Bupati Madiun Ditusuk Warganya, Tindakan Yunus Trianto (31), alias Yuyun yang nekat menusuk Bupati Madiun Muhtarom dengan obeng tidak pernah diduga sebelumnya oleh keluarga dan tetangga dekatnya. Pasalnya, selama ini sosok Yunus Trianto dikenal kalem dan rajin beribadah di masjid dekat rumahnya.
Yunus bersama istri, Hani, dan anak tunggalnya, Ridwan, tinggal di Jalan Nias RT 60 RW 10 Desa Kincang Wetan, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun. Rumahnya persis berada di belakang Masjid Ibaadur Rohmaan. Di depan masjid itu terdapat lapangan cukup luas. Di lapangan itulah insiden penusukan terjadi. Sedangkan, di sisi kanan rumah itu ada Puskesmas Pembantu Desa Kincang Wetan. Di sela bangunan rumah, masjid, dan puskesmas itu ada jalan tembus di tengahnya.
Sebetulnya di rumah itu Yunus menumpang di rumah orang tuanya, Mochamad Salam dan Winarti. Mochamad Salam merupakan pensiunan pegawai Perhutani KPH Madiun dan kini menikmati masa tua di kampung itu. Sedangkan, Winarti kesehariannya sibuk di rumah sebagai ibu rumah tangga.
Kemarin, rumah orang tua Yunus itu tampak lengang. Tidak ada aktifitas yang mencolok di rumah dengan arsitektur joglo kuno, berdinding kayu jati, dan bercat hijau tua itu. Pintu rumah tertutup rapat. Namun, salah satu pintu yang ruangan di dalamnya tampak langsung menuju dapur itu terbuka. Di dalamnya, orang tua Yunus, Winarti terlihat sibuk memasak.
Ketika ditemui, Winarti seolah enggan untuk membicarakan kejadian yang dialami anaknya itu. Wajahnya menunjukkan raut sedih yang teramat dalam. Dia seolah tak pernah menyangka kalau anak keduanya itu nekat melakukan tindakan itu.
“Sepertinya bukan dia (Yunus, red) yang melakukan itu. Sebelumnya, tidak ada tanda tanda kalau dia akan melakukan perbuatan itu. Dia tidak sedang marah atau emosi. Saya juga tidak tahu kenapa dia tiba tiba nekat menusuk bupati dengan obeng itu,” ujar Winarti dengan terbata-bata.
Winarti tidak sanggup melanjutkan cerita kejadian yang dialami anaknya itu. Bahkan, dia meminta agar keluarganya diberi ketenangan dulu sementara. “Mohon maaf, saya sudah tidak sanggup lagi. Saya serahkan semuanya pada Allah. Kalau pun dia (Yunus, red) khilaf, saya sebagai orang tuanya mohon maaf yang sebesar besarnya,” ucap Winarti.
Setelah itu, Winarti menutup pintunya dan rumah itu kembali lengang. Istri Yunus, Hani, setiap hari berdagang plastik dan bahan kue di pasar tradisional yang ada di desa itu. Sedangkan, anaknya, Ridwan sekolah di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sukolilo duduk di kelas 3. Saat itu, istri dan anak Yusuf tidak ada di rumah.
Menurut Agustin, salah seorang perawat di Puskesmas Pembantu Desa Kincang Wetan, yang telah puluhan tahun mengenal keluarga Yunus mengungkapkan, sebetulnya keseharian keluarga Yunus di lingkungan sekitar cukup baik. Keluarga itu dikenal ramah dan terbuka.
“Bu Hani itu hampir setiap hari datang ke puskesmas ini. Dia juga sering membantu puskesmas kalau ada kegiatan. Dulu, Ridwan itu juga dilahirkan di puskesmas ini dan saya sendiri yang menolongnya,”ujar Agustin.
Dalam kesehariannya Yunus memang dikenal kalem dan pendiam. Namun, dia paling rajin beribadah salat jamaah di masjid depan rumahnya itu. “Namun, dia bukan takmir masjid. Ya jamaah biasa,” ujar Agustin.
