Kebakaran Istana Silinduang Bulan

Kebakaran Istana Silinduang Bulan, Musibah datang lagi melanda Ranah Minang, dini hari tadi Istano Silinduang Bulan, tempat kedudukan Raja Pagaruyung di Batusangkar habis terbakar. Berbagai benda-benda kerajaan terutama yang berupa tekstil ludes.

Kejadian memilukan itu diketahui sekitar pukul 01.30 WIB dini hari tadi. "Saya dibangunkan keluarga lima belas menit setelah api membesar," kata Puti Reno Raudha Taib, salah seorang anggota keluarga kerajaan, adik dari Raja Pagaruyung St. Muhammad Taufiq Thaib.

Puti Raudha Thaib menyebutkan belum mengetahui dari mana asal muasal api yang menghanguskan lambang kerajaan Minangkabau itu. Menurut Raudha, mengutip keterangan beberapa saksi mata di situ, api berasal dari bagian belakang istano yang diresmikan pada 1985 itu.

Tapi untunglah kebakaran besar itu tidak sampai menghanguskan pusaka-pusaka utama dari kerjaaan Minangkabau. Pusaka-pusaka utama seluruhnya disimpan di satu tempat di luar Istano Silinduang Bulan.

Raudha belum bisa memastikan berapa total kerugian akibat kebakaran ini. Yang jelas ia bersama St. Muhammad Tufiq Thaib sudah memberi tahu semua anggota kerajaan termasuk ke seluruh trah Pagaruyung yang disatukan dalam apa yang disebut dengan `Basa Ampek Balai, Tuan Gadang Batipuah, Tampuak Tangkai Alam di Pariangan, Gajah Gadang Patah Gadiang di Limo Kaum, Simarajo Nan Sambilan, Langgam Nan Tujuah, Lubuak Nan Tigo, Tanjuang Nan Ampek, Sapiah Balahan Kuduang Karatan, Kapak Radai dan Timbang Pacahan'

Puti Raudha Thaib mengatakan bahwa Istano ini harus dibangun kembali, bagaimanapun caranya. Hal itu juga sudah diberitahunya kepada karib kerabat keluarga kerajaan yang tersebar di seantero nusantara.

Istano Silinduang bulan pernah terbakar pada tahun 1961. Sejak itu selama beberapa waktu lamanya Istano belum dibangun. Baru pada 1987 Istano Silinduang Bulan dibangun kembali atas prakarsa Sutan Oesman Yang Dipertuan Tuanku Tuo, Tan Sri Raja Khalid, Raja Syahmenan bin Raja Harun, Aminuzal Amin Dt Rajo Batuah dan segenap anggota keluarga kerajaan. Dalam sebuah perhelatan kolosal, Istano ini diresmikan pada tahun 1989 dengan dihadiri berbagai tokoh dan petinggi negara, termasuk Sri Sultan Hamengku Buwono IX