Anak SMP Tewas Dililit Ular Piton Raksasa di Deliserdang

Anak SMP Tewas Dililit Ular Piton Raksasa di Deliserdang , Sriati (44) schock. Kamis (18/3) menjelang magrib, anak keduanya, Muhammad Zakaria (13) tewas dililit ular piton raksasa saat berenang-renang di Sungai Tembung, Desa Seirotan, Kec Percut Seituan, Deliserdang. Lima teman Zakaria hanya bisa histeris melihat piton sebesar pohon kelapa itu melilit tubuh Zakaria.

Hingga Jumat (19/3) kemarin usai pemakaman Zakaria, Sriati dan suaminya Jamaluddin (42) masih tanpak sedih. “Setiap pulang sekolah Zakaria biasa mandi-mandi di sungai itu. Dari sungai itu ke rumah neneknya memang tak jauh. Kami tak khawatir kalau Zaka mandi-mandi karena dia pandai berenang,” cerita Jamaluddin yang ditemui di rumahnya Jl Gambir Dusun IV, Kec Percut Seituan, Deliserdang

Jamaluddin sendiri mengetahui anaknya tewas dililit piton raksasa setelah dikabari keponakannya bernama Asri teman sepermainan Zakaria. “Keponakan saya, Asri yang memberi tahu. Dia juga ikut mandi-mandi di sungai,” kata ayah 3 anak ini.

Kepada jamaluddin, Aris bercerita, saat mereka berenam termasuk Zakaria berenang-renang di sungai yang lebarnya sekitar 7 meter dengan kedalaman satu meteran, tiba-tiba seekor piton ke luar dari terowongan saluran limbah pabrik bongkar muat pupuk Panca Pinang. Ular itu lantas menyeser sungai.

Keenam bocah, termasuk Zakaria, tak melihat kedatangan ular berwarna hitam-coklat-hijau bercorak batik itu. Para bocah baru terkejut ketika melihat kepala piton sebesar paha orang dewasa itu menyembul dari dalam sungai yang dikelilingi pohon perdu dan ilalang itu. Lantas, ular menerkam kaki sebelah kanan Zakaria yang terus saja berenang-renang.

Kontan para bocah berlarian ke tepian sungai sembari menjerit-jerit. Jeritannya sampai mengundang perhatian orang-orang yang sedang melaksanakan ibadah sholat magrib berjamaah di masjid yang tak jauh dari sungai itu.

Zakaria sendiri berusaha melawan kekukatan ular piton itu namun tetap tak berdaya. Malah piton raksasa semakin buas, tubuh kecil Zakaria dililit selama hampir 5 menit. Piton itu baru melepaskan belitan setelah Zakaria tak lagi melakukan perlawanan. Lalu piton raksasa itu kembali masuk ke terowongan limbah pabrik meninggalkan Zakaria yang tergeletak tak berdaya di tepian sungai. Namun nafasnya masih tersengal-sengal, belum tewas.

Kelima bocah rekan Zakaria hanya memandangi tubuh Zakaria yang tergeletak tak berdaya. Ketika itulah sejumlah jamaah yang baru menunaikan sholat magrib memberikan pertolongan dengan membawa Zakaria ke Rumah Sakit Mitra Husada Tembung, sembari memberitahu kedua orangtuuanya. Namun setibanya di rumah sakit, Zakaria sudah meregang nyawa.

“Tak ada firasat buruk atau mimpi buruk sebelum kematian Zaka,” kata Jamaluddin tak bisa menyembunyikan rasa sedihnya. (jafar)

TKP Diseser, Piton Lebih Besar Ditangkap

MENURUT Hidayat (48) warga setempat yang rumahnya tak jauh dari sungai itu, dia dan teman-temannya pernah nyetrum ikan di sekitar saluran limbah tempat bersarangnya ular itu. Tak disangka, setrum ayah tiga ini malah mengenai ular piton. “Besar kali ular itu, ukurannya kira-kira sebetis orang dewasa. Pernah dua ekor kami temukan di sini,” ujar Dayat sambil menunjukkan lokasi ular yang pernah ditemukannya bersama temannya.

Katanya lagi, saat terkena strum, ular tersebut tidak langsung lari, melainkan melawan terlebih dahulu. “Nggak langsung lari ular itu, tapi ngelawan dulu. Kusetrum lagilah, baru ular itu kabur,” kata penarik betor ini. Tak hanya itu, selain ular, Dayat juga pernah menemukan buaya berukuran kecil di sungai itu. “Nggak cuma ular saja, kami juga pernah jumpa buaya, tapi gitu kena setrum buaya itu langsung kabur,” tukasnya sambil melanjutkan pekerjaannya membantu warga mencari ular yang membelit Zakaria.

TKP Diseser


Pascakematian Zakaria, usai shalat Jumat, warga yang khawatir ular raksasa itu akan memangsa korban lagi, melakukan pencarian. Mulut gua yang rimbun karena ditumbuhi pepohonan bambu, diasapi. Warga berharap ular tersebut keluar dan selanjutnya ditangkap.

Perburuan ular sawah itu mengundang perhatian warga. Ratusan warga berjejer di pinggir sungai untuk menyaksikan perburuan binatang melata itu. Di awal-awal perburuan, belum ada tanda-tanda ular tersebut akan keluar dari sarangnya. Namun, sebelum azan magrib berkumandang, warga berhasil menangkap seekor ulat piton yang lebih besar dari yang membelit Zakaria. Ular itu ditangkap dari saluran limbah terowongan. Warga juga menangkap ular piton yang kecil-kecil. Ular itu sempat disimpan di sekitaran masjid namun kemudian dibawa warga.

Zakaria Dikenal Pendiam


Di usianya yang masih sangat muda, tak ada yang mengira Muhammad Zakaria akan tewas dibelit ular piton. “Di antara anak kami yang lainnya, Zakaria anak kami yang paling pendiam, dan tidak banyak tuntutan. Kami sangat kehilangannya,” kata Jamaluddin ayah Zakaria diamini istrinya. “Saya masih sangat bersedih. Saya masih ingat sikapnya yang baik. Cita-cita Zakaria itu banyak,” ujar Jamaluddin dengan mata berkaca-kaca.

Zakaria dikebumikan selepas salat Jumat, di tanah wakaf Titi Sewa, Tembung. Zakaria juga dikenal anak yang jarang bermain dengan teman sebaya, lebih senang berteman dengan anak-anak yang usia di bawahnya.

Zamaluddin dan istrinya, tidak pernah memiliki firasat kalau anak keduanya akan pergi dengan peristiwa yang tidak disangka-sangkanya itu. “Kami tidak punya firasat apa-apa, ketika ia pergi ke sungai. Karena memang itu sudah sering dilakukannya, setiap kali pulang sekolah,” bilang Zamaluddin.