu kasus Bank Century. Indikasi dari pengalihan isu itu adalah tindakan Densus 88 yang selalu menembak mati para tersangka yang diduga teroris.

“Kalau polisi memang berniat mengungkap tuntas kasus teroris ini, seharusnya mereka ditangkap hidup-hidup sehingga bisa diinterogasi tentang jaringan mereka,” kata Thamrin di Gedung Mahkamah Konstitusi, Rabu (10/3).

Terkait penembakan mati, Thamrin menilai ada ketakutan berlebihan di kalangan polisi bahwa tersangka teroris itu membawa bom dalam aktivitas kesehariannya. “Tapi, polisi kan belajar teknik untuk melumpuhkan orang tanpa mematikan atau memicu bom yang dibawa tersangka teroris itu,” ujarnya.

Selain digunakan sebagai pengalihan isu kasus Bank Century, menurut Thamrin, penggerebekan teroris juga usaha kepolisian untuk mencari perhatian dari Amerika Serikat. “Karena Obama mau datang, jadi operasi penggerebekan digencarkan. Dengan begitu, pemerintah akan mendapat apresiasi dari Amerika yang antiteroris," katanya.

Pendapat adanya pengalihan isu dan mencari perhatian Amerika itu, kata Thamrina, sudah menjadi stigma di masyarakat. Untuk menghilangkannya, maka polisi harus menangkap hidup para tersangka lain yang diduga teroris. “Itu tugas Menkopolhukam Djoko Suyanto untuk menekan polisi agar menangkap hidup tersangka teroris,” ujarnya. Sumber tempointeraktif

Video Rekaman Aktivitas Al-Qaeda di Aceh

Video Rekaman Aktivitas Al-Qaeda di Aceh, Dalam video berdurasi 1 jam 15 menit 33 detik yang diunduh dari alufuq.wordpress.com, para teroris di Aceh tampak bersenjatakan AK-47 dan M-16. Sejumlah teroris terlihat dalam rekaman sedang berlatih menembak didalam hutan. Pihak yang mengaku mengupload video ini adalah Divisi Media Tandzim Al Qoidah Indonesia.

Video ini dimulai dengan mengutip Al-Quran surat An-Nisa. Dilanjutkan dengan kompilasi berbagai foto dan video mengenai kasus Talang Sari, Lampung, peristiwa Tanjung Priok, DOM di Aceh, kerusuhan Poso dan Ambon.

Video kemudian berlanjut ke suasana di hutan Aceh diiringi rekaman ceramah dari Syaikh Dr.Abdulloh Azzam dan Usamah bin Ladin. Suasana camp para teroris juga terekam. Puluhan orang dengan tenda-tenda sederhana tidur dihutan. Para teroris juga menjalani gemblengan fisik seperti lari dan latihan menembak. Namun, tak ada wajah yang terlihat jelas karena sengaja ditutup atau di blur.

Setelah itu tiga orang sambil memangku senjata memberikan pernyataan agitasi tentang jihad. "Jihad itu hukumnya wajib. Tidak ada yang boleh meninggalkannya. Siapa pun dia, dalam keadaan apa pun dia," kata seorang teroris, yang menyampaikan propagandanya dengan logat Jawa yang cukup kental.

"Tidak ada kehidupan yang lebih nikmat dari jihad. Kita terhindar dari dosa dan maksiat yang banyak. Tidak ada televisi yang merusak akhlak. Tidak ada musik yang merusak telinga. Tidak ada yang namanya aurat-aurat wanita yang kita pandangi di tempat-tempat umum."

Setelah tiga orang tersebut bergantian berbicara, seorang pria dengan memegang revolver di tangan kanan dan memangku AK-47 bernyanyi dalam bahasa Aceh. Sesekali ia menembakkan revolvernya ke angkasa. Setelah itu, seorang teroris tampak latihan menembak dengan M-16 dengan sasaran yang dipasang disebuah pohon. Di dalam tenda, seorang teroris lanjut berbicara. Sambil duduk, ia memegang senjata AK-47 di tangan kanannya.

"Kepada jamaah-jamaah, apakah JI, apakah N11. Terutama anggota Jamaah Al- Islamiyah, kalian jangan tertipu. Kalian asyik di dakwah. Kepada seluruh anggota Jamaah Islamiyah saya serukan segera bergabung. Berjihad bukan dengan pena, sarung, dan peci."


