Universitas Lampung Ciptakan Robot Terbang

Tim robot Universitas Lampung beberapa kali mencetak prestasi nasional. Pernah meraih juara II Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) pada 2005 untuk jenis robot pemadam api. Tahun berikutnya, tim robot Unila harus berlega hati hanya sampai di babak final.

Sampai akhirnya, tim robot yang terdiri dari dosen dan mahasiswa jurusan teknik elektronika ini berinisiatif menciptakan robot terbang yang bisa dimanfaatkan untuk pembangunan pertanian di bumi Lampung ini.



Unmanned Aerial Vehicle (UV), begitu mereka menyebut wahana terbang tanpa awak itu, berupa pesawat terbang kecil. Staf Robotik Aero Modeling dan Teknik Digital, Teknik Elektro, Rano, mengatakan robot UV itu sudah dirancang sejak dua tahun ini.

"Tim robot selalu ikut kontes robot, kontes dan kontes terus. Sampai akhirnya kami berpikir apa yang bisa dilakukan untuk bumi Lampung. Sebenarnya ada robot udara, robot air, dan robot darat. Tapi, kami memilih robot udara yang bisa digunakan untuk menyurvei potensi pertanian di berbagai daerah di Lampung," kata Rino, Selasa (21-10).

Menurut Rino, penelitian wahana terbang tanpa awak atau UV itu bekerja sama dengan University of Kentucky. Beberapa penggunaan pesawat tanpa awal itu, misalnya untuk mengukur kesuburan tanah suatu lahan dengan menggunakan foto filter infrared®MDBU¯.



Asisten Laboratorium Teknik Digital, Ade, mengatakan pesawat tanpa awak itu terdiri dari GPS, sistim telemetri, web camera, dan foto kamera digital. Sebagian besar komponen pesawat terbuat dari aluminium dan fiber. GPS berfungsi untuk menentukan posisi koordinat pesawat.

Sistem telemetri juga berfungsi untuk menentukan koordinat pesawat sekaligus memotret kondisi lahan yang ada di bawahnya. Ada dua receiver (penerima) yang dipasang pada sistem UV. Pertama, receiver untuk remote control yang berfungsi sebagai pengendali pesawat dan receiver ke laptop untuk mengetahui koordinat dan potret lahan.

"Dari laptop kita bisa memantau ketinggian pesawat, kemiringan pesawat, posisi foto dari atas dan kondisi baterai," kata Ade.Ketinggian rata-rata pesawat di udara 150 meter dengan jarak kontrol sekitar 1--2 kilometer.




Menurut dia, pesawat tanpa awak ini sudah pernah digunakan untuk memotret lahan rencana lokasi pendidikan terpadu di Sulusuban, Lampung Tengah. Dan, potret udara lokasi bendungan karet di Lampung Timur.Ke depannya, ujar Ade, Tim Robotika dan Otomasi Unila akan menciptakan berbagai robot terbang yang bisa dimanfaatkan untuk pembangunan di bumi Lampung ini.