Sandhy Sondoro Pengamen Jalanan Indonesia Idola Jerman

Sandhy Sondoro Pengamen Jalanan Indonesia Idola Jerman, Banyak seniman musik besar bersliweran di ajang Jakarta International Java Jazz Festival 2010. Dari pengusung warna musik jazz murni, hingga Rn'B, fushion, soul, sampai pop. Dari nama John Legend, Toni Braxton, Kenny ''Babyface'' Edmon, Suolbop Special Edition, hingga Ole Patiselano, Eric Bennet, Griffith Frank, Manhattam Transver sampai Java Jazz Band.

Namun diantara berderet nama gagah dan angker itu, ada satu nama yang tiba-tiba seperti mencuri perhatian publik. Dia adalah Sandhy Sondoro, pemuda Indonesia yang sejak SMA mempertaruhkan nasibnya di Jerman. Sepuluh tahun dalam pengembaraannya, keponakan Ira Maya Sopha kelahiran 28 tahun lalu itu, langsung menarik perhatian publik musik Jerman pada khususnya, dan Eropa pada umumnya.

Pengamen jalanan yang memainkan tulang musik pop balada, folk, soul, dan jazz itu, pernah menduduki rangking kelima kontes pamer suara di ajang German Idol pada 2007. Setelah itu, berderet pretasi terus diukirnya.

Seperti mendapatkan kontrak dengan label Revolver Record di kota Berlin, Jerman, untuk merilis album perdana berbahasa Inggris bertajuk Why Don't We. Album perdananya itu, sebagaimana dikatakannya setelah memamerkan kemampuan musikalitasnya di Dji Sam Soe Flavor Lounge, pada hari perdana JIJJF Jum'at lalu, tak berapa lama setelah John Legend menjadi magnit utama di hari pertama festival, diedarkan untuk pasar Eropa, dan Amerika.

''Di luar perkiraan saya, ternyata tanggapan publik musik di sana, positif,'' katanya.

Nama Sandhy makin diperbincangkan ketika pada medio 2009 silam, dia menjadi jawara pertama New Wave 2009 di Jurmala, Latvia. New Wave 2009 adalah ajang menyanyi ''gelombang baru'', yang dinilai oleh 12 dewan juri, yang komposisinya terdiri dari musisi, dan pelaku industri musik di Rusia. Dia mengenangkan, pada saat itu, 11 dewan juri memberinya angka sempurna, 10. Sedangkan seorang dewan juri memberinya nilai sembilan.

Bentuk dari kemenangannya itu, dia mendapatkan kontrak untuk melakukan tur di Eropa Timur. Dari situlah, nama pemuda yang mengaku menjadi ''makmum'' Ray Charles itu, semakin tidak terbendung. Sehinggga membuat Eq Puradiredja, salah satu kurator JIJJF 2010 memaksanya untuk pulang kampung, dan menunjukkan kemampuannya.

Bukti betapa namanya sudah lekat dengan para penggemar musik new wave, makin nyata ketika pada Sabtu malam itu, Di A2 Electric & Fushion Hall, Glen Fredly ''yang punya gawe'' mengundangnya ke atas panggung untuk melakukan trio bersama Endah N Rhesa.

Setelah itu, di B1 Hall Hip Artist, lagi-lagi ''bintang yang sedang happening'' itu unjuk kemampuan. Pada malam terakhir penyelenggaraan festival jazz yang diklaim sebagai yang terbesar di dunia, paling tidak dari segi jumlah penontonnya itu, lagi-lagi Sandhy Sondora mempertunjukkan bakat besarnya bersama Diane Warren, Tyler Hamilton, Kelly Lavesque, dan Dira J. Sugandhi menembangkan ''Nothing Can't Stop Us Now''.

Apakah pemuda yang gemar menenteng gitar bolong itu akan benar-benar besar namanya pada saatnya nanti? Sejarah menunggunya.