Kepala sebelah kirinya terpaksa dijahit akibat terluka karena diinjak-injak oleh puluhan Satpol PP. Keningnya tampak memar dan lebam bekas pukulan tongkat dan bambu yang diayunkan oleh Satpol PP. Bahkan, mata sebelah kanannya tidak bisa membuka dengan sempurna.
"Ini kepala saya dijahit dan memar-memar. Seluruh badan saya dipukuli tadi," tutur Farhan sambil menahan amarah saat ditemui di RSUD Koja, Jakarta, Rabu (14/4/2010).
Selain dia, menurut keterangan Farhan, ada dua warga lainnya yang mendapat perlakuan serupa dari Satpol PP. Bahkan, salah seorang warga merupakan bocah berusia delapan tahun dan seorang lainnya berusia 19 tahun. Keduanya juga dimasukkan ke kamar mandi dan dipukuli kepalanya. "Satu orang dimasukkan di satu kamar mandi. Saya di kamar mandi kedua. Dua orang itu meninggal," tutur Farhan.
"Ini sangat kejam. Bayangkan, yang delapan tahun itu ditembak pakai gas air mata. Diperlakukan seperti hewan. Bayangkan, itu anak kecil digebukin. Sudah dimasukin di ambulans saja masih digebukin," tutur dia.
Mendapat perlakuan seperti itu, Farhan berusaha melarikan diri. Sambil berlari terpincang-pincang, Farhan mencoba keluar dari kompleks makam Mbah Priok."Saya enggak pakai senjata apa pun. Cuma salawat saja sama zikir. Mereka (Satpol PP) pakai tongkat, kayu, bambu," ungkapnya.