Dulu, Yunus memang pernah bekerja di servis elektronik. Namun, sudah setahun ini dia berhenti. Dia kini membantu istrinya berdagang di pasar. Kesibukannya kalau pagi setelah subuh, dia mengantar istrinya ke pasar.
Setelah itu, dia pulang ke rumah untuk memandikan anaknya, Ridwan. Selanjutnya, dia mengantar anaknya ke sekolah yang jaraknya sekitar 3 kilometer. Sekitar pukul 10.00 WIB, dia menjemput istrinya di pasar dan kembali pulang ke rumah. Kemudian, sekira pukul 12.00, dia menjemput anaknya di sekolah. Itulah kesibukan Yunus sehari hari dalam setahun terakhir.
Agustin mengaku sebetulnya sudah berinteraksi cukup lama dengan keluarga Yunus. Terutama dengan istri dan anaknya. Mengenai Yunus, sebetulnya tipikal orang yang tidak neko-neko. Namun, kata Agustin, kalau sedang emosi atau marah, Yunus sulit mengendalikannya.
“Dia sepertinya sulit mengontrol emosi kalau sedang marah. Istrinya pernah menceritakan hal itu pada saya,” ujar Agustin. Sementara itu menurut tetangga dekat Yunus lainnya, Joko Suwarno, yang sudah tinggal di kampung itu selama puluhan tahun mengatakan, sebetulnya keluarga Mochamad Salam itu cukup dihormati di kampung itu. Mereka dikenal suka terlibat dalam kegiatan sosial di masyarakat.
“Pak Salam itu sering srawung dalam kegiatan sosial maupun kegiatan keagamaan di kampung. Mereka juga aktif sebagai jamaah di masjid,” ujarnya.
Sejauh yang dia tahu, keluarga Mochamad Salam itu cukup terbuka dan tidak ikut dalam aliran garis keras. Namun, semasa masih bujang dulu, Yunus dikabarkan pernah ikut kelompok qurut yakni kelompok pegiat yang mengajak warga untuk selalu salat berjamaah di masjid. Selain itu, kelompok ini juga sering mengadakan kegiatan kegiatan keagamaan yang melibatkan masyarakat setempat. “Tapi, setelah dia berkeluarga jarang sekali dia terlibat dalam kegiatan kelompok qurut itu. Dia lebih banyak berdiam di rumah,” ujarnya.
Setelah kejadian penusukan terhadap bupati itu, sikap warga sekitar terhadap keluarga Mochamad Salam biasa saja. Sebab, warga sekitar mengetahui persis kalau orang tua Yunus tidak tahu menahu soal tindakan nekat yang dilakukan oleh Yunus.
Joko mengaku pada malam kejadian itu, dia bersama warga lainnya juga ikut acara sarasehan dan menyaksikan pementasan lawak Kirun Cs. Sebetulnya, kata dia, warga semuanya perhatiannya tertuju pada Kirun Cs yang sedang beraksi. Namun, perhatian warga kemudian dialihkan adanya insiden penusukan terhadap bupati itu.
“Sebetulnya, aksi Kirun malam itu lagi seru-serunya. Eh tidak tahunya, ada insiden itu sehingga warga yang ikut sarasehan ikut heboh,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Selasa lalu, Yunus saat itu menusuk bupati dengan obeng tajam. Aksi nekatnya itu dipicu karena dia merasa kesal lantaran tidak puas dengan jawaban yang diberikan bupati pada saat ada tanya jawab dengan warga.
Secara spontan, sekitar tengah malam, Yunus pulang ke rumah mengambil obeng yang bekas dia pakai untuk servis elektronik itu lalu dia kembali ke lapangan. Tanpa basa basi, dia lalu mendekat ke bupati dan seolah ingin bersalaman. Pada saat itulah, dengan cepat dia menusukkan obeng itu ke perut sebelah kanan bupati.
Tusukan pertama mengenai sabuk dan tusukan kedua sempat menggores perut bupati. Namun, dengan cepat beberapa orang yang berada di dekat bupati langsung mengamankan Yunus. Saat itu, bupati langsung dibawa ke Puskesmas Pembantu Desa Kincang Wetan. Sedangkan, Yunus langsung diamankan ke Mapolres Madiun.