Analisa Menguatnya Kurs Rupiah

Pakar Bisnis Online Analisa Menguatnya Kurs Rupiah, Berlanjutnya penguatan kurs rupiah dan kurs negara berkembang seharusnya tidak perlu membuat kita heran, karena hal ini sudah diperkirakan sebelumnya. Pada awal tahun, Institute of International Finance memprediksi aliran modal masuk ke negara berkembang akan meningkat dari US$435 miliar pada 2009 menjadi US$722 miliar pada 2010.

Negara berkembang di Asia diperkirakan mendapat limpahan aliran modal masuk terbesar karena prospek pertumbuhan ekonomi Asia lebih tinggi daripada negara berkembang lainnya. Walaupun sudah diperkirakan, dari sisi waktu, aliran modal masuk ke pasar keuangan Indonesia yang terjadi dalam 1 bulan terakhir memang membuat kita terperanjat.

Di dalam negeri sejak awal Januari transaksi pasar modal agak lesu karena kondisi politik memanas pada saat DPR membahas kasus Bank Century. Faktor luar negeri sempat membuat kita pesimistis ketika Presiden Barack Obama pada Januari mengatakan bahwa pemerintahnya akan membuat aturan yang membatasi kegiatan spekulasi di pasar keuangan (kegiatan proprietary trading).

Krisis utang di Dubai pada akhir 2009 dan kemudian disusul krisis fiskal di Yunani pada Januari 2010 yang menambah keresahan investor pasar keuangan. Investor menahan napas ketika China pada Januari dan Februari mengetatkan kebijakan moneter dengan menginstruksikan perbankannya menahan laju kredit properti dan menaikkan giro wajib minimum sebanyak dua kali ke posisi 16,5%.

Pada awal Maret, Australia kembali menaikkan suku bunga untuk keempat kalinya ke level 4,0%. Sementara itu, India menaikkan suku bunga 'repo' ke posisi 5,0%. Kendati demikian, dalam sebulan terakhir banyak berita yang cukup bagus. Di dalam negeri, situasi politik kembali normal setelah huru-hara kasus Bank Century selesai dibahas di DPR pada 3 Maret.

Investor pasar keuangan lega bahwa para politisi cukup dewasa untuk tidak memaksa pemakzulan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Ini positif bagi pasar keuangan karena berarti stabilitas politik dan keamanan yang menjadi tulang punggung kepercayaan investor terhadap negara ini dapat terus terjaga.

Perbaikan rating

Tidak lama setelah selesainya kasus Bank Century, lembaga pemeringkat kredit S&P pada 12 Maret menaikkan peringkat Indonesia menjadi BB dengan 'outlook positif'. Bahkan lembaga pemeringkat kredit Fitch pada Januari sudah lebih dulu menaikkan peringkat kredit ke BB+.

Jika kondisi politik aman dan Indonesia mempertahankan kebijakan yang berhati-hati pada tiga bidang yaitu fiskal, neraca pembayaran serta perbankan, dalam 1 tahun lagi Indonesia mungkin akan kembali meraih peringkat investment grade. Komitmen negara ini untuk melanjutkan reformasi birokrasi dan hukum akan membantu membawa Indonesia kembali ke peringkat investment grade.

Sekadar kilas balik, Indonesia kehilangan peringkat investment grade 12 tahun yang lalu pada saat terjadi krisis keuangan 1998, yang mana hanya bisa secara perlahan membaik ke level saat ini. Potensi investment grade mempunyai dampak yang besar terhadap aliran modal masuk ke Indonesia serta berimplikasi positif terhadap berlanjutnya penguatan kurs rupiah ke posisi Rp8.500-Rp8.900 per dolar.

Dengan mencapai predikat investment grade maka perbankan internasional serta para fund manager asing akan menaikkan portofolio kredit dan investasi mereka ke Indonesia. Potensi penguatan renminbi juga berdampak positif kepada apresiasi kurs negara-negara di Asia.

Selain faktor dalam negeri, faktor pemulihan ekonomi global juga merupakan hal yang memberi akselerasi positif. Berita minggu lalu di Amerika Serikat, dunia usaha negara itu mulai menarik kembali tenaga kerja sebanyak 162.000 orang. Di Eropa indeks produksi manufaktur-khususnya di Inggris, Jerman, Prancis, Belanda, dan Austria-juga mulai menunjukkan penguatan.

Kekhawatiran akan kenaikan suku bunga di Amerika Serikat bisa diredam karena setelah muncul pernyataan Gubernur Bank Sentral bahwa suku bunga akan dipertahankan sangat rendah pada waktu yang cukup lama.

