TKW Disetrum Polisi Malaysia, Diperkosa Calo, dan Terdampar di Tanjungbalai

TKW Disetrum Polisi Malaysia, Diperkosa Calo, dan Terdampar di Tanjungbalai ,Walau masih memendam trauma akibat disiksa majikannya di Malaysia, kesehatan Hartuti Handayani (24) TKW asal Dusun IV Pasar Baru, Kec Secanggang, Langkat berangsur pulih. Wanita berjilbab yang pernah disetrum Polisi Diraja Malaysia ini sudah mulai beraktivitas.

Luka bekas borgol di pergelangan tangan dan kakinya masih berbekas berwarna kehitam-hitaman. Tapi rasa sakit masih terasa dari lengannya yang pernah disetrum oleh Polisi Malaysia ketika dia ditangkap dan dikurung di dalam lokap alias sel.
Kemarin, Kabid KB dan Pemberdayaan Perempuan (PP) Pemkab Langkat, Rina W Marpaung, SSTP, MAP bersama Camat Secanggang, Dra Nilawati mendatangi Hartuti di kediamannya Desa Tanjung Ibus. Kepada keduanya, Tuti (bias dipanggil) berkeluh kesah tentang kejadian yang menimpanya.

Cerita Tuti, setelah ia berhasil kabur dari rumah majikannya, dia malah ditangkap Polisi Malaysia lalu digelandang ke balai atau kantor polisi. Nah, saat berada di sel, Tuti mendapat perlakuan yang tidak manuasiawi. Tangannya diborgol dan disetrum.

Barulah beberapa hari kemudian datanglah seorang lelaki bernama Efendi. Efendi adalah warga negara Indonesia menjadi calo di Malaysia. Kata Hartuti, Efendi diduga orang suruhan majikannya. Tapi berkat bantuan Efendilah, Turi dibebaskan lalu dibawa ke sebuah hotel.

Rupanya Efendi (diduga punya hubungan dengan calo di Langkat) telah punya rencana jahat. Di sebuah kamar tak diingatnya, Tuti diperkosa dua kali. Perbuatan biadab itu terjadi pada malam hari. Hartuti pun seperti dicabik-cabik hingga tak sadarkan diri.

“Aku tak tahu kenapa aku bisa sampai di Tanjungbalai,” kata Hartuti sembari mengatakan, ia ditolong seorang warga di Tanjungbalai lalu dibawa ke rumah sakit. Beberapa hari dirawat, kondisi Tuti berangsur pulih. Ia mulai bisa diajak berbicara meski kadang-kadang kalimatnya kacau.

Begitupun ingatan Tuti belum pulih. Namun, karena dokter yang merawatnya begitu sabar, Tuti kemudian mengingat nomor HP adiknya di Medan. Dari adiknya inilah keluarga mendapatkan kabar kalau Tuti berada di Tanjungbalai. Lalu penjemputan Tuti dipersiapkan. Beberapa sanak keluarganya diberangkatkan ke Tanjung Balai menjemput.

Sekarang kondisi fisik dan psikis Tuti belum sembuh total. Oleh Kabid KB dan PP Rina W Marpaung, Tuti dibawa ke Puskesmas untuk dirawat. Selain itu, seorang dokter khusus disiapkan untuk mengontrol dan mengawasi perkembangan kesehatan Tuti.

“Saat ini kondisi kesehatan korban mulai membaik dan kita telah menyiapkan bidan khusus yang menjagai korban. Tentang biaya-biaya perobatan, semuanya ditangung Pemerintah Langkat,” ujar Rina.

Ditegaskan Kabid yang baru menjabat satu tahun ini, pihaknya hanya menangani masalah fisik dan psikis korban, sedangkan terkait masalah hukum, harus dikoordinasikan dengan unit PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak) Polres Langkat.

Meskipun begitu, timpal Rina bukan berarti pihaknya lepas tangan dengan masalah ini.

“Kita akan terus mengikuti kasus ini, bahkan rencananya hari ini korban membuat laporan pengaduan ke Polres Langkat terkait calo yang mengirimnya ke Malaysia. Kita berharap calo-calo seperti ini ditindak tegas agar tidak jatuh korban seperti Hartuti,“ tegas Rina seraya menambahkan pihaknya sedang menjemput Tuti dan keluarga untuk dibawa Ke Polres Langkat.

Seperti yang diinformasikan 3 hari lalu, tepat 1 September 2009 Tuti di Selanggor Seksen VII Syah Alam, Malaysia. Tuti bekerja di rumah Syarifah Hindon dan Syech Alwi. Syech Alwi adalah mantan hakim di Singapura.

Hari pertama bekerja Tuti masih diperlakukan biasa. Tapi beberapa hari kemudian perlakuan semena-mena mulai didapatnya. “Waktu itu saya disuruh menghafal menu masakan mulai sarapan pagi, makan siang, sampai malam. Saya rasa itu wajar karena saya harus tepat menyajikan makanan,” ujar Tuti.

Hari berganti minggu dan Tuti mulai diperlakukan sesuka hati. “Kayaknya kita ini bukan manusia diangap sama mereka,“ timpal Tuti dengan pandangan kosong.

“Pernah saat saya membaca doa usai sholat malah diteriaki sekuat-kuatnya dan dilempar piring,” kenang Tuti.

Tapi yang paling parah ketika Tuti dikurung dalam kamar dan disuruh tidur di atas kuburan keramat yang ada dalam kamar itu.

“Aku nggak tahu kalau di dalam kamar ada kuburan keramat. Rupanya di bawah tempat tidur itu ada kuburannya. Aku disuruh tidur di situ,“ kata Tuti.

Selama disekap tubuh Tuti diikat persis seperti pocong. “Menurut majikanku, aku mau dijadikan tumbal. Katanya, mamak majikanku sedang mengidap kanker. Untuk penyembuhan aku mau ditumbalkan,“ katanya.Tuti mengaku mengetahui rahasia terbesar keluarga majikannya itu.

“Aku mengetahui kalau Syairah Hindon (ibu majikan) bukan anak kandung keluarga itu, melainkan anak tiri. Syariah itu seorang pejabat penting di Malaysia. Karena rahasia inilah aku setiap saat diancam-ancam majikan yang perempuan untuk tidak menceritakan kepada siapapun. Mungkin alasan itu jugalah mengapa mereka mau menumbalkan aku,“ tukas Tuti.

Mirisnya, sebelum Tuti disuruh tidur di atas kuburan keramat, Tuti disuguhi minuman mineral yang menurut majikan prianya adalah air yasin.

“Katanya saya bagus meminum air itu, tapi rupanya air itu air dadah (sabu-sabu-red). Sejak meminum air sabu-sabu tadi, pikiranku kosong. Saat itulah mereka mengurung aku dalam kamar yang ada kuburan itu,” sambungnya.

Tak tahan terus disika, tepat malam Jumat Tuti berhasil kabur setelah memukulkan gelas ke bagian kepala majikan perempuan. “Entah apa yang membuatku kuat, aku sudah nggak ingat lagi. Kurasa aku lari dari dalam rumah setelah memukul kepala majikan wanitaku dengan gelas,” pungkas Tuti yang kemudian ditangkap Polisi Diraja Malaysia.
Korban Kejahatan Polisi Malaysia
Nasib TKW dari Indonesia