Data 5 Warga Lampung yang diduga terlibat terorisme Dipalsukan

Data 5 Warga Lampung yang diduga terlibat terorisme Dipalsukan, Data lima warga Lampung yang diduga terlibat terorisme sebagaimana dilansir Polda Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Senin (15/3) lalu kemungkinan dipalsukan. Kelimanya yakni Agus Sutan Sakti dan anak kedua, tiga, enam, serta tujuh lelaki asal Kelurahan Metro, Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro, itu. Berturut-turut Armen (42), Gusmeli (41), Adri (33), dan Gusneli (30).


Direktur Direktorat Intel dan Keamanan (Dirintelkam) Polda Lampung Kombespol Suroso Hadi Siswoyo menegaskan hal itu semalam (17/3). ’’Karenanya, ini akan kami perdalam,” ungkapnya. Selain dugaan pemalsuan data administrasi kependudukan, ia melontarkan kemungkinan lain. Yaitu hanya kesamaan nama. Sebab, Gusmeli, yang ditangkap Densus 88 Mabes Polri di Aceh, mengaku warga Desa Pelindungjaya, Kecamatan Gunungpelindung, Lampung Timur.

’’Adapun pekerjaannya di Lamtim sebagai guru mengaji di Masjid Al Jihad yang posisinya tidak jauh dari tempatnya tinggal,” terang Suroso. Ia menunjukkan pesan singkat dari salah seorang anggota Densus 88 kepada Radar Lampung.

Sebelum hijrah ke Aceh, Gusmeli sempat mampir ke Pondok Pesantren Almuksin di Kota Metro. Dari data awal yang diterima, Gusmeli pengikut Heru Liyanto, Sulaiman alias Sule, maupun Adu Batok yang telah lebih dahulu ditangkap.

’’Ketiga tokoh karismatik inilah yang menggerakkan Gusmeli untuk berangkat ke Aceh. Bahkan keempat orang ini singgah ke Jambi sebelum meneruskan ke Aceh,” paparnya.
Gusmeli, lanjutnya, merupakan istri dari Datuk Palimo, kelahiran Bukittinggi 18 Agustus 1945. Sementara Gusmeli sendiri lahir di Bukittinggi pada 7 Maret 1967.

Mereka memiliki satu anak kandung bernama M. Rizki yang lahir di Pelindungjaya pada 31 Januari 1999. Selain itu, satu anak angkat bernama Fifi Apianti yang lahir di Pelindungjaya 5 Januari 1995. ’’Data tersebut di atas dilengkapi surat keterangan dari kepala desanya,” beber Suroso.

Peran Gusmeli hanya support agen atau pendukung. Bukti kuat bahwa ia sebagai jaringan di level atas belum ditemukan. ’’Keterlibatannya sejak tahun 2006,” kata dia.

Bagaimana dengan Heru Liyanto yang semua identitasnya sama dan hanya berbeda umur? ’’Meski ada kesamaan, kami tetap berpegang pada data yang diberikan Mabes Polri,” singkat alumnus Akpol 1985 itu. sumber http://www.radarlampung.co.id/web/berita-utama/10597-data-5-warga-lampung-dipalsukan-.html