Perempuan Paling Sadis Nyiksa Anak Ngatinem

Perempuan Paling Sadis Nyiksa Anak Ngatinem, Ternyata, Ngatemi (39) tak sekali saja kedapatan menyiksa anak. Aksi Ngatemi yang suka main hantam bila marah pada anaknya pun diketahui tetangga dekatnya sejak 15 tahun silam.

“Siapa yang tak kenal kesadisan Ngatemi bila menghajar anak. Dari 15 tahun lalu dia pindah di lingkungan ini, semua warga tahu kalau sikapnya sadis kali bila ngamuk sama anak. Ngamuknya enggak tanggung-tanggung itu, jangankan menyiksa pakai benda tumpul, benda tajam serta menyeret-nyeret anak di tanah pun tega dia itu, dan kami sudah melihatnya langsung,” terang Misdar, salah seorang warga yang tinggal di samping rumah Ngatemi.

Lanjut pria berkulit hitam berusia 40 tahun itu, di lingkungan tempat tinggalnya, yakni di Jalan Penampungan, Dusun III Desa Delitua, Kecamatan Namorambe, Ngatemi dan suami ketiganya, Muliadi (45) dikenal cuek dan kurang bergaul kepada tetangga sekitar.

“Sudah capek kita ngasih tahu Ngatemi agar jangan tega kali menghajar anak. Tapi ya selalu tak terima dia bila dinasehati. Katanya: yang kuhajarkan anakku, jadi bukan urusan kalian. Karena itu, dari pada ribut antar tetangga, kami tetangga sekitar hanya menyaksikan sajalah kesadisannya bila mengamuk,” beber Misdar yang mengaku telah 20 tahun menetap di lingkungan itu.

Kekerasan Ngatemi pun diakui Eko Muliono (25), tetangganya juga. “Bukan hanya memukul, memaki-maki dengan kata-kata kotor pun selalu kudengar dia itu. Kalau kulihat, macam sudah pada stres anak-anaknya itu dibuat mamaknya,” aku pria berperawakan tinggi itu.

Dengan kejadian ini, sambung Indra (35) yang mengaku sempat melihat Kiki terikat di tiang jemuran, membuat Ngatemi jera untuk mendidik anaknya dengan kekerasan. “Mudah-mudahanlah insyaf dia. Sebenarnya sejak jam 12 siang tadi mau kubukakan ikatan si Kiki itu, tapi takutku ngamuk pula mamaknya. Yang buat kecewaku lagi, saat bapaknya (Muliadi-red) datang dari jual es, malah dibiarkan aja si Kiki menjerit-jerit minta tolong. Eh, malah disuruhnya pula anaknya yang lain menyiram si Kiki di tengah terik matahari,” ujar pria bertubuh sedang itu

Ditanya pada ketiganya bagaimana sikap dan prilaku kelima anak Ngatemi kesehariannya, ketiga tetangga dekat Ngatemi itu pun mengaku kalau kelima anaknya patuh-patuh dan penurut pada orang tua.

“Si Kiki itu lagi, sebelum pergi sekolah, jam 6 pagi pun sudah membantu mamaknya mencuci di rumah warga lain. Salutlah kita, tapi mungkin karena hidup selalu kekurangan, dan uang tak ada, itulah yang mungkin membuat si Kiki tadi nekat mencuri. Tapi jujur, patuh-patuh kali sebenarnya anak si Ngatemi itu,” tambah Indra.

Seperti yang diinformasikan kemarin, Ngatemi tengah hamil 8 bulan. Ngatemi meminta bantuan putrinya, Kiki (12) agar membantunya mencuci pakaian di rumah Ibu Indah majikannya di perumuhan Kodam, Graha Deli Permai.

Ngatemi dan Kiki pun diantar suaminya naik sepedamotor pukul enam pagi ke rumah Bu Indah. Sesampai di sana, Ngatemi mengambil tumpukan baju kotor. Baju-baju itu dicuci bersih-bersih.

Tapi karena kelelahan, Ngatemi menugaskan anaknya membalikan setiap baju dan celana yang sudah diberus dan dibilas. Saat membalikan celana, Kiki menemukan uang Rp50 ribu dari dalam kantung celana. Tapi Kiki tak memberitahu kepada ibunya.

Hingga Ngatemi pulang bersama, Kiki tetap bungkam soal temuan uang Rp50 ribu itu. Barulah sekira pukul 8 atau dua jam setelah bekerja, Ngatemi ditelpon majikannya dan mengatakan uangnya hilang di kantong celana sebanyak Rp200 ribu.

“Aku baru tahu saat Ibu Indah nelpon dan mengatakan kehilangan uang di kantong celana,” terang Ngatemi.

Mendapat telpon dar majikannya, Ngatemi memanggil Kiki dan menanyakan apakah ada menngambil uang dari kantong celana yang dicucinya. Kiki pun mengaku. Namun Kiki mengaku hanya menemukan Rp50 ribu, bukan Rp200 ribu seperti yang dituduhkan majikannya. Tapi majikan Ngatemi tetap bersikukuh bahwa uangnya yang hilang Rp200 ribu.

Ngatemi pun mengambil kain panjang warna merah jambu dan membawa putrinya itu ke tiang jemuran. Di situ, kedua tangan Kiki diikat ke tiang jemuran tepat pukul 12 siang saat matahari sedang terik-teriknya. Tapi tetap saja Kiki mengaku hanya mengambil uang Rp50 ribu.

“Aku mau kasih pelajaran saja, karena anak saya itu mencuri di tempat saya menyuci. Saya merasa malu kepada majikan saya. Saya takut tidak bisa lagi mencuci, saya harus mengumpulkan uang untuk biaya melahirkan,” terang Ngatemi