TERTIPU CINTA LEWAT UDARA

Tanda-tandanya orang cinta selangit, pastilah mau berkorban apa saja demi si doi. Ya materil, moril, kalau perlu ……onderdil. Cuma jaman era gombalisasi sekarang ini, banyak wanita mental buaya juga. Tahu doinya begitu ngebet akan dirinya, langsung dimanfaatkan, diporoti dari waktu ke waktu. Sebaliknya si cowok, karena percaya akan ketulusan cinta kekasihnya, dia akan memenuhi segala permintaan sang idola. Padahal, banyak lelaki yang hanya dikadali: sudah keluar materil, moril, tapi nggak dapat onderdil.

Andaikan ada orang lelaki paling goblog se Kabupaten Ponorogo, mungkin Heru, 32, lah orangnya. Pacaran 7 tahun lamanya nggak dapat apa-apa, padahal sudah keluar uang Rp 500 juta. Tapi maklumlah, cinta Seoul - Ponorogo hanya dibina liwat telepon, sedangkan Ninik, 27, sejak 2003 sudah menikah dengan lelaki lain.


Ini pula lakon yang tengah ditapaki Heru, warga Desa Kepalarejo Kecamatan Babadan, Ponorogo. Selama menjadi TKI di Korea tahun 2001 hingga 2008, sebagian dananya mengalir pada kekasihnya di Surabaya, Ninik. Padahal Ninik sama sekali tak mengimbangi cintanya, kecuali harta dan uangnya semata. Goblok nggak? Pacaran hampir sewindu tak pernah ketemu langsung, kecuali mesra-mesraan lewat telepon saja. Padahal sementara melayani telepon-telepon mesra dari Heru, di rumah dia sedang “melayani” suami di atas ranjang!



Kejadian konyol itu dimulai tahun 2001 ketika Heru hendak mengurus persyaratan jadi TKI ke Surabaya. Di kota pahlawan itu dia kenalan dengan Ninik yang mengaku mahasiswa Akademi Perawatan. Yang sangat menarik perhatian Heru, selain cantik gadis ini berasal dari tetangga desanya di Kecamatan Babadan. Dia pun langsung berkhayal, bolehlah dia dijadikan istri sepulang dari Korea. “Punya istri tetangga desa kan nggak bikin repot, rombongan pelamar kan nggak perlu nginap,” kata Heru menggantang asap.

Antara Seol (Korea Selatan) - Surabaya terus dijalin lewat suara HP-HP jarak jauh. Apa lagi ketika Heru menyatakan ailap yu dan Ninik menjawab yes, hubungan keduanya bertambah mesra. Kata-kata sayank dan papa mama selalu berhamburan. Setiap mengakhiri telepon, Heru atau Ninik selalu bilang: peluk ciumku buatmu seorang. Lalu peluk cium via udara itu melayang-layang, entah tiba di Seoul tempat kerja Heru, apa malah nyasar ke Pyongyang, ibukota Kerea Utara yang komunis itu.

Heru tak tahu bahwa cinta Ninik atasnya tidak murni. Sebab setelah nampak intim, tanpa malu-malu si gadis minta bantuan keuangan dengan alasan untuk biaya kuliah. Namanya juga disambati (dimintai tolong) calon istri, tiap bulan Heru kirim duit Rp 3 juta. Ketika kiriman itu tidak cukup, Heru pasti mengirimkan lagi dana taktis. Padahal aslinya, duit itu untuk biaya hidup sehari-hari bersama suaminya. Sebab diam-diam di tahun 2003 Ninik menikah dengan lelaki lain.

Siasat Ninik untuk menjadikan Heru sebagai mesin uang memang canggih juga. Meski di rumah dia masih dikeloni suami, masih juga dia bisa melayani telepon dan desah-desah mesra “kekasih”-nya di negeri jauh. Apakah suaminya tak cemburu? Bagaimana mau