Julia Perez Dalam Pemilukada Pacitan dan Rasionalitas Pemilih

Julia Perez Dalam Pemilukada Pacitan dan Rasionalitas Pemilih ; Publik gerah terkena dampak sensasional Julia Perez (Jupe) yang kini tengah digadang-gadang maju dalam pencalonan Wakil Bupati Pacitan. Banyak yang tidak percaya perempuan seksi yang lebih dikenal lewat akting seksinya di layar lebar, ingin masuk meramaikan bursa pencalonan Wakil Bupati.

Ranah prestisius kekuasan politis yang disebut-sebut wilayah atau domain laki-laki ini, coba diraih oleh bintang seksi yang aktingnya dalam film Hantu Jamu Gendong yang bercerita tentang seorang penjual jamu gendong yang mati karena diperkosa lalu jadi hantu seksi yang gentayangan.

Julia Perez, atau sering disingkat Jupe (lahir 15 Juni 1980 terlahir dengan nama Yuli Rachmawati) adalah penyanyi dangdut, model, pemain sinetron dan presenter Indonesia. Ia seringkali berpenampilan dan berfoto seksi dan dijuluki "bom seks".

Ia memulai karirnya di Perancis. Perkenalannya dengan model pria Damien Perez (Yusuf Perez) yang kemudian menjadi suaminya membuka kesempatan awal dirinya tampil sebagai model majalah FHM dan Maxim di Perancis. Dengan penampilannya dalam FHM dan Maxim, Jupe mendapat nominasi 100 wanita terseksi versi majalah FHM dan Maxim.

Aksi perempuan cantik ini tetap terus meski puluhan perempuan yang tergabung dalam Aliansi Perempuan Pacitan menggelar aksi penolakan terhadap pencalonan Julia Perez (Jupe) sebagai bakal calon wakil bupati Pacitan dalam pilkada 20 Desember 2010 mendatang.

Jupe ditolak melalui berbagai orasi yang menghujat pencalonan Jupe. Massa juga mencari dukungan dengan menggelar tanda tangan menolak pencalonan Jupe di Pacitan dalam aksi yang digelar di Jalan Raya Panglima Sudirman. Salah seorang koordinator aksi, Ririn Subiyanti, mengatakan, hak untuk mencalonkan diri sebagai bupati atau wakil bupati Pacitan adalah menjadi hak pribadi warga negara Indonesia. Akan tetapi, harus diketahui latar belakang calon yang akan memimpin rakyat Pacitan.

Menurut Ririn, ada 10 alasan warga menolak Jupe. Salah satunya adalah indikasi artis itu melanggar Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi dalam setiap pose foto dan aktingnya. Selain itu, Jupe bukan warga Pacitan yang mengerti kebutuhan warga setempat. Meski kontroversial, majunya Jupe ini membuat Pacitan kota kecil tempat kelahiran SBY ini menjadi buah bibir dan mulai dilirik orang.
"Secara etika, kami tak mau dipimpin perempuan yang tak memberikan contoh perilaku baik bagi warga Pacitan," tambahnya kepada sejumlah wartawan. Hal yang sama diungkapkan aktivis perempuan lainnya, Esty Kusumawati. Warga Pacitan ini mengaku, Jupe tak memiliki kapasitas dan kredibilitas untuk memimpin Kabupaten Pacitan. Bahkan, soal status pernikahan Jupe yang tak jelas disinggungnya pula. "Yang jelas, orang pintar akan menolak pencalonan Jupe. Wong memimpin keluarganya sendiri tak bisa, apalagi memimpin warga Pacitan. Jelas tidak akan mewujudkan perubahan nasib bagi warga Pacitan," katanya.

Sementara itu, seusai membubuhkan tanda tangan dukungan menolak pencalonan Jupe, Esty menambahkan, warga Pacitan masih banyak yang pintar dan pandai serta memiliki etika untuk membangun Kabupaten Pacitan. "Kami tak mau dipimpin orang seperti Jupe," tandasnya.

Itu yang menolak, yang mendukung juga banyak. Menurut Renny Djajusman artis bergaya nyentrik itu, Jupe mempunyai nyali dan sulit dikendalikan jika mempunyai kemauan. "Dia anak muda yang kreatif, punya nyali, dan kalau sudah ada keinginan, susah untuk mengendalikannya," kata Renny Djajusman saat ditemui di acara ’Deklarasi Yayasan Peduli Artis dan Seniman’ di Warung Daun, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat,
Renny mengaku sudah kenal lama dengan pelantun ’Belah Duren’ itu. Banyak sisi positif yang bisa dibanggakan dari sosok Jupe. Kalau pun banyak kontroversi dan keraguan Jupe untuk memimpin Pacitan, itu dikarenakan banyak orang melihat keseksian Jupe dan aksi sesualnya di layar lebar.

