Gempa berkekuatan besar bukan kali ini saja mengguncang Sumatera Barat. Meskipun demikian, dampak kerusakan dan korban jiwa gempa 7,6 SR pada Rabu (30-9) pukul 17.16 WIB adalah yang paling besar.
Sebelumnya, pada 12 September 2007, Sumatera Barat juga dihantam gempa 8,4 SR, dan pada 6 Maret 2007 dengan 6,3 SR. Provinsi berjuluk Ranah Minang ini termasuk yang paling sering diguncang gempa dahsyat dalam dua tahun terakhir (selengkapnya dalam tabel). Mengapa bencana sering melanda Sumatera Barat, yang selalu dirindukan warganya di perantauan. Mengapa Minangkabau, "Kampuang nun jauah di mato, gunuang sansai baku liliang, takana jo kawan-kawan nan lamo, sangkek basuliang suliang".
Kalimat-kalimat itu menunjukkan warga Minang yang sering disebut urang awak selalu terkenang kampungnya meski jauh di mata. Dengan keelokan dan keindahan alam serta persaudaraannya, warga Minang selalu rindu untuk pulang kampung yang selalu syahdu dengan tiupan sulingnya.
Lalu, dalam alenia ketiga lagu Kampuang Nun Jauah Di Mato itu disebutkan, "Takana jo kampuang, induk ayah adik sadonyo, raso mangimbau ngimbau den pulang, den takana jo kampuang".
Melalui kata-kata itu, warga Minang juga menyatakan kerinduannya dengan kampung halaman yang selalu dikenang meski jauh di mata. Namun, tanpa disangka-sangka, Kota Padang dan wilayah lain di Sumatera diguncang gempa dahsyat. Masihkah Ranah Minang elok dan layak dirindukan?