Ia lalu melanjutkan makiannya kepada sesama umat Islam yang memilih jalur pendidikan sebagai dakwah. "Kalian bisa kumpulkan ratusan juta, bahkan miliaran. Tapi kalian kumpulkan untuk dakwah, pesantren. Ini adalah pengkhianatan."

"Kalau ada yang lapar, sementara ada dana. Berikan dananya untuk jihad. Biarkan yang lapar itu mati." Teroris juga menyinggung makanan mereka yang hanya berupa nasi dengan kecap dan ikan asin. Pada akhir video, tertulis Markaz Media Al-Ufuq dan saat video dibuat, yaitu Rabiul Awal 1431 H/Maret 2010 M.

Teroris Seharga Rp9,2 miliar Dulmatin

Teroris Seharga Rp9,2 miliar Dulmatin, perjalanan hidup Dulmatin akhirnya terhenti di ujung timah panas Polri di Tangerang. Padahal, sebelumnya teroris yang kepalanya dihargai senilai USD10 juta (Rp9,2 miliar) oleh pemerintah AS tersebut dikabarkan tertembak tiga kali.

Kabar kematian tersebut dipastikan oleh sebuah sumber kuat di kepolisian. ’’Sudah A1 (tepercaya, Red) itu Dulmatin. Tes DNA-nya memang belum keluar, tapi kami yakin itu Dulmatin dari ciri-ciri fisiknya," ucap sumber tersebut. Dia juga menuturkan perempuan yang ikut tertembak tersebut adalah istrinya dari Pekalongan, si Ummu Aisah.

Pada Januari 2005, militer Filipina merilis kabar Dulmatin tewas dalam sebuah serangan udara. Namun, kabar tersebut tak bisa dikonfirmasi. Pada Agustus 2006, tentara Filipina merilis kabar serupa. Lagi-lagi tak bisa dikonfirmasi kebenarannya. Kemudian pada 16 Januari 2007, lagi-lagi dikabarkan Dulmatin tertembak di Jolo, Basilan.

Kali ini kabar itu tampaknya akurat. ’’Dia (Dulmatin, Red) tidak mati, tapi tertembak dan sempat tertangkap. Fotonya ada," kata sebuah sumber di kepolisian. Namun, tidak tahu bagaimana ceritanya, Dulmatin tiba-tiba lepas. Diduga kuat, ini merupakan bagian dari pertukaran tawanan antara kelompok militan dengan pemerintah. Di Filipina memang kerap terjadi seperti itu. Sejumlah militan Indonesia pun pernah mengalami hal serupa. Tertangkap, namun kemudian dibebaskan oleh MILF (Moro Islamic Liberation Front).

’’Karir Dulmatin di dunia militan memang cukup panjang. Dia terlahir pada 6 Juni 1970 di Petarukan, Pemalang, dengan nama Joko Pitono. Anak keempat dari lima bersaudara tersebut lulus SMA pada 1992 dan merantau ke Malaysia. Tiga tahun kemudian, dia pulang dan menikah dengan Ummu Aisah. Lalu, ia berganti nama menjadi Asmar Usman.

Di Malaysia inilah, awal persinggungannya dengan kelompok militan. Berangkat ke Afghanistan serta sejak awal sudah bergabung dengan faksi Ali Ghufron dan Hambali di Jamaah Islamiyah (JI). Dia dipercaya terlibat dan menjadi salah satu otak bom Bali I pada 2002. Dia mempunyai banyak nama alias, yakni Joko Pitoyo, Abdul Matin, Muktamar, Djoko, dan Noval.

Selanjutnya, aktif di Poso, sebelum akhirnya Dulmatin kabur ke Mindanao dan menjadi instruktur di Kamp Hudaibiyah. Di Filipina, dia dikenal dengan nama Zaid Ali. Setelah pemerintah Filipina melancarkan all out war, MILF terdesak. Begitu pula militan Indonesia. Sejumlah pentolan JI asal Indonesia, seperti Dulmatin, Umar Patek, dan Ali Fauzi kemudian kabur ke arah daerah rawa-rawa di S.K. Pendaton. Di sana di tengah rawa-rawa, sekitar 20 orang militan Indonesia membangun sebuah kamp sendiri. ’’Tapi, kemudian berkurang satu per satu. Saya sendiri kini tak tahu bagaimana kondisi kamp itu sekarang," kata Ali Fauzi.