Faktor eksternal lainnya adalah meredanya kekhawatiran akan krisis fiskal di Yunani dan negara-negara Eropa lainnya (biasa disebut sebagai PIGS-Portugal, Italy, Greece, Spain). Komitmen Uni Eropa dan IMF pada 25 Maret untuk menolong Yunani telah membuat pasar keuangan kembali tenang.

Aliran dana ke pasar modal

Investor yakin bahwa sumber pertumbuhan ekonomi dunia berada di Asia, yang mana Indonesia merupakan negara Asia yang populasi penduduknya besar dan berusia muda, memiliki sistem perbankan yang sehat, serta kebijakan fiskal yang berhati-hati.

Penguatan rupiah untuk Indonesia berdampak positif, yaitu mengurangi tekanan inflasi yang datang dari barang impor. Melemahnya tekanan inflasi akan membuat Bank Indonesia tidak perlu terburu-buru menaikkan suku bunga.

Di sisi ekspor, karena komoditas ekspor Indonesia saat ini didominasi oleh barang tambang dan perkebunan, penguatan rupiah tidak mengurangi daya saing produk tersebut berhubung kompetitor untuk produk tambang dan perkebunan tidaklah banyak.

Aliran dana masuk ke pasar modal Indonesia pada kuartal I/2010 cukup signifikan. Aliran dana investor asing masuk ke SUN sejak awal Januari 2010 hingga akhir Maret naik sebanyak Rp 23 triliun menjadi Rp 131 triliun.

Aliran dana investor asing masuk ke SBI meningkat Rp24 triliun yaitu dari Rp44 triliun menjadi Rp68 triliun. Pembelian bersih investor asing pada periode yang sama di pasar saham meningkat Rp3,5 triliun. Sisi positifnya adalah biaya dana menjadi lebih murah.

Pada periode akhir Desember 2009 hingga Maret 2010, yield surat utang negara (SUN) berjangka waktu 3 tahun membaik dari 8,5% menjadi 7,9%. Yield SUN berjangka waktu 10 tahun membaik dari 10,2% menjadi 9,1%.

Di pasar saham, kapitalisasi pasar tiga perusahaan terbesar meningkat di atas 11%, yaitu Astra Internasional Tbk meningkat 23%, Bank Mandiri Tbk naik 19%, BCA Tbk 18% yang menunjukkan keyakinan investor akan prospek sektor konsumsi/otomotif dan perbankan.

Price to earning ratio (PER) Indonesia saat ini sekitar 14 kali, masih relatif murah dibandingkan dengan India dan China yang berada di atas 18 kali. Oleh karena itu, kemungkinan indeks saham pada tahun ini meningkat ke atas 3.000 menjadi semakin terbuka, didorong oleh saham sektor perbankan, otomotif, semen, konsumsi, batu bara, dan lain-lain. Saham sektor telekomunikasi yang tertinggal pun juga mulai diburu investor.

Lantas Apa yang harus kita waspadai?


Kita jangan terlena. Penguatan rupiah dan rendahnya suku bunga dolar membuat korporasi Indonesia kembali meningkatkan pinjaman dari luar negeri. Pinjaman dari luar negeri meningkat US$23 miliar, yaitu dari US$149 miliar (akhir Desember 2008 ) ke posisi US$172 miliar (akhir Desember 2009), di mana utang luar negeri sektor swasta meningkat US$11 miliar menjadi US$73 miliar.

Di satu sisi kondisi itu menunjukkan kepercayaan perbankan dan investor global terhadap Indonesia telah pulih. Namun, di lain pihak pemerintah tetap harus memonitor rasio utang sektor swasta dan pemakaian utang tersebut apakah untuk kegiatan produktif atau untuk kegiatan impor barang konsumtif. Penguatan rupiah yang akan meningkatkan impor, bisa membuat neraca pembayaran tidak sehat.

Pada sisi lain, penguatan rupiah kian mempersulit ekspor produk manufaktur. Sektor manufaktur Indonesia selama ini berperan 26% terhadap ekonomi, akan tetapi selama bertahun-tahun ini tumbuh di bawah ekonomi nasional.

Restrukturisasi industri manufaktur membutuhkan keberanian pemerintah melakukan reformasi sektor tenaga kerja, melanjutkan reformasi birokrasi di pusat dan daerah dan membangun infrastruktur.Jika kita tidak bisa mengelola ekspektasi investor pasar keuangan, potensi pembalikan arus modal bisa setiap saat terjadi.