Mayat Menangis Dibunuh Suami

Mayat Menangis Dibunuh Suami, Peristiwa terjadi di rumah suami isteri yang dikaruniai 3 anak itu: Desa Lawe Beringin Gayo, Kec. Semadam, Kutacane, Minggu (24/1) malam lalu sekira pukul 10. Info yang dihimpun Metro Aceh -koran jaringan POSMETRO MEDAN- pada sejumlah saksi mata di TKP menyebut, saat mulai ditikam suaminya, Sarminah menjerit histeris hingga mengundang kedatangan segerombol warga. Namun begitu melihat Sarminah tergeletak mandi darah dan di sampingnya Mahidin menghunus pisau berlumur darah, warga seperti tak berani mengamankan lelaki itu. Karena itulah, Mahidin berhasil kabur

Hal ini terjadi gara-gara Mendengar istrinya dipanggil sayang oleh lelaki lain, Mahidin (30) kontan naik pitam. Dengan membabi-buta, ia menikam tubuh isterinya, Sarminah (27), hingga 11 liang dan tewas di tempat.

Menurut sejumlah tetangga Mahidin, Sarminah memang sering terlihat keluyuran dengan lelaki lain yang merupakan selingkuhannya. Informasi itu akhirnya sampai ke telinga Mahidin. Mahidin lalu berupaya mencari kebenaran dengan bertanya langsung kepada Sarminah. Namun sang istri tak mengaku dan kerap menghindar asal ditanya Mahidin. Pertengkaran pun kerab terjadi.

Mahidin pun semakin berang ketika Sarminah malah melawannya dengan mengatakan tak perlu mengurusi dirinya. “Kalau keberatan, silahkan ajukan cerai ke Pengadilan Agama,” demikian kata Sarminah, diulang Mahidin.

Versi warga sekitar, awalnya permintaan cerai itu tak ditanggapi Mahidin karena pasangan ini memiliki 3 anak yang masih kecil-kecil. Meski demikian, Mahidin selalu geram karena informasi perselingkuhan isterinya selalu mampir di telinganya. Puncaknya, Mahidin mendengar istrinya bertelepon mesra dengan lelaki selingkuhannya, sambil menyebut-nyebut kata sayang. Mahidin pun kalap lalu mengambil belati dan mencabik-cabik tubuh istrinya hingga tewas.

Saat personil Polres Agara (Aceh Tenggara) tiba di TKP, pisau yang digunakan Mahidin masih menancap di betis kiri mayat Sarminah. Sebelas liang yang membuat Sarminah tewas ada di telinga kanan, dada kiri, lengan kiri serta punggung dan betisnya. Mayat Sarminah diboyong ke RSU H. Sahudin di Kutacane guna visum.(amirin/RA)

Tersangka : Saya Mau Sarminah Cacat Agar Dia Tak Pacaran Lagi

MAHIDIN mengaku tak bisa lagi memendam amarah. Itu terjadi saat seorang anaknya melapor padanya soal Sarminah pergi usai menerima telepon dari lelaki lain. Puncak emosi Mahidin terjadi saat dirinya malah disebut anjing ketika menyuruh isterinya itu pulang ke rumah.

“Saat itu saya dalam kondisi ‘panas’ dan sangat emosi. Namun tidak berniat untuk membunuh istri, cuma karena teman mengatakan sebaiknya saya membuat Sarminah menjadi cacat agar dia tidak pacaran lagi. Seketika tangan saya menarik pisau dan menikamnya membabi buta,” terang Mahidin.

Kepada polisi, Mahidin bercerita. Malam sebelum pembunuhan itu, sekitar pukul 19.00 WIB, dia tak menemukan istrinya di rumah. Ketika ditanya kepada anak-anaknya, mereka menyebut ibu baru saja pergi setelah dihubungi pria tak dikenal. Sampai di sini, Mahidin mengaku masih berusaha menahan emosi. Ia mencari Sarminah.

Saat bertemu dan Sarminah diajaknya pulang, suami isteri ini pun ribut setiba di rumah. Untuk meredam pertengkaran, Mahidin lalu duduk di ruang tamu rumahnya. Tak berapa lama ia kembali masuk dan melihat belakang pintu dapur sudah terbuka dan istrinya tidak ada.

Mahidin kembali mencari Sarminah. Ia bahkan sempat menyetop Mopen (mobil penumpang) jurusan Medan, karena mengira istrinya pergi dengan orang lain. Namun di dalam Mopen itu dia tak menemukan Sarminah.

Berselang 10 kemudian, Sarminah muncul di depan masjid dekat rumah dan kembali diajak pulang oleh Mahidin. Tiba di rumah, Mahidin mengambil beberapa potong pakaian dan mengatakan kepada istrinya akan pergi.