Masalahnya sekarang, apakah kota Pacitan akan menyusul Kabupaten Tangerang atau Provinsi Jawa Barat yang menempatkan dua artis terkenal Dede Yusuf yang akhirnya menjadi Wakil Gubernur Jawa Barat dan `si Doel’ Rano Karno yang akhirnya terpilih menjadi Wakil Bupati Tangerang? Atau kandas seperti sejumlah artis yang mencoba peruntungan di jalur Pilkada seperti Marisa Haque yang gagal dalam Pilkada Banten atau Ayu Azhari. Ayu Azhari sebenarnya diminta dalam proses penjaringan Calon wakil bupati Pacitan, akhirnya mundur dengan alasan masih trauma kegagalannya dalam bursa Pilkada Sukabumi, Jawa Barat.

Apakah pemilih di pilkada Pacitan sungguh-sungguh memilih orang yang tepat dan memang memiliki kemampuan untuk memimpin Kabupaten Pacitan atau hanya tertarik dengan sosok Jupe yang terkenal dan populer di tengah warga gara-gara aksi sensual dan seksinya di layar film? Masihkah ada rasionalitas di kalangan pemilih aktif di Pacitan?

Calon wakil bupati?

Sebagai warga negara yang memiliki hak yang sama sebenarnya tak ada satu alasanpun yang bisa menghambat pencalonan Jupe, apalagi bila proses pencalonannya telah melalui partai politik sesuai aturan KPU setempat.

Sebagai lokasi tempat Jupe bakal maju dalam pilkada, Pacitan tak sebesar Jakarta dengan kompleksitas permasalahannya. Meski begitu ibarat magnet besar, kehadiran sejumlah artis cantik dalam pilkada membuat pamor kota kecil itu naik.

Besar kemungkinan sosok Julia Perez, dan sejumlah nama lain juga digadang-gadang parpol adalah berasal dari artis terkenal. Selain nama artis seksi Julia Perez (Jupe) tercatat dalam penjaringan Bakal Calon Wakil Bupati Pacitan, Jawa Timur, nama penyanyi dangdut Cici Paramida juga masuk.

Koordinator delapan parpol di Pacitan yang tergabung dalam koalisi amanat persatuan rakyat (Ampera), Sutikno mengemukakan itu di Pacitan awal April. Delapan parpol dimaksud, masing-masing adalah Partai Hanura, PAN, Gerindra, PBB, Patriot, PDP, PKPB, serta PKPI.

"Masuknya nama Julia Perez serta Cici Paramida ini kami sampaikan berdasar hasil penjaringan sementara. Tidak menutup kemungkinan nanti akan muncul nama-nama artis lain," kata Sutikno mengungkapkan.

Selain Jupe dan Cici, nama dua artis bersaudara Ayu Azhari dan Sarah Azhari juga sempat meramaikan bursa penjaringan yang digelar sejak awal Maret lalu. Namun, keduanya lantas mengundurkan diri. Versi Sutikno, Sarah mundur dengan alasan merasa tidak nyaman karena harus bersaing dengan kakaknya, Ayu Azhari. Sementara Ayu sendiri, akhirnya juga ikut mundur dengan alasan masih trauma kegagalannya dalam bursa Pilkada Sukabumi, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

Artis-artis ini akan mendampingi setidaknya sejumlah nama bakal calon bupati yang mendaftarkan diri melalui koalisi Ampera. Mereka adalah Lurah Bangunsari, Kecamatan Bandar, Sudarno; Kepala Dinas Kelautan dan Perikananan (DKP) Kabupaten Pacitan, Indartarto; serta Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pacitan, Suyantoro.

Angin segar juga berhembus dari Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Pacitan, Damhudi, mempersilakan Julia Perez maju sebagai calon wakil bupati Pacitan periode 2011-2015. Dia menilai Julia Perez alias Jupe memiliki peluang atau kesempatan untuk bertarung dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Pacitan pada Desember 2010 mendatang.

Damhudi menyatakan, sesuai aturan, seseorang yang berhak maju mencalonkan diri sebagai bupati dan wakil bupati harus warga negara Indonesia (WNI). Selain itu, berpendidikan minimal SLTA. Sedangkan, persyaratan materil yakni jika diusung oleh partai politik atau gabungan partai politik harus memperoleh suara sah minimal 15 persen dari total suara.

Kalau saja akhirnya Jupe lolos dalam penjaringan awal bursa calon Bupati dan Wakil Bupati maka Jupe akan bersaing dengan calon yang lain untuk memperebutkan posisi di Pacitan. Pertanyaannya, apakah Jupe akan diterima ’secara rasional’ oleh warga Pacitan tanpa memperdulikan bagaimana aksi panggung dan penampilan seronok Jupe selama ini, atau warga ikut-ikutan ’menolak’ Jupe dengan tidak memberi dukungan kepada pemain film ’Sumpah ini pocong’ tersebut? Masih adakah rasionalitas para calon pemilih di Pacitan?

