Pakar Bisnis Online Penguatan Nilai Kurs Rupiah Dilematis ; Apresiasi kurs rupiah yang terus berlanjut seiring masuknya dana asing jangka pendek dinilai cukup dilematis dampaknya bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka panjang, penguatan kurs positif bagi perekonomian, tetapi dalam jangka pendek akan menghambat ekspor.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Mirza Adityaswara, Rabu (14/4/2010) di Jakarta, menjelaskan, nilai rupiah yang kuat akan menekan inflasi sehingga perbankan tetap bisa menjaga suku bunga kredit tetap rendah. ”Penguatan rupiah juga bagus bagi impor barang modal sehingga bisa menambah kapasitas produksi nasional jangka panjang,” kata Mirza.

Akan tetapi, kata dia, penguatan rupiah yang didorong oleh masuknya modal jangka pendek akan membuat gelembung aset di pasar modal dan keuangan jika tidak diiringi dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Artinya, gelembung aset akan terjadi jika kenaikan harga aset keuangan jauh lebih cepat dari kenaikan pertumbuhan ekonomi.

Karena itu, kata Mirza, pemerintah harus menyertai aliran modal masuk dengan pembangunan infrastruktur dan restrukturisasi industri manufaktur. Dengan infrastruktur dan restrukturisasi, industri manufaktur bisa lebih efisien sehingga bisa mengimbangi tekanan yang ditimbulkan oleh penguatan kurs.

Akibat penguatan kurs, ekspor produk manufaktur menjadi tidak kompetitif. Industri manufaktur yang berorientasi domestik juga tertekan oleh barang impor.

Kepala Ekonom BNI Tony Prasetiantono mengatakan, rupiah hendaknya berada pada ekuilibrium yang memenuhi dua syarat, yakni kredibilitas dan kompetitif. Artinya, rupiah yang kuat akan positif sepanjang tidak merugikan neraca pembayaran.

Deputi Gubernur BI Hartadi Sarwono mengatakan, derasnya dana asing yang masuk tidak perlu dikhawatirkan karena pemerintah dan BI selalu mendorong agar dana-dana tersebut diinvestasikan di sektor riil.

Dalam penutupan perdagangan kemarin, kurs rupiah berdasarkan kurs tengah BI berada di level Rp 9.009 per dollar AS, menguat dibandingkan sehari sebelumnya yang Rp 9.020 per dollar AS. Rata-rata kurs rupiah selama periode 1 Januari-14 April 2010 tercatat Rp 9.239 per dollar AS, jauh lebih kuat dibandingkan asumsi dalam APBN 2010 yang sebesar Rp 9.500 per dollar AS.