Namun itu cuma trik Mahidin saja agar bisa memantau Sarminah dari jauh. Tapi betul dugaannya. Begitu Mahidin keluar, tak lama kemudian Sarminah pun pergi.

Ketika didekati, ibu 3 anak itu terlihat sedang menerima telepon dan di sampingnya ada 2 wanita temannya. Mahidin lalu meminta Sarminah menutup telepon, namun dia malah dicueki. Bahkan Mahidin mengaku, sambil berkata pada lelaki lawan bicaranya di seberang telepon, Sarminah menghinanya. Pada lelaki lawan bicaranya di hape, Sarminah mengatakan Mahidin anjing. “Ini anjing ini ribut kali sayang,” kata Sarminah, versi tiru Mahidin.

Mendengar itu, amarah Mahidin kontan tersulut. Pisau yang sudah diselipkan di pinggangnya lalu dicabut dan ditusuknya berkali-kali ke sekujur tubuh Sarminah.

Puas membantai istri, Mahidin lalu kabur ke Desa Tenembak Bintang. Baru pada pagi kemarin (25/1), Mahidin ditangkap petugas Polsek Semadam, di Pantai Dona saat dirinya hendak menuju rumah temannya di Kecamatan Tanoh Alas. “Motif pembunuhan adalah cemburu dan perselingkuhan,” jelas Kapolres Aceh Tenggara AKBP Drs Arsyad.

Mayatnya Menangis

Menurut sejumlah tetangga Sarminah-Mahidin, sebelum pembunuhan sadis terjadi, mereka sudah menasehati Sarminah agar tak suka berselingkuh. Tapi Sarminah dilaporkan malah balik menantang nasehat itu dengan mengaku siap dibunuh. Pengakuan Sarminah yang diingat tetangganya itu, makin mengejutkan warga begitu menyaksikan fakta mayat Sarminah mengeluarkan air mata, menangis.

Pipi mayat Sarmina berderai air mata. Temuan aneh ini terus berkembang dari mulut ke mulut di Desa Lawe Beringin Gayo, Kec. Semadam. Temuan itu memang mengundang sejuta tanya, namun tak ada yang berani secara langsung bertanya kepada keluarga Sarminah. Apalagi kondisi jenazah ibu malang itu masih terbaring di depan sanak familinya.

Karena air matanya terus jatuh ke pipinya, beberapa saudara Sarmina berulang-ulang mengelap. Temuan mayat Sarmina menangis bahkan menjadi tudingan miring oleh sejumlah warga.

Mulai dari itu pertanda hukuman akibat Sarmina melawan suami, sampai dia selingkuh hingga lepas dari tanggungjawab dalam kewajiban rumah tangga. Namun ada juga mengatakan pertanda itu sebagai ungkapan sedih Sarmina karena meninggalkan 3 anaknya yang masih kecil.

Terlepas dari semua tudingan itu, “Biarlah itu menjadi rahasia Allah SWT, tidak ada upaya kita untuk mengkaji lebih dalam dan mengeluarkan asumsi berlebihan,” ujar seorang ustadz yang melayat.

Uniknya, temuan berbau mistis ini seketika membuat tetangga jadi simpati pada Mahidin, yang telah membunuh isterinya. Itu karena ayah 3 anak itu dinilai terlalu sabar atas ulah istrinya yang kerab pergi dan pulang sesuka hati dengan pria lain.

Menurut warga, Sarminah pernah tertangkap basah sedang berselingkuh. Tapi perselingkuhan itu diselesaikan secara adat di Desa Lawe Beringin Gayo, Kec. Semadam, tempat Mahidin dan Sarminah.

Sementara, sebelum Sarminah tewas dibantai, banyak warga mendengar pertengkarannya dengan suaminya, namun tak satu pun warga berani melerai. Bahkan untuk memberikan kesaksian pembunuhan ini pada polisi, warga tak mau.

Begitu juga dengan kakak Sarminah yang ketika peristiwa pembunuhan berada di TKP dengan seorang pria yang diduga selingkuhan Sarminah, juga tak mau memberi kesaksian. Bahkan hingga kemarin keduanya tak diketahui keberadaannya. Pun begitu, Samsinar, ibu Sarminah, mengutuk keras perbuatan Mahidin.

“Kalau anak saya salah karena selingkuh, kenapa tidak diceraikan saja. Kenapa harus dibunuh! Lihat cucu saya sangat cantik, kakinya sangat putih. Sekarang sudah tidak punya ibu. Dasar menantu tidak tahu diri, suami yang tidak bertanggung jawab!” ratap Samsinar di samping jasad puterinya, Sarminah.