Penyaluran Kredit Korporasi Perbankan Meningkat

Menurut Direktur Korporasi Bank BNI Krishna R. Suparto, sepanjang tiga bulan pertama 2010, bank berlogo angka 46 tersebut sudah mengalirkan kredit korporasi sebesar Rp 44,99 triliun. Pencapaian kredit tersebut tumbuh 6,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak Rp 42 triliun. "Ketika tercapai 42 triliun itu kurs Rp 11.500 per dollar AS. Hitungan sekarang Rp 9.100 per dollar AS," kata dia, Senin (3/5) lalu.

Meski penyaluran kredit korporasi perbankan di kuartal pertama tahun ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sebagian bank belum merasa puas. Salah satunya Bank BNI.

Menurut Krishna, pertumbuhan kredit kuartal pertama biasanya memang terbilang kecil. Hal ini rutin terjadi karena perusahaan masih memiliki kelebihan uang dari hasil penjualan pada tahun sebelumnya. Walhasil, para pengusaha belum begitu membutuhkan pendanaan dari perbankan.

Direktur Keuangan Bank Danamon Vera Eve Lim mengamini pendapat Krishna. "Seperti sebuah tradisi, penyaluran kredit biasanya lebih tinggi memasuki kuartal kedua dan kuartal-kuartal selanjutnya," jelas Vera. Namun, ke depan, dia memperkirakan para bankir harus bekerja ekstra keras dalam menyalurkan kredit. Maklum, bunga obligasi lebih rendah dari bunga kredit perbankan.

Beberapa obligasi perusahaan yang berperingkat menetapkan bunga di kisaran antara 8,5% - 11%. Padahal, masih bunga kredit korporasi yang bertengger di kisaran 12% sampai 13%.

Namun Direktur Korporasi Bank Central Asia (BCA) Dhalia Ariotedjo tidak sependapat. Menurut Dhalia, bunga obligasi dan bunga kredit tak jauh berbeda. Kalaupun ada yang lebih rendah, hal tersebut sangat tergantung pada rating alias peringkat perusahaan yang menerbitkan surat utang tersebut.

Oleh sebab itu para bankir tetap optimistis bahwa ke depan keran kredit korporasi bakal mengalir lebih deras. Salah satunya faktor yang membuat para bankir yakin adalah target pertumbuhan ekonomi kita yang tahun ini bisa mencapai 6%.

Menurut Krishna, jika ekonomi membesar, pasti ada pertumbahan usaha. "Selanjutnya, akan ada kebutuhan financing, entah untuk modal kerja, pembelian bahan baku, maupun peralatan produksi," tegas Krishna.