Rasionalitas jungkir balik

Pemilu terkadang tidak menjadi wahana yang menempatkan rasionalitas di puncak mahkotanya. Ada banyak kesempatan pilkada justru menyingkirkan orang-orang hebat dan memiliki kemampuan tetapi justru memilih orang yang sebenarnya biasa-biasa saja tapi lebih populer dan disukai. Bisa saja kemenangan di pemilu gara-gara adanya kepercayaan calon pemilih kepada calon tanpa peduli apakah dia memiliki kemampuan teknis atau tidak.

Kepercayaan pada orang-orang yang bijaksana memang sering didasarkan atas rasionalitas, tetapi bisa saja tidak. Rasionalitas adalah suatu hasil dari proses berpikir, dimana orang memiliki kapasitas untuk memberikan alasan, untuk menjalani, memberikan kebenaran tertentu, atau dengan kata lain rasionalitas adalah sesuatu yang masuk akal.

David Hume, ahli filsafat asal Skotlandia, menyatakan orang bijaksana menitikberatkan pada bukti daripada hanya sebuah kepercayaan semata. Tetapi itu menurut Hume, belum tentu sesuai untuk warga Pacitan.

Terkadang rasionalitas dijungkirbalikan dan menciptakan realitas yang lain . BIla dilihat dari arti harafiahnya, Rasionalitas adalah kemampuan dan kemauan bersikap dan bertindak dengan menggunakan akal sehat.
Manusia diharapkan terus memelihara dan mengembangkan rasionalitas dan menjauhi irasionalitas dalam kehidupannya, mengapa?

Sebab rasionalitas dan akal budi yang sehat akan membimbing pertimbangan, sikap dan tindakan seseorang, terutama dalam menghadapi pilihan-pilihan sulit. Dengan demikian, rasionalitas ibarat sebuah mercu suar yang menjadi pedoman ke mana nahkoda kapal harus mengarahkan kapal saat badai dhasyat melanda di malam yang kelam.

Atau justru yang muncul adalah irasionalitas yang masih begitu lekat dengan budaya masyarakat Indonesia khususnya di pedesaan dan pelosok kampung.

Memang bila dilihat dari sosok Jupe sendiri, dia memang terlahir bukan dari Pacitan, tidak pernah bergerak di bidang politik, dan tidak mengenal wilayah Pacitan --kota yang memintanya menjadi Wakil Bupati. tapi pertanyaannya apakah sungguh para pemilih akan menggunakan hati nuraninya saat memilih calon terbaik untuk memimpin negeri ini?
Kalau Jupe maju dan menang, apa yang bakal terjadi? Bisa saja ini akan memunculkan fakta baru tentang ’kecenderungan’ pemilih yang hanya mementingkan nama populer seorang calon ketimbang melihat dari sudut kemampuannya.

Atau kemungkinan yang lain, adalah kesadaran bahwa siapapun dia bisa menjadi pemimpin, soal citra bisa diperbaiki dan disesuaikan tetapi dampaknya sosok yang populer itu bisa menarik perhatian dan bisa memperkuat partisipasi warga untuk mendukung pembangunan.

Dampak media?

Selain soal rasionalitas dan irasionalitas warga saat pemilihan umum, bisa saja kondisi ini dipengaruhi oleh gencarnya pemberitaan media massa khususnya televisi terkait pencalonan televisi. Kebudayaan industri khususnya televisi menyamarkan jarak antara fakta dan informasi, antara informasi dan entertainment, antara entertainment dan ekses-ekses politik.

Menurut Jean Baudrillard masyarakat tidak sadar akan pengaruh simulasi dan tanda(signs/simulacra), hal ini membuat mereka kerap kali berani dan ingin "mencoba hal yang baru" yang ditawarkan oleh keadaan simulasi : membeli, memilih, bekerja dan macam sebagainya.

Konsep Baudrillard mengenai simulasi adalah tentang penciptaan kenyataan melalui model konseptual atau sesuatu yang berhubungan dengan "mitos" yang tidak dapat dilihat kebenarannya dalam kenyataan. Model ini menjadi faktor penentu pandangan kita tentang kenyataan.

Segala yang dapat menarik minat manusia : seperti seni, rumah, kebutuhan rumah tangga dan lainnya, ditayangkan melalui berbagai media dengan model-model yang ideal, disinilah batas antara simulasi dan kenyataan menjadi tercampur aduk sehingga menciptakan hyperreality dimana yang nyata dan yang tidak nyata menjadi tidak jelas.

