Kapolsek Sangkulirang AKP Andi Razak mengungkapkan, buaya yang memangsa Sahar saat memperbaiki perahu di anak Sungai Manubar itu adalah jenis buaya muara dan terkenal paling ganas di dunia. Buaya ini adalah pemburu yang sangat andal.
“Ini buaya muara yang terkenal paling ganas di dunia. Kita tidak menimbangnya, tapi diperkirakan bobotnya mencapai 1 ton,” kata Andi Razak kepada wartawan, kemarin.
Menurutnya, estimasi bobot buaya itu berdasarkan fakta di lapangan, perahu kelotok milik nelayan tidak sanggup membawanya. Saat dinaikkan ke perahu nelayan, jalannya tidak bisa sempurna. Padahal, isi perut berupa potongan tubuh Sahar dan kaki kerbau sudah dikeluarkan. “Kapal nelayan saja tidak muat. Hampir tenggelam,” terang Razak.
Perlu waktu yang sangat lama membawa buaya itu dari Desa Susuk, tempatnya dilumpuhkan dengan cara ditembak oleh anggota TNI AL beberapa jam setelah memangsa Sahar. Saat dipindahkan ke perahu kelotok yang lebih besar, harus menggunakan derek. Tapi, tetap saja membawa buaya itu ke Sangkulirang dengan kapal tidaklah mudah. Akhirnya, buaya itu diseret dengan menggunakan dua perahu kelotok. Perahu penarik pun tidak bisa melaju seperti biasanya.
“Jadi warga menggunakan tiga kapal untuk sampai ke dermaga Sangkulirang. Dua kapal menarik dari sisi kanan dan kirinya. Itu pun jalannya tetap tidak bisa laju. Kalau dari Susuk biasanya 2 jam naik speed boat, saat membawa buaya memakan waktu 10 jam. Sampai di dermaga Sangkulirang tepat pukul 2 dini hari. Lebih 120 orang membantu menarik buaya tersebut sampai ke depan Mapolsek,” beber Andi Razak yang bertugas menjaga 5 kecamatan di Kutim sekaligus, yaitu Kecamatan Sangkulirang, Sandaran, Kaliorang, Kaubun dan Karangan.
Awalnya Andi Razak mengusulkan agar buaya dimasukan menjadi koleksi Museum Mulawarman di Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar). Namun, Camat Sangkulirang Hormansyah dan warga tidak setuju. Mereka ingin buaya tersebut menjadi ikon daerah tersebut agar warga lainnya lebih waspada. Bahkan warga dan Hormansyah rela merogoh kocek masing-masing untuk patungan membeli peralatan untuk membuat etalase layaknya aquarium. “Dari pada ditaruh di Museum Tenggarong lebih baik di Sangkulirang saja. Saya dan warga sediakan dananya, Polsek mengurus teknisnya,” kata Hormansyah.
FOTO BARENG DENGAN BUAYA
Hampir seluruh warga Sangkulirang yang mempunyai kamera digital dan HP yang ada kameranya mengabadikan buaya di depan Mapolsek Sangkulirang. Ini membuat kerumunan warga dari pagi hingga petang memadati lapangan depan Mapolsek tersebut. Hanya hujan deras yang dapat membubarkan warga. Setelah hujan, warga kembali berdatangan.
Mereka foto bareng buaya dengan berbagai gaya. Ada yang tidur di atas buaya, menduduki, mengangkat ekornya dan ada juga yang memasukan kepala ke dalam moncong binatang ganas itu. Ini sempat membuat Andi Razak kesal. Ia khawatir jasad buaya tersebut rusak sebelum diawetkan. “Jangan diduduki, nanti rusak,” kata Razak. Andi Razak beserta jajarannya juga ikut foto bareng buaya. “Kayak artis saja buaya ini. Banyak sekali yang mau foto bareng,” celetuknya.
Saat penangkapan, proses evakuasi bangkai hingga pembedahan perutnya, diabadikan oleh warga Sandaran. Dengan menggunakan kamera HP, warga berhasil membuat rekaman berdurasi 7 menit 27 detik. Dalam rekaman video tersebut terlihat warga membedah buaya di lapangan rumput yang diberi alas terpal warna jingga. Dengan menggunakan kapak dan parang untuk menyembelih kerbau, warga membedah perut.
Terlihat juga ketebalan kulit perut buaya sekira 5 cm. Kemudian daging perutnya setebal 20 cm.
Setelah dibuka sempurna, dengan iringan doa warga membuka perut buaya. Mulanya mereka menemukan tali nilon yang biasa digunakan mengikat kerbau. Kemudian menemukan kaki kerbau, jasad Sahar tanpa busana telah remuk. Tulang belakang Sahar terlipat ke depan dan dadanya pecah. Jantung dan paru-paru Sahar tampak terburai keluar melalui ujung tulang tenggorokannya. Tangan kanan Sahar masih menyatu dengan badannya. Bagian paha sudah terpisah dengan badan. Demikian juga dengan kepalanya yang terbelah dua horizontal. Rahang atas dan gigi Sahar juga diabadikan dengan foto HP.
