Kepentingan Mesir Dibalik Pembangunan Tembok Baja

Kepentingan Mesir Dibalik Pembangunan Tembok Baja , Republik Arab Mesir yang merupakan negara tetangga satu-satunya bagi Gaza ternyata tak banyak memberikan harapan. Di penghujung tahun 2009 kemarin, negeri pimpinan Husni Mubarok yang diharapkan menunjukkan solidaritasnya sebagai sesama bangsa Arab, ternyata justru berbalik menjadi musuh dengan mendukung Zionis Israel dan Amerika. Mesir pun berdalih, pembangunan tembok baja yang telah mereka langsungkan, memiliki tujuan menjaga stabilitas kemanan nasional dan mencegah terjadinya penyelundupan senjata.


Dengan mewujudkan proyek tembok baja ini semakin memperjelas posisi pemerintah Mesir sebagai negara yang buta akan nasionalisme Arab dan tak memiliki rasa solidaritas terhadap nasib saudaranya seakidah di Jalur Gaza, di tengah terhimpitnya rakyat Gaza yang selama empat tahun menjalani hidup di bawah blokade yang dilegalkan dunia internasional. Apa pun alasannya, dengan tembok bajanya Mesir telah sukses menyempurnakan bangunan penjara terbesar dunia di Gaza dengan memenjarakan 1,5 juta jiwa penduduk, yang 50% diantaranya adalah anak-anak dan 80% masyarakatnya berada di bawah garis kemiskinan.

Saat ini 5,4 km dari 10 km total panjang perbatasan Mesir-Gaza telah ditanami Mesir dengan deretan tembok baja berkedalaman 20-30 m dan tebal 50 cm (al-jazeera.net). Untuk mewujudkan proyek ini Mesir tak perlu bersusah payah, karena cukup menanti kiriman kapal-kapal yang mengangkut tembok-tembok baja tersebut yang telah dipersiapkan dari Amerika. LSM HAM Arab yang berada di London membeberkan rahasia dibalik kualitas tembok ini; kekuatan baja yang digunakan dibuat tahan dari ledakan bom, selain itu juga tahan bakar, sehingga dipastikan aman dari upaya para pekerja penggali terowongan menembus tembok baja ini.

Tak cukup sampai di situ, proyek tembok baja yang pembuatannya melibatkan inteljen 4 negara; Mesir, Amerika, Prancis dan Israel ini, juga dilengkapi dengan alat pengintai. Pemerintah Obama telah membelanjakan 50 juta USD untuk membelikan alat-alat super canggih guna mengawasi tembok perbatasan, mulai dari kamera, alat penyadap dan alat pengintai lainnya. Prancis pun turut melengkapainya dengan meluncurkan satelit mata-mata jenis Helios 2B yang non stop mengawasi kawasan tembok baja tersebut.

Perbatasan yang memanjang hingga bibir laut tengah Mediterania ternyata juga dimanfaatkan oleh Mesir guna mendukung kuatnya proyek tembok baja ini. Dengan memompa air laut melalui pipa-pipa berdiameter 6 inchi di kedalamanan 30 m bawah tanah, ditargetkan mampu menggemburkan tanah sehingga tanah mudah longsor dan menyulitkan dibuatnya terowongan di seputar kawasan itu. Upaya ini yang dinilai dapat mencemarkan sumur-sumur di sekitar perbatasan. Karena air yang dipompa dari laut ini akan mempengaruhi sumber mata air dari sumur-sumur di Gaza, sehingga krisis air bersih pun diprediksikan oleh beberapa pakar akan menimpa masyarakat Gaza dalam waktu dekat.

Lantas, apa sesungguhnya yang diinginkan Mesir dari upaya ini, sehingga ia rela menggadaikan harga dirinya di mata dunia Arab secara khusus dan dunia Islam secara umum? Yang perlu dicermati secara mendasar adalah, membedakan keinginan pemerintah Mesir dan rakyat Mesir. Masyarakat Mesir yang mayoritas muslim merupakan masyarakat yang terzolimi oleh penguasa negerinya. Mayoritas mereka paham betul akan Yahudi sebagai musuh bersama, namun kediktatoran dan tangan besi pemerintah memaksa mereka untuk bungkam.

Mesir memiliki ketergantungan bahan dasar makanan pokok bangsanya berupa ‘isy dari gandum yang disuplai oleh Amerika. Maka jelas, membangkang kepada Uncle Sam sama artinya dengan menyengsarakan kebutuhan pokok rakyat, dan ini berpotensi marahnya rakyat yang berujung terancamnya kekuasaan. Sejauh ini ‘isy mendapatkan subsidi dari pemerintah, dengan cara ini pemerintah mendiamkan rakyatnya. Namun jika kebutuhan dasar ini goncang, maka teciptalah peluang emas untuk melakukan peggulingan pemerintah secara massif, dan ini yang ditakutkan pemerintah. Bagi mereka, lebih baik Al Aqsa tergadaikan dengan mengikuti keinginan Amerika dan Israel ketimbang kehilangan kekuasaan.

Lawan politik terberat bagi pemerintah Mesir adalah Ikhwanul Muslimin (IM). Sudah bukan rahasia lagi bila Ikhwanul Muslimin memiliki keterkaitan erat dengan pemerintah di Gaza yang dipimpin oleh Hamas. Karena organisasi ini berdiri di atas manhaj Ikhwani. Melonggarkan nafas Gaza, bagi Mesir sama saja dengan memberi nafas bagi lawan politiknya. Di sisi inilah letak kesamaan pemerintah Mesir dan Israel, atau lebih tepatnya mereka memiliki musuh bersama. Yaitu Hamas musuh bagi Israel dan IM musuh bagi pemerintah Mesir.

Namun kajian pemerintah Mesir untuk mengamankan posisinya dalam kekuasaan tak akan berumur panjang. Alih-alih ingin dianggap pahlawan di depan rakyatnya, pemerintah Mesir sebenarnya tengah menggali lubang kuburannya sendiri dan mengancam kehidupan rakyatnya di masa depan.

Israel tetaplah Israel yang dulu sukses memenangkan perang Arab-Israel dengan kelicikannya. Hal ini yang dikhawatirkan oleh rakyat Mesir yang sadar politik. Wujud asli Israel akan nampak ketika Gaza mampu dikuasai. Kalaulah pemerintah Mesir sadar, Gaza hingga kini sebenanya adalah tameng penyelamat bagi Mesir dari Israel. Jatuhnya Gaza sama artinya membukakan jalan lebar untuk Israel mencaplok daerah tetangganya yang tidak lain adalah Mesir. Obsesi Israel Raya yang terbentang dari Niel hingga Eufrat tentu bukan hisapan jempol belaka, dan impian lama itu masih terwarisi hingga terwujud. Dan Mesir saat ini tengah menjadi objek permainan dari Zionis itu.

Adapun Hamas dan rakyatnya di Gaza, kendati dikhianati berulang-ulang oleh Mesir dalam perjanjian-perjanjian gombal, Hamas tak jenuh untuk berupaya melobi Mesir. Tentunya tanpa mengurangi wibawanya sebagai pemerintah yang tangguh dalam menjaga bumi Gaza. Terbukti dalam perjanjian rekonsiliasi yang digagas Mesir beberapa bulan lalu, Hamas dengan tegas menolak isi kesepakatan yang lebih menguntungkan pihak Fatah. Penolakan Hamas untuk menandatangani isi perjanjian inilah yang disebut-sebut oleh salah satu media cetak Israel membuat Mesir berang dan berujung dengan pembangunan tembok baja seperti sekarang.