Dalam kasus Jupe, mungkin saja warga Pacitan ’ingin mencoba’ hal yang baru dengan memiliki wakil bupati yang cantik dan menarik, dan sosok Jupe adalah ’simulacra’ baru bagi masyarakat.

Jupe merupakan sebuah mitos baru bagi warga Pacitan untuk menggaet kerjasama yang baik dikalangan warga , sebab dengan kehadiran Jupe yang cantik dan menjadi idola laki-laki diharapkan bisa menciptakan kesadaran baru warga untuk aktif dalam pembangunan.

Tanpa sadar, Jupe dijadikan sign bagi parpol pengusungnya untuk meraih sumpati dan dukungan politik. Sebagai sarana ’penggaet’ suara bagi parpol dengan menggunakan figur cantik kontroversial macam Julia Perez.

Bisa saja karena sebab lain, Jupe melejit dan meraih simpati warga karena ada fenomena baru dalam masyarakat informasi yang disebut sebagai masyarakat jaringan.

Dalam bukunya The Rise of The Network Society (2000), Manuel Castells mengatakan, revolusi teknologi yang berpusat pada teknologi informasi mulai membentuk kembali basis material dari masyarakat kita.

Perubahan-perubahan terjadi tidak hanya di bidang teknologi informasi, namun juga di bidang politik, budaya, ekonomi dan hubungan sosial. Di era informasi ini paradigma patriarkalisme banyak diserang oleh kaum feminis, relasi lelaki dan perempuan dan anak-anak dalam keluarga didefinisi ulang.

Era ini juga ditandai dengan banyaknya sistem politik yang dilanda krisis legitimasi, terkoyak di antara skandal dan intrik dan survivalitasnya tergantung pada bagaimana media.

Hal ini kemudian menempatkan media ( khususnya) elektronik menjadi ruang politik yang utama. Menurut Castells, ini yang menjadi ciri khas masyarakat informasional global, media menjadi penghubung warga negara dalam tindakan-tindakan politik mereka. Artinya warga mendapatkan informasi dan membentuk pendapat mereka melalui media massa khususnya televisi, sehingga bisa saja pilihannya terpengaruh isi media dan mengalahkan rasionalitas mereka.

Atau apakah yang bakal muncul di Pacitan adalah rasional komunikatif. Meminjam istilah Jurgen Habermas , rasionalitas komunikatif ini sudah tertanam di dalam akal budi manusia itu sendiri, dan di dalam kemampuan mereka berkomunikasi satu sama lain, sehingga akan selalu ada dan tidak mungkin dihilangkan selama manusia itu masih ada.

Habermas mau mengkritik rasionalitas masa lalu. Rasional yang lebih dipandang sebagai rasionalitas instrumental, yakni bentuk rasionalitas yang mengutamakan kontrol, dominasi atas alam ataupun manusia untuk menghasilkan efektivitas dan efisiensi, dan prioritas pada hasil yang paling maksimal.

Jika menggunakan konsep rasionalitas semacam itu, maka manusia akan terasing satu sama lain, terutama karena mereka memperlakukan manusia lainnya sebagai benda untuk mencapai tujuan mereka masing-masing.

Jika yang salah adalah rasionalitas manusia yang telah menjadi melulu instrumental, maka solusinya adalah rasionalitas yang bersifat komunikatif yang terletak di dalam kemampuan manusia untuk mencapai kesalingpengertian terhadap manusia lainnya, yakni di dalam bahasa.

Proyek pencerahan termasuk acara-acara dan berita yang diterima warga lewat televisi memang terkadang membawa dampak buruk bagi peradaban manusia, tetapi dampak baiknya juga tidak dapat dilupakan begitu saja.

Perang informasi memang memakan korban, ada ketidak percayaan di sana-sini, ada miskomunikasi dan misinformasi yang semakin besar, tetapi kemampuan manusia untuk menggunakan akal budinya juga bertambah, dan dimana sumber masalah ada, biasanya disitulah sumber solusinya.

Artinya, bisa saja Julia Peres dilihat bukan sebagai pemain film sensual yang hanya mampu mengumbar kemolekan tubuh dan keberanian aktingnya, tetapi dilihat sebagai manusia populer yang disukai dan dikenal banyak orang, dan lewat dia maka partisipasi politik di pacitan menjadi lebih baik dan pada gilirannya bisa membawa Kabupaten pacitan menjadi Kabupaten yang bisa membanggakan dan menyejahterakan warganya.

Di sisi lain lewat komunikasi yang intens warganya, akan menumbuhkan kesadaran baru bahwa siapapun bisa mendapat kesempatan untuk melakukan yang terbaik buat Pacitan, tidak peduli siapa dia dan label yang ditempelkan di punggungnya. penalaran kompas.com