Sehari sebelum memangsa Sahar, binatang melata ini memang memakan kerbau warga setempat.
Mereka foto bareng buaya dengan berbagai gaya. Ada yang tidur di atas buaya, menduduki, mengangkat ekornya dan ada juga yang memasukan kepala ke dalam moncong binatang ganas itu. Ini sempat membuat Andi Razak kesal. Ia khawatir jasad buaya tersebut rusak sebelum diawetkan. “Jangan diduduki, nanti rusak,” kata Razak. Andi Razak beserta jajarannya juga ikut foto bareng buaya. “Kayak artis saja buaya ini. Banyak sekali yang mau foto bareng,” celetuknya.
Saat penangkapan, proses evakuasi bangkai hingga pembedahan perutnya, diabadikan oleh warga Sandaran. Dengan menggunakan kamera HP, warga berhasil membuat rekaman berdurasi 7 menit 27 detik. Dalam rekaman video tersebut terlihat warga membedah buaya di lapangan rumput yang diberi alas terpal warna jingga. Dengan menggunakan kapak dan parang untuk menyembelih kerbau, warga membedah perut.
Terlihat juga ketebalan kulit perut buaya sekira 5 cm. Kemudian daging perutnya setebal 20 cm.
Setelah dibuka sempurna, dengan iringan doa warga membuka perut buaya. Mulanya mereka menemukan tali nilon yang biasa digunakan mengikat kerbau. Kemudian menemukan kaki kerbau, jasad Sahar tanpa busana telah remuk. Tulang belakang Sahar terlipat ke depan dan dadanya pecah. Jantung dan paru-paru Sahar tampak terburai keluar melalui ujung tulang tenggorokannya. Tangan kanan Sahar masih menyatu dengan badannya. Bagian paha sudah terpisah dengan badan. Demikian juga dengan kepalanya yang terbelah dua horizontal. Rahang atas dan gigi Sahar juga diabadikan dengan foto HP.
Sehari sebelum memangsa Sahar, binatang melata ini memang memakan kerbau warga setempat.
PENGAWETAN BUAYA DENGAN 20 LITER FORMALIN
Pengawetan buaya rencananya dilaksanakan Rabu (17/3) ini. Proses pengawetan dilakukan oleh Kepala Puskesmas Sangkulirang dr Markus Sambo. Markus menyiapkan 20 liter formalin untuk disuntikan ke beberapa bagian badan buaya. Formalin terpaksa dibeli dari Sangatta. “Di Sangkulirang tidak ada yang jual,” kata Markus.
Menurut Markus, jenis kelamin buaya belum dapat diketahui pasti. Ini karena dirinya belum melakukan penelitian lebih lanjut hingga kemarin petang. Demikian pula dengan usia buaya muara tersebut. Namun, berdasarkan informasi yang dihimpun harian ini jenis kelamin buaya tersebut jantan. Ini tampak dari ukuran badannya, kukunya dan rahangnya serta lubang di dekat anusnya. Sedangkan usianya sekira 12 hingga 15 tahun. Informasi ini dari warga Sangkulirang yang sering melihat buaya di Sungai Manubar. Ini berdasarkan ketebalan kulit dan besar bentuk matanya.
Karena berkelamin jantan, banyak yang ingin meminta tangkur buaya tersebut ke Andi Razak. “Berapa kali saya dapat SMS dari teman-teman mau minta tangkurnya (alat kelamin buaya). Saya bilang saja beli di Balikpapan banyak,” kata dia. Selain itu ada juga warga yang menelpon Andi Razak untuk meminta taring dan cakar buaya.
Tangkur buaya diyakini dapat dimanfaatkan sebagai obat kuat, dan meningkatkan kejantanan
Menurut Markus, jenis kelamin buaya belum dapat diketahui pasti. Ini karena dirinya belum melakukan penelitian lebih lanjut hingga kemarin petang. Demikian pula dengan usia buaya muara tersebut. Namun, berdasarkan informasi yang dihimpun harian ini jenis kelamin buaya tersebut jantan. Ini tampak dari ukuran badannya, kukunya dan rahangnya serta lubang di dekat anusnya. Sedangkan usianya sekira 12 hingga 15 tahun. Informasi ini dari warga Sangkulirang yang sering melihat buaya di Sungai Manubar. Ini berdasarkan ketebalan kulit dan besar bentuk matanya.
Karena berkelamin jantan, banyak yang ingin meminta tangkur buaya tersebut ke Andi Razak. “Berapa kali saya dapat SMS dari teman-teman mau minta tangkurnya (alat kelamin buaya). Saya bilang saja beli di Balikpapan banyak,” kata dia. Selain itu ada juga warga yang menelpon Andi Razak untuk meminta taring dan cakar buaya.
Tangkur buaya diyakini dapat dimanfaatkan sebagai obat kuat, dan meningkatkan kejantanan