Pertengkaran Suami Istri bisa Menambah Gairah Seks

Pertengkaran Suami Istri bisa Menambah Gairah Seks, PERTENGKARAN ternyata tak hanya sebatas adu mulut yang menguras tenaga, dan membuat darah serta hati mendidih. Lebih dari itu, perdebatan memberikan dampak positif untuk gairah di ranjang. Benarkah?

Sex after war, bercinta usai bertengkar hebat, ternyata memiliki kenikmatan tersendiri. Pasalnya, hormon yang dihasilkan saat sanggama atau yang dikenal hormon oksitosin dapat membantu meredakan ketegangan di antara pasangan suami istri.

Meskipun sebuah pertengkaran terlihat tidak ada manfaatnya, namun nyatanya, aksi ini bisa menyehatkan hubungan serta ikatan emosional pasangan suami istri (pasutri). “Bercinta setelah bertengkar dapat membantu menempatkan Anda dalam suasana hati yang jauh lebih pemaaf,”

Menurut Lan Kerner PhD ahwa kegiatan ini merupakan resep untuk menebus kata maaf yang biasanya sulit untuk diutarakan oleh pasutri usai bertengkar. “Hubungan seks adalah suatu bentuk permintaan maaf dalam dirinya sendiri. Ini adalah sarana fisik untuk menyatakan bahwa Anda mengasihi satu sama lain dan ingin memperbaiki keadaan,” .

Meski begitu, sehebat apapun aksi ranjang yang dilakukan ketika usai bertengkar, ini belum bisa menyelesaikan masalah yang sesungguhnya. Sehingga, Kerner merekomendasikan untuk segera tidur setelah bercinta, dan membicarakan lebih lanjut permasalahan keesokan harinya. Hal itu dilakukan karena kemungkinan saat pagi hari kepala Anda berdua lebih dingin, dan dapat melihat dengan jelas letak permasalahan dari segala sudut pandang.

Saat itu, Anda dapat merangkul pasangan untuk membicarakan masalah lebih tenang. Lalu, ungkapkan apa yang mengganjal di hati. Baru mengakhiri dengan menciumnya penuh kelembutan dan kehangatan. Dijamin, masalah pun bisa diselesaikan dengan baik dan penuh kedamaian. Apalagi, ditambah aksi ranjang panas yang bisa menambah gelora bercinta.

Terkdang Anda dihadapkan pada kondisi sangat mencintai pasangan, namun juga benci dengan tingkah lakunya. Secara bersamaan, Anda ingin memeluknya, namun Anda juga ingin menendang dia jauh-jauh dari kehidupan Anda. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Berdasarkan sebuah studi terbaru yang dilansir Women's Health, Minggu (21/3/2010), merasakan cinta dan benci secara bersamaan merupakan kondisi normal. Ini disebabkan karena persamaan rasa di area otak Anda.

Rasa yang ada di otak Anda, mengaktifkan perasaan sentimental sekaligus memproduksi emosi berbentuk kemarahan. Di mana kondisi pada otak ini menjelaskan mengapa Anda ditakdirkan untuk berjuang memelihara hubungan dengan pasangan dari waktu ke waktu.

"Berdebat dapat menjadi sinyal bahwa hubungan Anda dan pasangan kuat dan bergairah. Dan Anda merasakan cukup nyaman untuk mengespresikan perasaan negatif tanpa harus rasa takut atau kehilangan satu sama lain di dalam sebuah proses hubungan," kata Bonnie Eaker Weil, Ph.D sekaligus penulis buku Make Up, Don't Break Up.

Kendati demikian, bukan berarti Anda harus selalu berdebat jika tidak sepaham dengan jalan pikiran pasangan. Ada cara tepat untuk menunjukan ketidaksetujuan Anda terhadap pasangan. Berikut ini ulasan yang dikutip Pakar Bisnis dari Women's Health.

Gunakan kuping, bukan mulut Anda
Jika Anda menemukan diri Anda terdengar seperti playlist yang berbunyi terus menerus, cobalah untuk membuat jeda.

"Penelitian telah menemukan bahwa pasangan yang tidak bahagia cenderung mengulangi kata-kata putus asa untuk didengar. Cara ini tidak produktif. Mereka akhirnya berbicara satu sama lain, daripada memilih untuk berdialog," kata Benjamin Karney, Ph.D., direktur bersama dari Institut Hubungan di University of California di Los Angeles.

Jangan terlalu dimasukan ke dalam hati
Dalam perdebatan panas, seringkali terjadi tindak kekerasan dari pihak wanita atau pria. Sebaiknya ini dihindari.
"Masalahnya, ketika adegan perdebatan sudah mulai menuai kata-kata keji yang disertai penghinaan, yang dapat melukai perasaan masing-masing, maka kondisi ini tidak dapat diselesaikan juga," jelas Rita DeMaria, Ph.D., Director of relationship education Council for Relationships di Philadelphia

Selain itu, menurut sebuah studi di Universitas Chicago, otak manusia telah terintegrasi "bias negatif", yang membuat kita lebih responsif terhadap berita tidak menyenangkan. Apa pasal? Kembali melihat karakteristik manusia goa zaman purba. Kelangsungan hidup kita sebagai spesies tergantung pada kemampuan kita untuk menjauhkan diri dari bahaya, sehingga sistem perlindungan otak kita berevolusi yang tidak memungkinkan kita untuk mengabaikan yang buruk.

Itulah alasan mengapa Anda sebaiknya memperkecil dampak negatif dari kata-kata yang Anda lontarkan pada pasangan saat saling berargumetasi. Ingatlah, bahwa perdebatan atau saling berargumentasi bukan bertujuan untuk membuat satu sama lain saling marah dan kecewa. Namun, hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang tengah dihadapi berdua.

Ingatlah bahwa kalian merupakan pasangan
Kita tahu ini sulit, tetapi jika Anda mampu mengekspresikan emosi positif selama argumen, Anda akan memiliki hubungan yang lebih memuaskan dari dua atau tiga tahun. Pernyataan ini diterbitkan dalam Jurnal Perkawinan dan Keluarga.
"Ketika pasangan mampu berkomunikasi dengan cara yang intim, kasih sayang (misalnya, sentuhan di lengan atau pipi), dan bahkan humor di tengah-tengah perdebatan, dampak dari kata-kata kasar berkurang," kata Karney.

Karney menambahkan, bahwa interaksi positif ini menunjukkan bahwa Anda masih mencintai dan dicintai satu sama lain, dan Anda masih berkomitmen pada hubungan Anda walaupun pada waktu yang terburuk sekalipun.

Dan Anda bahkan bisa beradu argumentasi dengan saling menggoda satu sama lain. Berdasarkan sebuah studi yang dilakukan di University of California di Berkeley, bila adegan saling menggoda dengan perasaan cinta ditunjukan satu sama lain, maka konflik dan perbedaan pendapat pada akhirnya akan reda. Hal ini mungkin seperti ketika Anda menggunakan nama panggilan manis satu sama lain, atau membuat lelucon mencela diri sendiri.

Dan sebaiknya, Anda menghindari komentar yang mungkin melukai ego pasangan. Seperti komentar negatif mengenai kecerdasan, kebersihan pribadi, atau perilaku di atas ranjang.

Jika poin-poin diatas dapat Anda dan pasangan terapkan, maka bagian paling sulit dalam hubungan Anda berdua pun akan dapat dilewati bersama. Ikatan hubungan antara Anda berdua pun akan tetap kuat