Pria paroh baya di santap Buaya Hitam panjang Tujuh meter

Pria paroh baya di santap Buaya Hitam Panjang Tujuh meter, Apes nian nasib Beddu (55), petani di bantaran Sungai Santan, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur. Pria paroh baya ini menjadi santapan buaya hitam sepanjang tujuh meter.

Buaya besar yang dijuluki 'monster' Sungai Santan itu menerkam Beddu, Kamis (11/2/2010), sekitar pukul 17.50 Wita. Ketika itu Beddu hendak mengambil air wudhu untuk salat azhar. Lokasi kejadian berjarak sekitar 300 meter di belakang rumah korban di RT 01 Desa Santan Ulu, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kukar.

Beddu yang sehari-hari bekerja sebagai petani, diterkam buaya saat sedang mengambil air wudhu di sungai yang berjarak sekitar 300 meter dari belakang rumahnya. "Kejadiannya sekitar pukul 17.00. Korban mau mandi dan wudhu untuk salat azhar," ujar Kepala Desa Santan Ulu, Hery Budianto, saat ditemui di rumah korban, Jumat (12/2/2010).

Hery menuturkan, sebelum kejadian, korban pamit ke istrinya, Lijah (51), hendak mandi dan wudhu. Saat itu, istri korban sempat melarang karena hari sudah jelang senja. Korban disarankan untuk mengambil air wudhu di rumah saja. Tapi karena tubuhnya yang cukup kotor sepulang dari kebun, korban tetap melakoni kebiasaannya mandi di sungai.

"Perkiraan kami, kejadian bukan saat mandi, tapi saat ngambil air wudhu, karena baju yang dikenakan ke kebun sudah dicuci dan ember sudah terisi air,"tutur Hery.

Kasmawati, saksi mata yang melihat buaya saat menyeret korban ke dalam sungai, awalnya tidak mengira kalau korban yang diseret 'monster' Sungai Santan adalah Beddu. Karena saat itu dia melihat korban yang mengenakan handuk putih, timbul tenggelam dalam sungai. Dia mengira itu seekor anjing. "Saya lihat, tapi saya kira itu anjing warna putih dimakan buaya, ternyata itu warna handuk korban,"katanya.

Tak ayal, peristiwa tragis itu langsung menggegerkan warga di bantaran Sungai Santan. Pencarian langsung dilakukan dengan melibatkan sekitar 40 warga dengan menggunakan tiga perahu. Pencarian malam itu sia-sia. Mereka baru menemukan korban sekitar pukul 09.00, hari berikutnya, setelah sejumlah warga berinisiatif menyusuri bantaran sungai ke arah hilir.

Mereka menemukan potongan kaki kiri korban. Mereka memastikan organ tubuh itu milik korban. "Baru kaki kiri ditemukan. Lokasinya sekitar dua kilometer ke arah hilir, tapi kami berusaha mencari bagian tubuh lainnya," ujar Mardi, warga setempat.

Proses pencarian korban tidak menggunakan pawang karena warga menganggap tidak ada lagi pawang mumpuni yang bisa menangkap monster buaya tersebut.

Kejadian buaya menerkam manusia sudah seringkali terjadi dan diperkirakan
pemangsanya adalah buaya yang sama. Data yang dihimpun keganasan 'monster' Sungai Santan mulai meningkat sejak tahun 2005.

Hingga saat ini tercatat sudah empat warga Desa Santan Ulu jadi korban, di antaranya Syamsuddin alias Godam diterkam tahun 2005, Anto (20) jadi korban 2008, Masjan (55) korban tahun 2009, dan terakhir Beddu yang dimangsa Kamis kemarin. "Perkiraan kami sebenarnya sudah ada 8-10 orang yang dimakan buaya di Sungai Santan ini," ujar Saharuddin, tokoh masyarakat Santan Ulu.

Kini, warga yang hidup di bantaran Sungai Santan mengaku tak berani lagi mandi di sungai. Padahal sebelumnya, sungai berair keruh kecoklatan selebar 20 meter dan kedalaman 8 meter itu merupakan sumber air bersih warga. "Dulu kami sering lomba renang di sungai itu. Tapi sekarang tidak ada lagi yang berani,"ujar Saharuddin.