Ali terus menangis bukan karena lapar atau kepanasan. Ia menangis karena menahan rasa sakit. Perutnya membusung besar. Sejumlah bagian tubuhnya pun membengkak. Ali tak bisa berjalan. "Kata dokter ginjalnya bocor. Sudah dua minggu ini dia enggak bisa tidur. Kalaupun tidur paling dua jam, habis itu bangun terus nangis lagi," tutur Sumarni.
Nurdin menambahkan, sudah empat tahun perut Ali membesar. Awalnya, putra semata wayangnya ini mengalami diare berkepanjangan. Mereka sudah pernah membawanya ke tiga rumah sakit di Tasikmalaya. Dokter menyimpulkan, ginjal Ali bocor. "Kita sudah habis biaya berobat, soalnya hanya saya yang kerja, istri tidak bisa ninggalin Si Ali," ujar Nurdin.
Mulanya, Ali tinggal bersama Sumarni di Tasikmalaya. Namun, karena kebutuhan biaya yang besar untuk berobat Ali, Sumarni memutuskan menyusul Nurdin ke Jakarta untuk mencari kerja. Mau kerja apa? "Belum tahu mau kerja apa," kata Sumarni.
Sudah tahu butuh biaya berapa untuk berobat Ali? "Belum tahu. Saya pasrahkan saja dengan Tuhan. Saya hanya berdoa terus untuk kesembuhan anak saya," tutur Nurdin.
Siang ini, di tengah panas terik yang menyengat, di antara debu jalanan, dan deru kendaraan yang lalu lalang, Sumarni menaruh harap bisa segera mendapatkan pekerjaan. Pada upaya kedua orangtuanya nasib Ali digantungkan. Di tengah Bundaran Hotel Indonesia, sosok patung laki-laki dan perempuan melambaikan tangan megucapkan selamat datang. Dan, Ali terus menangis menahan sakit.
Bocor Ginjal, Penyakit Apa Itu?
Penyakit "bocor ginjal" yang diderita oleh Ali Rahmat (5) mengundang simpati banyak pihak. Ali yang kini sudah mendapat penanganan dokter di RSCM Jakarta diberitakan terus menangis kesakitan karena penyakit yang dideritanya. Sebenarnya, penyakit apakah "bocor ginjal" itu?
Istilah "bocor ginjal" sebenarnya tidak dikenal dalam dunia kedokteran. Mengacu pada kelainan fisik Ali berupa perut yang membesar, kondisi ini menurut Dr dr Parlindungan Siregar, SpPD, KGH, disebut dengan sindrom nefrotik. "Istilah bocor ginjal itu tidak ada, mungkin itu diberikan oleh dokter yang mendiagnosisnya untuk memudahkan pemahaman saja," paparnya ketika dihubungi Kompas.com.
Sindrom nefrotik bukanlah suatu penyakit. Sindrom ini merupakan suatu kumpulan tanda dan gejala yang sering menyertai berbagai penyakit yang memengaruhi fungsi penyaringan glomerulus ginjal.
Menurut dr Parlin, ada dua penyebab sindrom nefrotik, yakni penyebab primer berupa faktor imunologi dan penyebab sekunder yakni yang terjadi karena diabetes, malaria, atau obat-obatan. "Tanda yang khas dari penyakit ini adalah protein banyak keluar lewat urine sehingga protein dalam darah berkurang. Akibatnya, perut menjadi bengkak, seperti busung lapar," papar ahli ginjal dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM ini.
Sindrom nefrotik bisa mengenai orang dewasa atau anak-anak. Pada anak-anak, gejala ini biasanya terjadi pada usia 3-4 tahun. Sebagian besar anak-anak ini menderita bentuk sindrom nefrotik yang disebut minimal change disease, penyakit dengan perubahan minimal.
Untuk mendiagnosis penyakit ini perlu pemeriksaan darah dan urine. Jika ternyata kadar protein dalam urine tinggi, maka dokter akan menyarankan biopsi (pengambilan sampel kecil jaringan ginjal) untuk memastikan adanya penyebab khusus dan membuat rencana perawatan yang tepat. Namun, biopsi ginjal jarang diperlukan untuk anak-anak.
Selanjutnya, merespons keinginan mulia pembaca yang ingin mengulurkan tangan bagi sesama, Kompas.com membuka rekening untaian kasih untuk Ali Rahmat. Uluran tangan untuk Ali dan keluarga bisa disalurkan melalui rekening: