Kisah Mistery Apartemen Mediterania

Setiap malam lobi di tower-tower apartemen Mediterania Garden Residence, Tanjung Duren, Jakarta Barat, selalu ramai. Para penghuni maupun tamu biasanya duduk di ruang tunggu dan emperan gedung untuk sekadar kongkow atau menunggu seseorang."Hanya di lobi ini kita bisa mengenal penghuni-penghuni lain yang tinggal di tower ini," jelas Robbie, karyawan swasta yang mengaku tinggal di Tower E Apartemen Mediterania.

Dijelaskan Robie, banyak mahasiswa yang tinggal di Apartemen Mediterania, selain para karyawan atau pebisnis. Soalnya lokasi apartemen memang tidak jauh dari kampus-kampus ternama di wilayah Jakarta Barat.Karena banyaknya mahasiswa yang tinggal, Robbie mengaku, suasana apartemen layaknya seperti kamar-kamar kos. Para penghuni sering membawa teman kampus atau teman main masuk ke apartemen yang tarif sewanya Rp 25 juta sampai 40 juta per tahun tersebut.

Sikap penghuni apartemen yang kurang selektif dalam mengajak tamu masuk ke unit apartemen, menurut kriminolog Adrianus Meliala, menjadi salah satu faktor terjadinya kejahatan di dalam aparteman. Sebab kasus kriminal yang menimpa penghuni apartemen biasanya dilakukan orang dekat penghuni. Bukan orang dari luar.

"Tinggal di apartemen itu dijamin aman dari ancaman dari luar. Sebab ada beberapa filter keamanan di lingkungan aparteman," jelas Adrianus .

Bambang Setiobudi, komandan keamanan Apartemen Mediterania Garden Residence saat ditemui detikcom mengakui jika sistem keamanan yang diterapkan petugasnnya sudah sangat standar. Setiap tamu yang datang diperiksa secara seksama, terutama barang bawaanya. Selain itu pengawasan di ruang kamera closed circuit television (CCTV) juga dilakukan.

Sementara untuk jumlah personel, Bambang menjelaskan, pengelola menyiagakan lebih dari 100 orang. Kebanyakan dari mereka bertugas di area luar apartemen, yakni parkiran dan lingkungan apartemen. Sementara di dalam gedung masing-masing tower dijaga 2 petugas secara bergiliran.
"Di dalam gedung kami hanya menempatkan 2 personel, yakni di depan lift maupun lobi. Selain itu ada juga pengawas CCTV yang mengontrol keluar masuknya tamu atau penghuni apartemen. Itu sudah standar pengamanan setiap apartemen,"

Sistem pengamanan yang berlapis seperti yang dijelaskan Bambang, ternyata tidak lantas membuat penghuni terbebas dari ancaman kejahatan.Menurut Adrianus Meliala, kondisi tersebut merupakan sebuah paradok. Sebab sekalipun penghuni apartemen aman dari gangguan dari luar, seperti pencuri atau perampok. Tapi kejahatan yang menimpa mereka justru datang dari orang dekatnya.

"Kondisinya memang ekstrim. Ancaman keselamatan penghuni apartemen justru dari orang dekatnya. Bukan dari luar," ujarnya.Beda halnya, imbuh Adrianus, bagi penghuni perumahan atau perkampungan. Para penghuni di perumahan biasanya akan dihantui ancaman dari pencuri, perampok, atau aksi kejahatan lainnya.

Namun bukan berarti keamanan tinggal diperumahan atau perkampungan menjadi rentan. Sebab filter keamanan warga yang tinggal di wilayah tersebut adalah tetangga dan petugas keamanan wilayah itu.Sehingga bila warga ada yang terancam, bantuan akan segera datang dari tetangga sekitar. Sementara di apartemen tidak akan terjadi seperti itu. Sebab kehidupan penghuninya sudah individual.

Karena itu, imbau Adrianus, untuk mengatasi ancaman kejahatan, para penghuni apartemen diminta lebih selektif dalam memasukan tamu ke apartemennya. "Dalam kasus pembunuhan yang lalu (Setyanti Dwi Retno) telah terjadi kesalahan. Dia memasukan orang luar (penata rias) ke dalam kamarnya. Padahal itu sangat berisiko," tandasnya.

Jadi, kata Adrianus, tingkat keamanan penghuni apartemen tergantung sikap dari penghuni itu sendiri. Karena ancaman kejahatan itu datangnya dari orang dekat mereka. Bila tidak hati-hati, nasib seperti Setyanti Dwi Retno, Novita Purnamasari, Jovita, dan Grifith Mirizka, akan dialami para penghuni apartemen.



Seorang perempuan muda terlihat bolak balik di depan pintu unit 25 HE Apartemen Mediterania Garden Residence (MGR) 2, Tanjung Duren, Jakarta Barat. Seorang petugas checklist unit yang bertugas malam itu, Minggu (15/11/2009), tengah bertugas sejenak memperhatikan gerak-gerik perempuan berdaster putih tersebut.

Setelah diperhatikan secara seksama ternyata sosok perempuan di depan unit 25 HE itu, wajahnya seperti Setyanti Dwi Retno, penghuni unit tersebut. Hal inilah yang membuat petugas security itu langsung merinding. Soalnya, Setyanti sudah meninggal dunia. Mahasiswi Sekolah Tinggi Administrasi Negara (STAN) itu ditemukan tewas dibunuh beberapa hari sebelumnya.

Sang petugas itu pun langsung ngacir ke lobi tower. "Satpam itu sangat ketakutan. Soalnya sosok perempuan yang dilihatnya itu mirip Setyanti, yang ditemukan tewas sekitar 4 hari sebelumnya," jelas Andy Ali Johan, penghuni tower H .




Kisah satpam apartemen MGR itu, kata Andy, langsung merebak di lingkungan tower H. Banyak di antara penghuni di tower itu yang merasa bergidik. Terutama para para penghuni yang tinggal di sekitar tempat tinggal.Andy sendiri juga merasa takut. Itu sebabnya ia tidak mau bertanya lebih jauh tentang sosok perempuan di depan unit yang ditempati almarhum Setyanti. "Saya nggak mau tanya-tanya lebih rinci. Takutnya sosok itu datang ke tempat saya," ujar Andy.

Selain merasa ngeri, sejumlah penghuni di apartemen Mediterania banyak yang merasa khawatir kejadian yang menimpa Setyanti, bukan tidak mungkin terjadi pada meraka. Apalagi peristiwa pembunuhan di Apartemen Mediterania bukan kali ini saja terjadi. Sepanjang tahun 2009 setidaknya ada 3 kasus pembunuhan terjadi di apartemen itu.

Sebelumnya, peristiwa pembunuhan menimpa Jovita Sagita, 9 Juni 2009 (32). Bos panti pijat ini tewas bersimbah darah di kamar Apartemen Mediterania A-18. Dari hasil visum yang dikelurkan Kepolisian Resort Jakarta Barat, korban mengalami 10 luka tusuk di tubuhnya. Luka tersebut juga membuat usus korban terburai.

Jovita tewas dibunuh koleganya, yang diduga merupakan warga negara China. "Namanya Chio Che, tapi saya sulit mengejarnya. Pelakunya sudah kami ketahui melalui CCTV. Namun pelaku langsung kabur ke negara asalnya," jelas Kapolsek Tanjung Duren Komisaris Jhony Iskandar kepada.

Belum juga pelaku pembunuhan terhadap Jovita tertangkap, 20 September 2009, giliran Novita Purnamasari, penghuni kamar 31 SL, yang jadi korban. Mahasiswi Trisakti tersebut ditemukan tewas bersimbah darah di kamarnya. Menurut Jhony Iskandar, pelaku pembunuhan Novita adalah teman dekatnya yang akrab dipanggil Fariz Bom Bom. Pelaku tega membunuh lantaran tidak terima dirinya dimarahi Novita gara-gara urusan utang piutang.

Sebenarnya, kasus kematian yang mengenaskan juga terjadi pada November 2008. Seorang perempuan muda bernama Grifith Mirizka (21), asal Tumohon, Sulawesi Utara, terjun bebas dari kamarnya di lantai 16 J tower D.

Soal kematiannya hingga kini masih misteri. Ada 2 versi yang berkembang terkait kematian Mirizka. Pihak keluarga menduga, Mirizka dibunuh seseorang lantaran dari jasadnya terdapat beberapa luka sayatan benda tajam.

Sementara polisi berpendapat Mirizka terjun bebas lantaran teler. Asumsi polisi ini berdasarkan temuan sejumlah narkoba di kamarnya. Selain itu, dari pemeriksaan urin yang dilakukan, terkandung zat narkoba di tubuh Mirizka.

Rentetan kematian 4 perempuan muda di apartemen Mediterania tersebut tentu bikin sejumlah penghuni bergidik. Pasalnya, apartemen yang baru dibuka sejak 2008 itu sudah banyak menelan korban penghuninya.

"Saya juga heran kenapa banyak sekali pembunuhan di sini," jelas Joseph, seorang mahasiswa yang tinggal di Blok J, saat ditemui detikcom.

Apartemen Mediterania sendiri mulai dipasarkan sejak pertengahan 2008. Apartemen tersebut punya dua lokal, yakni Mediterania Garden Residence 1, yang memiliki 4 tower dengan kapasitas 2.800 unit. Sedangkan Mediterania Garden 2 yang memiliki 6 tower punya kapasitas unit sebanyak 3.100.

Wiyoto Juwono, pengelola Mediterania Garden 2 kepada detikcom mengatakan, tingkat hunian apartemen yang dikelolanya saat ini sebanyak 50% dari kapasitas yang tersedia. Sementara tingkat hunian Mediterania Garden 1 sudah mencapai 75%.

Wiyoto sendiri mengaku tidak bisa berbuat banyak perihal terjandinya banyak pembunuhan di apartemen yang dikelolanya. Alasannya, para pelaku merupakan orang dekat penghuni. Dan pengelola tidak bisa mengetahui apa yang ada di dalam unit.

"Masing-masing unit adalah wilayah privasi penghuni di sini. Sedangkan wilayah pengamanan kami hanya meliputi areal parkir, lobi, dan lift. Jadi apapun yang terjadi di dalam unit kita tidak tahu sama sekali," ujar Wiyoto.

Namun menurut Andy, penghuni blok H, seharusnya pengelola lebih sigap lagi dalam menjaga keselamatan para penghuni. Salah satunya dengan menyediakan CCTV di setiap lantai. "Saat ini CCTV hanya di lobi dan parkiran. Di lantai tidak ada. Harusnya pengelola memperhatikannya," tandas Andy.