Kakek Terjun dari Lantai 8 Hotel Grand Tiga Mustika


Seorang Kakek Terjun dari Lantai 8 di Balikpapan Puluhan tamu, pekerja hotel serta warga sekitar digegerkan oleh peristiwa jatuhnya seorang kakek bernama Iswadi (62) dari lantai 8 Hotel Grand Tiga Mustika yang terletak di Jl Ars Muhammad, Klandasan Ulu, Balikpapan Selatan, Rabu (18/11). Tragedi mengenaskan itu terjadi sekitar pukul 13.15 siang.

Dari ketinggian sekitar 38 meter, warga keturunan Tionghoa yang beralamatkan di Jl Ahmad Yani No 46, Karang Rejo, ini jatuh tepat di tepi jalan masuk menuju area parkir di bawah gedung hotel. Dalam balutan kemeja polos warna merah jambu dan celana panjang warna coklat tua. Ia tergeletak dengan posisi badan tertelungkup dan dua set gigi palsu yang terhempas agak jauh dari letak tubuh korban. Darah pun mengalir dari luka robek di sekitar hidung bagian kanan dan mulut.
Petugas keamanan hotel yang melihat kejadian tersebut sontak mengamankan tempat jatuhnya korban. Tak lama kemudian, dari arah pintu lobby hotel, keluar Melly, anak almarhum dan seorang bell boy, Fandi. Diikuti, Liliana, pemilik hotel yang mengaku sempat berbicara dengan almarhum sebelum kejadian. Ketiganya langsung menuju tempat jatuhnya almarhum.

Sambil menunggu kedatangan aparat kepolisian, petugas hotel membawa kain putih untuk menutupi tubuh korban. "Tolong ya... tolong hormati. Dia baru meninggal. Jangan difoto-foto," ujar Melly seraya meminta petugas keamanan membatasi gerak media.
Isak tangis langsung mewarnai lokasi kejadian saat istri dan beberapa anak almarhum lainnya datang dan melihat jasad yang sudah bersimbah darah tersebut. Setelah melakukan olah TKP, aparat membawa jenazah almarhum ke RS Bhayangkara untuk dilakukan visum.

Dari keterangan beberapa saksi di tempat kejadian, almarhum datang ditemani Melly ke Hotel Grand Tiga Mustika sekitar pukul 12.30 siang. Keduanya berniat sembahyang di vihara yang terletak di lantai 8 hotel. Karena bukan penginap, maka keduanya harus diantar petugas hotel sebagai pemegang kartu untuk menggunakan lift.




Seorang bell boy bernama Fandi kebetulan mengantar keduanya. "Ibu yang menemani korban mengatakan Bapaknya ingin sembahyang di vihara hotel. Katanya, dulu pernah sembahyang di situ dan penyakitnya agak membaik. Jadi saya antar mereka ke vihara," ungkap Fandi di sela proses pemeriksaan di Polresta Balikpapan.
Sesampai di vihara, Melly masuk ke altar untuk berdoa sambil ditemani Fandi. Sedangkan almarhum berkeliling di sekitar halaman vihara. "Ibu Melly mengatakan dia sudah telepon dan minta izin ke bos. Kemudian saya jawab, kalau begitu bisa saya tinggal ya Bu!" ujarnya.

"Baru melangkah beberapa langkah, saya dengar ibu Melly teriak, jangan Pah... jangan Pah. Saya pun berbalik. Saya lihat tangan bapaknya memegang pinggiran pagar sementara tangan satunya sudah terjuntai. Saya langsung mendekati si bapak bermaksud ingin menarik tangannya. Namun hanya sempat bersentuhan sebentar sebelum dia jatuh ke bawah," tutur Fandi.

Pagar tembok setinggi pinggang orang dewasa tersebut memang terlihat mudah dijangkau. Apalagi selain terdapat tanaman yang cukup tinggi dan menutupi tubuh orang dewasa, di dekat tempat korban bergelantung ada gondola besar yang biasanya digunakan petugas untuk membersihkan kaca.

"Saya tidak tahu bagaimana bapak itu memanjat tembok. Sebab sebelumnya saya sedang bicara dengan ibu Melly dan beranjak pergi meninggalkan mereka. Pastinya begitu saya lihat, dia sudah bergelantung dengan satu tangan," kata Fandi.

Jenazah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk dilakukan visum. "Saat ini sedang dilakukan pemeriksaan saksi-saksi di sekitar kejadian, satu diantaranya saksi kunci bernama Fandi," kata Wakapolresta Balikpapan Kompol Didik Mulyanto

sumber http://www.tribunkaltim.co.id/read/artikel/42070