Beberapa saat kemudian, Dulmatin kabarnya beralih ke arah Basilan. Di sana, kabarnya Dulmatin bergabung dengan kelompok Abu Sayyaf, sebuah kelompok militan yang dengan visi yang condong ke Al-Qaedah. Sejak saat itulah, kabar pastinya tak pernah diketahui. ’’Terakhir, ya 2007 itu," tambahnya.

Sumber lain di kepolisian menyebutkan kembalinya Dulmatin ke Indonesia tak pernah diketahui secara pasti. Namun, yang jelas, keberadaannya sudah terendus sejak pemboman Marriot II pada 2009. ’’Memang masih ada Noordin M. Top, tapi keberadaan Dulmatin mulai terasa," ucapnya.

Rupanya, Dulmatin memang benar-benar kembali ke Indonesia dan menyusun kembali kekuatan. ’’Kami memastikan Dulmatin bersama satu nama lagi yang masih buron (berinisial Mt) adalah otak kelompok yang kini berlatih di Aceh," tandasnya

Biodata Dulmatin Teroris Seharga Rp. 9.2 Milyar

Dulmatin (lahir di Desa Petarukan, Kecamatan Petarukan, Pemalang, 6 Juni 1970 – meninggal di Pamulang, Tangerang Selatan, 9 Maret 2010 pada umur 39 tahun) alias Amar Usmanan, Joko Pitoyo, Joko Pitono, Abdul Matin, Pitono, Muktarmar, Djoko, dan Noval; adalah orang yang dicari Kepolisian Indonesia karena diduga terlibat kasus Bom Bali pada tahun 2002.

Lahir sebagai anak keempat dari lima bersaudara putra pasangan Usman (almarhum) dan Masriyati, selepas SMA pada tahun 1992 ia merantau ke Malaysia. Tiga tahun kemudian ia kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai makelar mobil dan bertani.

Ia dikabarkan telah tewas dalam serangan udara militer Filipina di Pulau Mindanao, Filipina Selatan pada Januari 2005, namun ternyata hal tersebut tidak dapat dikonfirmasi. Pihak militer Filipina kembali mengabarkan bahwa Dulmatin telah terluka dalam sebuah baku tembak di Jolo, Filipina Selatan pada 16 Januari 2007.

Pemerintah Amerika Serikat hingga kini masih menyediakan 10 juta dolar AS bagi orang yang dapat memberikan informasi mengenai keberadaannya. Menurut keterangan pemerintah AS dalam pengumuman sayembaranya, Dulmatin adalah ahli elektronik yang pernah berlatih di kamp-kamp Al-Qaidah di Afganistan dan merupakan tokoh senior dalam Jemaah Islamiyah. Dulmatin berusia akhir 30-an, memiliki darah Arab, tinggi 172 cm, berat 70 kg, dengan warna kulit coklat.

Pada tanggal 9 Maret 2010 kembali dikabarkan bahwa Dulmatin tewas pada penggerebekan di Pamulang, Tangerang Selatan

Perangkat Kesayangan Teroris

Perangkat Kesayangan Teroris merupakan suatu alat untuk penyebaran berita seputa kegiatan teroris Seperti dilansir Breitbart, Kamis (29/10/2009), dari laporan batalion intelijen militer ke-304m, menyebutkan beberapa perangkat selular dan teknologi internet yang sangat berpotensi untuk digunakan oleh teroris untuk menjalankan aksinya.

Sebuah draft yang dipercaya sebagai milik militer Amerika terkait laporan terorisme di dunia berhasil menguak perangkat yang berpotensi digunakan oleh jaringan teroris. Twitter merupakan salah satunya.

Sebuah bagian dalam draft tersebut menuliskan "Twitter sangat berpotensi untuk dijadikan alat bagi teroris. Pasalnya postingan-postingan (tweet) yang ada di situs jejaring sosial itu lebih cepat beredar ketimbang berita di media massa. Bahkan pihak kepolisian di Amerika pun terkadang memantau Twitter untuk memantau tindak kejahatan.




