Ciri Ayam Cemani Kualitas Super : untuk melihat ciri ciri ayam cemani yang kuaitas nomor wahid ada beberapa kriteria untuk Yang jantan berat rata-rata 1,8 kg. Bentuk kepalanya kecil, oval memanjang mirip buah pinang. Jengger bilah berukuran sedang, tipis, bergerigi tujuh buah dan berwarna hitam legam.
Pial sepasang berukuran sedang. Cuping telinga kecil, juga berwarna hitam pekat. Paruh kecil dan panjang, sedikit melengkung ujungnya, berwarna hitam mengkilat. Lidah, langit-langit dan tenggorokannya berwarna hitam sedikit abu-abu. Mata bulat besar, berkesan tajam, berwarna hitam dan berbinar-binar. Kulit, daging dan urat pun berwarna hitam. Begitu juga tulangnya pun hitam mengkilap. Darahnya berwarna merah kehitam-hitaman.
Di seluruh bulu tak ada warna lain kecuali hitam mengkilap. Bulu hias di leher, punggung dan pinggang kecil-kecil panjang, mengkilap. Bentuk badan ramping dan tegap, dan membentuk sudut 60 derajat bila berdiri tegak. Bulu ekor pokok hampir lurus, panjang sekali hingga menyentuh tanah.
Paha dan kakinya ramping padat dan panjang, membulat. Sisik kakinya teratur rapat dan berwarna hitam mengkilap. Jari kaki sedang dan hitam pula warnanya. Telapak kakinya halus dan pada tiap ruas terdapat benjolan bundar berkulit jangat, berwarna hitam kusam.
Kuku-kukunya kecil dan panjang, melengkung, berujung runcing, serba hitam warnanya. Tajinya pun hitam legam, berukuran kecil, agak melengkung dan runcing. Sementara yang betina kurang lebih ciri-cirinya sama, namun berat rata-rata hanya 1 kg.
Menurut sejarah, sebetulnya yang bernama ayam kedu, tak melulu yang berbulu hitam. Dahulu banyak juga ayam kedu yang berwarna putih (bulu putih kapuk, paruh putih, mata bening, kaki putih), lurik skul (bulu lurik-lurik hitam dan putih), dan gondang (bulu merah kekuning-kuningan dan belang-belang hitam).
Tapi jenis yang bukan hitam tersebut sudah tak ada lagi. Mereka sengaja dimusnahkan masyarakat. Sejarahnya diawali sejak terjadi perang Clash II tahun 1949. Ketika itu Jendral Gatot Subroto sedang bergerilya di sekitar Temanggung. Dia tertarik pada ayam kedu yang berbulu hitam. Kemudian sekitar tahun 1953, ketika menjabat Panglima Kodam di Kalimantan, Jendral itu memesan ayam kedu hitam sebanyak 500 ekor untuk dikembangkan.
Dengan adanya pesan yang amat besar, terjadilah rembuk desa di antara warga. Dalam rapat tersebut diputuskan bahwa tiap warga desa hanya boleh memelihara ayam kedu yang berwarna hitam saja. Yang bukan hitam wajib dimusnahkan agar tak mengotori dan terjadi kawin campur dengan ayam cemani.