Saat Yang Tepat Untuk Berinvestasi di Indonesia

Saat Yang Tepat Untuk Berinvestasi di Indonesia, Indonesia sekarang ini menjadi negara penting untuk tujuan investasi asing. Dengan laju pertumbuhan 4,5% tahun lalu dan perkiraan meningkat menjadi 5,5%-6% pada tahun ini, Indonesia tengah memetik imbalan atas penerapan kebijakan ekonomi yang tepat dan pengelolaan utang yang bertanggung jawab.

Awal bulan ini, Organisasi Kerja sama dan Pembangunan Ekonomi (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) menaikkan peringkat klasifikasi risiko Indonesia ke posisi empat. Hal ini memungkinkan bagi Bank Ekspor Impor (Exim) AS dan lembaga peminjam lainnya untuk menurunkan exposure fees hingga 20%-25%, yang berarti secara signifikan menurunkan ongkos pinjaman.

Ada berita yang lebih menggembirakan lagi. Kemarin AS dan Indonesia telah menandatangani perjanjian Korporasi Investasi Swasta Luar Negeri (Overseas Private Investment Corporation/OPIC). Kesepakatan ini merupakan isyarat bahwa Indonesia menyambut baik investasi asing.

Perjanjian baru tadi menyediakan tambahan dana sebesar US$1,4 miliar untuk kegiatan OPIC di Indonesia dalam bentuk pendanaan, asuransi risiko politik dan investasi.

Delegasi Bank Exim AS tiba hari ini menandai kedatangan mereka yang ketiga kalinya di Indonesia dalam waktu kurang dari setahun. Mereka datang untuk menjajaki peluang pendanaan/investasi di sektor infrastruktur, energi dan transportasi.

Energi bersih

Pada saat yang bersamaan, kegiatan Badan Perdagangan dan Pembangunan AS yang paling aktif di Asia Tenggara adalah di Indonesia, dengan proyek-proyek mulai dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sampai penerbangan.

Saat Menteri Perdagangan AS Gary Locke berkunjung ke Indonesia Mei nanti untuk membawa misi Energi Bersih, beliau akan menggarisbawahi betapa matang sektor tersebut sebagai sasaran investasi di Indonesia.

Sejumlah peraturan tengah diperbarui dan dirampungkan dalam persiapan untuk memperluas kapasitas PLTP di Indonesia.

Perusahaan Listrik Negara (PLN) baru-baru ini menyelesaikan negosiasi untuk proyek PLTP Sarulla berkapasitas 340 MW di Sumatra Utara.

Proyek PLTP Sarulla merupakan contoh sempurna tentang bagaimana Indonesia dapat mencapai sasaran-sasarannya di bidang energi bersih dan keamanan energi melalui kemitraan dengan perusahaan internasional, dalam hal ini sebuah konsorsium antara Medco Energy International, Ormat International dan Itochu.

Saat ini Indonesia juga berusaha untuk meningkatkan akuntabilitasnya di sektor energi dan sumber daya alam dengan menjadi salah satu negara kandidat untuk program Prakarsa Transparansi Industri Ekstraktif (Extractive Industries Transparency Initiative/EITI).

EITI adalah sebuah komitmen untuk melakukan transaksi sumber-sumber daya alam secara transparan. Saat ini program EITI sedang menunggu persetujuan dari Presiden Yudhoyono, dan setelah beliau menandatangani persetujuannya, komitmen ini akan menjadi salah satu yang terkuat di dunia.

Industri kreatif

Sementara itu, Indonesia juga mencari berbagai peluang untuk mengembangkan industri kreatifnya, terutama di sektor perfilman. Produser film Eat, Pray, Love yang dibintangi Julia Roberts, melakukan pengambilan gambar di berbagai lokasi di Bali pada tahun lalu. Para produser acara televisi Survivor pun sedang mempertimbangkan Indonesia sebagai lokasi pengambilan gambar untuk musim berikutnya.

Perkembangan-perkembangan ini menandakan berakhirnya keengganan Hollywood untuk membuat film di Indonesia. Manfaat dari perkembangan ini jauh melebihi keuntungan ekonomisnya karena sebuah industri film yang terbuka dan maju adalah cara efektif untuk menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia sudah tidak lagi seperti yang digambarkan dalam film The Year of Living Dangerously. Sebuah babak baru dalam sejarah Indonesia telah dimulai.

Namun, berbagai kesempatan untuk maju tidak hanya terbatas pada model-model bisnis yang sudah lazim selama ini. Sembilan orang delegasi dari Indonesia akan berkunjung ke Washington DC 2 minggu lagi untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Kewirausahaan yang akan digelar oleh Presiden Barack Obama.

Para pemikir-pemikir kreatif ini merupakan contoh dari apa yang bisa dicapai dengan terbukanya berbagai kesempatan. Selain itu, Indonesia juga telah menunjukan minatnya untuk menjadi tuan rumah bagi kelanjutan dari KTT tersebut di tingkat lokal, yang akan ditujukan bagi para wirausahawan generasi berikutnya.

Indonesia membutuhkan investasi sedikitnya US$140 miliar untuk 5 tahun mendatang guna memperbaiki infrastruktur dan memenuhi target Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 6%-7% setiap tahunnya.

Dua pertiga dari pendanaan tersebut harus berasal dari investasi luar negeri. Pada Konferensi Tingkat Menteri Asia Pasifik tentang Infrastruktur, pemerintah Indonesia akan mengedepankan sejumlah proyek infrastruktur besar seperti jalan tol dan pembangkit tenaga listrik.

Dalam tahun-tahun mendatang, Indonesia akan mencari mitra investasi untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur lainnya melalui kemitraan antara pemerintah dan sektor swasta. Di tengah tanda-tanda pertumbuhan ekonomi yang sehat dan stabilitas yang semakin tinggi, kini adalah saat yang tepat untuk berinvestasi di Indonesia.

Kami akan terus bekerja sama dengan rekan-rekan dari Indonesia untuk mendukung berbagai kebijakan dan program yang akan membuat Indonesia menjadi tujuan pertama bagi para pengusaha AS yang bersungguh-sungguh. Indonesia akan menyambut lebih banyak pebisnis internasional dan AS selalu siap menjadi mitranya.