Selain Twitter, GPS dan ponsel kerap juga menjadi perangkat operasional teroris. Demikian juga halnya dengan software pengubah suara untuk mengecoh pihak keamanan yang mampu menyelidiki aksi teroris berdasarkan keabsahan suara

Mengenal OSAMA BIN LADEN DARI DEKAT

Orang mengenal Osama bin Laden sebagai buron teroris nomor wahid dunia. Jarang sekali orang mengetahui sisi lain dari kehidupan Osama.Istri pertama Osama, Najwa bin Laden menguak realitas lain dari sosok yang dianggap bertanggung jawab di balik sejumlah aksi teror, termasuk aksi teror fenomenal, peledakan gedung kembar World Trade Centre, New York, pada 11 September 2001.

Seperti ditulis dalam bukunya, Najwa mengatakan Osama adalah sosok ayah yang sangat disiplin. Osama tak ragu memukul anaknya yang tersenyum sangat lebar, hingga terlihat deretan giginya.Di sisi lain Osama punya kegemaran berkebun bunga matahari dan menganggap mobil sport laiknya istri pertamanya.
Di rumahnya, Osama mengharamkan pemakaian alat-alat elektronik. Dia juga memerintahkan anak-anak lelakinya mendaki gunung pasir di gurun tanpa membawa air. Tujuannya, agar sang anak kuat.Bukan tanpa alasan Osama berlaku keras pada keluarganya. Itu terkait keputusan Osama untuk menyingkir ke Sudan, sebagai bentuk perlawanan pada keluarga kerajaan Arab yang mempersilakan tentara Amerika Serikat bermarkas di sana.






Belajar tidur di tempat terbuka dan tak nyaman, serta mendaki gurun pasir, bagi Osama, adalah cara dia mempersiapkan anak-anaknya menghadapi kehidupan sulit dan keras. Najwa (saat itu 15 tahun) menikahi Bin Laden yang saat itu berusia 17 tahun. Perkawinan itu membuahkan tujuh anak lelaki dan empat anak perempuan.
Najwa bukan satu-satunya istri. Osama memiliki total enam istri yang ditempatkan di rumah-rumah terpisah di Arab Saudi dan Sudan.Peraturan yang diberlakukan untuk keenam istrinya sama, mereka tak boleh menggunakan peralatan elektronik.
"Ayahku tak akan mengijinkan ibu untuk menyalakan pendingin udara, meski AC sudah terpasang di apartemen kami," kata putra Osama dan Najwa, Omar, seperti dimuat laman Telegraph."Dia juga tak mengijinkan ibu menggunakan kulkas yang berdiri di dapur," tambah dia.
Namun, ada satu hal dalam diri Osama yang membanggakan untuk anak-anaknya. Osama, kata Omar, jago matematika. Osama bahkan gemar menguji kecepatan hitungnya dengan kalkulator."Ayah saya sangat terkenal punya kemampuan hebat di matematika. Banyak yang datang ke rumah sambil membawa kalkulator dan menantang kemampuannya," tambah Omar.
Menurut cerita Najwa, dia dan Osama pernah pergi ke Amerika Serikat pada 1979, pasca revolusi Iran. Di AS, Osama bertemu Abdullah Azzan, ulama radikal Palestina yang lantas menjadi guru spiritualnya.Setelah itu, Osama pergi ke Afganistan, membantu kelompok perlawanan terhadap Uni Soviet. Salah satu tujuan pergi ke Afganistan, sangat romantis, agar bisa menceritakan pada anak-anaknya kisah kepahlawanannya dalam perang.
Namun, ketika kembali dari Afganistan, Osama menjadi sosok yang kaku. Dalam buku yang ditulis Najwa, juga terungkap bahwa Osama setidaknya punya satu mobil Mercedes berwarna emas dan speedboat.
"Tak ada yang hal yang memuaskan untuk dia selain ngebut di gurun, lalu dia akan meninggalkan mobilnya dan berjalan di gurun," kata dia. "Hobi favoritnya adalah berkebun. Menanam jagung terbaik dan bunga matahari yang besar," tambah Najwa