Isu DPRD disuap sebesar 25 ribu Dolar pada Rapat Paripurna DPR RI

Isu DPRD disuap sebesar 25 ribu Dolar pada Rapat Paripurna DPR RI , Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) belum menerima pengaduan mengenai indikasi tindakan suap kepada anggtoa DPR sebelum pelaksanaan voting atas skandal bail out Bank Century pada Rapat Paripurna DPR RI, Rabu (3/3).

Mengingat belum ada pengaduan tentang kemungkinan politik uang tersebut, KPK pun belum mengambil sikap apakah akan menindaklanjutinya atau tidak. "Biasanya masuk ke pengaduan masyarakat. Setelah itu bagian pangaduan menelaahnya," kata Wakil Ketua Haryono Umar kepada Persda Network, Jakarta, Kamis (4/3).

Sebagaimana diberitakan stasiun televisi, antv, Kamis (4/3) dini hari, karena fraksi yang mendukung Opsi A yakni mendukung kebijakan bailout Bank Century, muncul isu lobi dengan suap sebesar 25 ribu dolar AS, sebelum voting pandangan akhir fraksi Rapat Paripurna DPR dilaksanakan. Kamera antv menangkap beberapa wanita sedang membagikan dua gepok amplop cokelat kepada sejumlah anggota fraksi jelang voting dilaksanakan.

Antv memberitakan, politik uang diduga dilakukan pihak satu fraksi pendukung kebijakan bail out, Partai Demokrat. Namun, saat itu pula anggota Fraksi Partai Demokrat membantahnya. Hayono Isman mengaku tidak menonton berita tersebut. Namun, ia tak ingin gegabah menilai kejadian itu sebagai upaya suap atau bukan. "Itu harus dibuktikan dulu. Kan bisa saja itu pembayaran jual beli," katanya.

"Tidak bisa juga dibilang suap. Belum tentu itu suap. Mesti kami harus tahu, itu (dua gepok amplop) untuk apa," pungkas Hayono, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga.

Partai Demokrasi menolak mentah-mentah tudingan bagi-bagi duit untuk memengaruhi fraksi lain dalam lobi antarfraksi dalam lanjutan rapat paripurna di DPR pada Rabu (3/3) malam. Demikian dikatakan anggota dewan Demokrat Ramadhan Pohan kepada Persda Network, Kamis (4/4).

"Enggak ada itu, enggak ada. Tidak ada Demokrat lakukan seperti itu. Kita menerima secara legowo keputusan paripurna semalam," ujar Ramadhan lewat sambungan telepon.

Dikatakan Ramadhan, pemberitaan yang memperlihatkan dua orang wanita memberikan dua gepok amplop cokelat berisi 25 ribu dollar AS kepada sejumlah anggota fraksi jelang voting dilaksanakan, hanyalah isu. "Itu isu tak bertanggungjawab terhadap Demokrat," ujarnya.

Menurut anggota dewan yang tercatat pada Komisi I tersebut, bahwa penggembosan isu tersebut ditargetkan memperburuk citra Demokrat. Katanya, "Isu itu disampaikan yang targetnya pada pemilu 2014. Itu gosip, itu isu."

Bahkan Ramadhan berkali-kali mengatakan bahwa Demokrat tidak seperti yang diberitakan tersebut. "Tidak ada main gepok-gepokan. Karena kita hanya memberikan informasi dan data saat lobi. Tidak ada lebih dari itu," pungkasnya.