Bocah Pemakan Sabun dari Kediri Eri

Bocah Pemakan Sabun dari Kediri Eri ; Fenomena aneh pada anak-anak tidak hanya terjadi pada SW, bocah berusia 4 tahun asal Kota Malang yang memiliki hobi merokok dan berkata kotor. Sebut saja Eri, bocah berusia 7 tahun, asal Dusun Sambiroto, Desa Jugo, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, bahkan bisa disebut omnivora, karena doyan makan dan minum segala sesuatu yang dilihatnya.

Eri yang tercatat sebagai putra ke empat dari pasangan Nuhari (44) dan Warsiah (42) tersebut diketahui memiliki keanehan sejak 2 tahun terakhir. Sejak kecil Eri diketahui memiliki keanehan, seperti senang apabila di tubuhnya banyak ditaburkan bedak dan minyak kayu putih.

"Kalau dulu ya hanya senang kalau ditaburi bedak, tapi kalau sekarang malah biasa memakannya," ujar Warsiah, saat ditemui detiksurabaya.com di rumahnya, Kamis (8/4/2010).

Selain bedak, Eri juga gemar memakan sabun krim, pasta gigi, arang, kemenyan, daging mentah, bawang merah dan putih, serta meminum minyak kayu putih dan oli bekas. Kondisi ini memaksa Warsiah untuk tidak bekerja, karena harus meluangkan waktu ekstra untuk menjaga anaknya.

"Kalau lepas dan nggak ketahuan oli bekas pun juga diminum. Bahkan pernah seranggga hidup yang berhasil ditangkap juga dimakan," imbuh Warsiah.

Untuk penyebab perilaku aneh yang ditunjukkan Eri, Warsiah mengaku tak banyak mengetahui. Dia hanya menuturkan, sejak kecil bocah dengan rambut ikal tersebut sering sakit-sakitan dan keluar masuk puskesmas. "Saat usia 1 tahun, berak keluar darah itu sampai 3 bulan. Belum lagi kalau datangnya juga stepnya, badannya panas dan kejang-kejang," ceritanya sedih.

Kondisi aneh pada Eringga semakin diperparah pada kemampuannya berbicara, yang hingga usia 7 tahun belum menunjukkan tanda-tanda bisa. Ini berbeda dengan pertumbuhan fisiknya, yang terjadi seperti pada anak seusinya.

"Kalau bisu sebenarnya tidak, karena sesekali bisa ucapkan bapak. Tapi ya itu, kalau diajak bicara suka nggak nyambung karena memang nggak lancar bicara," ungkap Warsiah.

Saat ini keseharian Eri dihabiskan dengan pengawasan ketat ibunya, sementara ayahnya bekerja sebagai buruh sadap karet. Ironisnya pengawasan terpaksa dilakukan sangat ketat, karena apabila barang kesukaannya tidak ditemukan di rumah, milik tetangga pun menjadi sasarannya.