Intel Polisi Siksa Siswa SMK, Dada dan tengkuknya ditinju Rambut Jambak

Intel Polisi Siksa Siswa SMK, Dada dan tengkuknya ditinju Rambut di Jambak, Seorang siswa SMK Yayasan Pabaku Desa Karang Rejo, Kec Stabat, Langkat, dianiaya oknum polisi di ruangan kepala sekolah. Dada dan tengkuknya ditinju berulang kali. Rambutnya dijambak, lalu pelajar itu dipaksa meneken surat bermaterai Rp6.000 plus dipaksa mengaku telah mencuri mesin DVD milik sekolah.

Adalah Ali Akbar (17) pelajar yang malang itu. Remaja duduk di kelas 3 warga Jl Binjai Tanjung Pura, Kel Pekan Tanjung Pura, Langkat ini dianiaya di depan kedua temannya; Purnomo Sinulingga (17) dan Dedek Irawan (17). Ketiganya dituduh telah mencuri satu unit DVD milik SMP Yayasan Pabaku yang masih satu yayasan dengan SMK Pabaku

Oknum polisi itu diduga masih kerabat dekat kepala sekolah, sengaja dipanggil untuk memaksa ketiganya mengaku telah mencuri aset sekolah. Namun karena merasa tak ada mencuri, ketiganya tak mau mengaku. Akibatnya, oknum polisi berpakaian preman itu menganiaya Ali Akabar.

Begini cerita Ali Akbar yang ditemui POSMETRO MEDAN, Senin (22/3) di Kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Langkat. Katanya, peristiwa ini bermula saat pihak yayasan kehilangan satu unit DVD dan batre pada Selasa (16/3) lalu. Korban yang tidak mengetahui hal tersebut tiba-tiba dipanggil Pak Usuf, guru mereka.

“Waktu itu aku sedang main bola sama kawan-kawan. Tiba-tiba Pak Usuf datang memangil, memintaku datang ke ruangan kepala sekolah. Aku nggak curiga sedikitpun dan langsung ke ruangan kepala sekolah,” kata remaja berkulit hitam manis ini.

Rupanya, di ruangan itu Ali Akbar diinterogasi Pak Usuf soal raibnya mesin DVD dan batre milik sekolah. Bukan hanya Ali yang dipanggil, dua rekannya; Purnomo Sinulingga dan Dedek Irawan juga ikut.

“Kau ada mengambil DVD sekolah!” tuduh Pak Usuf kepada Ali Akbar.

“Nggak ada saya ambil pak,” jawab Ali.

Begitu juga ketika Purnomo Sinulingga dan Dedek Irawan yang diinterogasi tak mengaku telah mencuri aset yayasan itu. Setelah memberikan jawaban, ketiga pelajar ini ke luar dari ruangan kepala sekolah.

Tapi persoalan belum usai. Esoknya, Rabu (17/3), saat Ali Akbar ngumpul bersama teman-temannya, ia dan dua sahabatnya kembali diperintahkan Pak Usuf untuk datang ke ruangan kepala sekolah. Ketiganya pun melangkah serentak. Tapi begitu masuk ke ruangan, seorang pria bertubuh kekar, berkulit hitam manis dengan suara garang sudah menunggu. Pak Usuf pun meninggalkan ketiganya bersama oknum polisi yang mengaku bertugas di Polresta Binjai.

“Saya anggota intel dari kepolisian. Kau ada mencuri? Kalau nggak mengaku nanti kau kupukul. Bagusan kau mengaku saja,” bentak oknum polisi itu.

“Saya nggak ada mencuri pak, saya nggak tahu,” jawab Ali Akbar.

Mendengar bantahan korban, oknum polisi itu naik pitam, langsung melepaskan tinju dan mendarat telak di dada kiri korban.

“Kau mengaku saja kalau kau yang mencurinya!” bentak oknum polisi itu sembari melayangkan satu pukulan lagi ke bahu korban yang diikuti dengan menjambak rambut korban. Walaupun dipukuli berkali-kali, tapi korban tetap tidak mengakui telah mencuri.

“Kalau gitu kau teken saja di sini,” perintah oknum polisi itu sambil menyerahkan selembar kertas kosong bermaterai Rp6.000.

”Aku dipaksa menandatangi selembar kertas bermaterai Rp6.000 itu,” aku Ali Akbar.

Setelah menandatangi surat itu, ketiga pelajar ke luar dari ruangan kepala sekolah. Sepulang sekolah, Ali menceritakan penganiayaan itu pada kedua orangtuanya.

Yanida, ibu Ali Akbar, jelas tidak senang anak bontotnya dipukuli bak kerbau.

“Yang sangat saya sesalkan, pihak sekolah tahu nomor handphone saya. Kalaupun anak saya bersalah, kan bisa menghubungi saya dan membicarakan masalah ini baik-baik. Bukannya memangil orang luar untuk mengintogerasi anak saya seperti ini. Jadi apa hubungannya polisi itu dengan sekolah,” protes Yanida. (darwis)

Bapaknya Provos pun Saya Tak Takut

YANIDA (42) ibu AA berang anaknya dipukuli bak kerbau oleh oknum polisi mengaku bertugas di Polresta Binjai itu. Yanida pun melabrak Kepala Sekolah SMP Pabaku, Masdar Hidayat. Ternyata, oknum polisi itu berada di ruangan Masdar Hidayat. Terjadilah cek-cok mulut.

“Sudah 20 tahun saya jadi polisi. Kalau masalah seperti ini jabatan akan saya pertaruhkan. Saya nggak takut dilaporkan ke mana pun. Jangan kan ke provos, bapaknya provos pun saya nggak gentar,” tukas oknum polisi itu kepada Yanida ketika menyampaikan keberatan soal penganiayaan anaknya.

Kecewa dengan sikap kepala sekolah serta komentar oknum polisi itu Yanida membuat pengaduan ke Polres Langkat hari itu juga, Sabtu (20/3). Pengaduan korban ditampung dengan No STPL/155/III/2010/SU LKT ditandatangani Bripka Arwanda Saputra.

“Apa urusa polisi dari Polresta Binjai datang memukuli anak saya di sekolah. Tindakan oknum polisi itu jelas melukai hati kami sebagai masyarakat yang seharusnya diayomi. Kami minta kasus ini diproses oleh Polres Langkat,” pintas Yanida melalui POSMETRO MEDAN.