Seks Gratis untuk Delegasi Konferensi Iklim PBB

Seks Gratis untuk Delegasi Konferensi Iklim PBB, Delegasi dunia yang berkumpul di Konferensi Iklim PBB di Kopenhagen, Denmark, menarik perhatian banyak pihak, termasuk para wanita tuna susila (WTS). Mereka menghangatkan suasana delegasi dengan menawarkan servis sahwat bari para anggota delegasi konferensi tersebut. Persatuan Pekerja Seks Komersial Denmark menyatakan akan memberikan servis gratis bagi para anggota delegasi. Langkah ini mereka ambil sebagai bagian dari protes untuk menentang kebijakan anti-prostitusi yang dikeluarkan Pemerintah Kota Kopenhagen. Demikian seperti diberitakan Times of India, Senin (7/12/2009).
Para pekerja seks komersial tersebut sebelumnya merasa terganggu dengan sebuah iklan pada kartu pos yang intinya berisi larangan untuk menikmati layanan seks, yang diedarkan di salah satu hotel tempat para delegasi konferensi menginap.

Para PSK yang merasa tersinggung atas iklan tersebut akhirnya mengumumkan akan memberi pelayanan seks gratis bagi anggota delegasi, dengan membawa kartu pos yang diedarkan pihak hotel. Selain itu mereka juga mengundang para manajer hotel di Denmark guna menanyakan mengenai maksud dari iklan tersebut.

Prostitusi di Denmark memang dianggap bukan pekerjaan yang ilegal, untuk itu para pekerja seks komersial memprotes keras kebijakan yang dianggap mereka merugikan profesi mereka.

Ada 15.000 delegasi dari 192 negara yang bakal hadir dalam konferensi itu. Selain itu ada sekira 100 kepala negara dan 5.000 wartawan dari berbagai dunia sepanjang konferensi yang berlangsung 7-18 Desember itu.

Pertemuan ini digambarkan oleh beberapa ilmuwan sebagai pertemuan terpenting yang pernah terjadi di dunia.Keamanan di kota ini ditingkatkan karena akan dihadiri oleh 100 pemimpin dunia dan sekitar 15.000 delegasi dalam pertemuan yang akan berlangsung selama dua pekan mendatang. Menjelang pembukaan, juru runding perubahan iklim PBB Yvo de Boer mengatakan pembicaraan sejauh ini dalam kondisi yang menjanjikan.Dia mengatakan kalau banyak negara yang berjanji untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

”Belum pernah dalam 17 tahun perundingan iklim banyak negara yang membuat banyak komitmen, ini belum pernah terjadi,” katanya.

De Boer mengatakan tawaran bantuan teknologi ramah lingkungan untuk negara negara miskin juga mengalami kemajuan dan kemajuan juga terjadi pada pembicaraan soal visi mengenai pengurangan karbon dalam jumlah besar di tahun 2050.

Afrika Selatan menjadi negara terbaru yang menawarkan pemotongan emisi dengan jumlah target yang realistis.

Sebelum KTT dimulai Afsel menawarkan untuk memotong sepertiga dari pertumbuhan emisi karbon dalam satu dekade mendatang, tergantung dari bantuan dana dan bantuan teknologi dari negara negara yang lebih kaya.

Untuk menekankan pentingnya KTT ini, 56 koran dari 45 negara akan memuat pemberitaan yang sama pada hari Senin untuk memperingatkan kalau perubahan iklim akan ”menghancurkan planet kita” kecuali sebuah aksi disetujui, demikian laporan harian Inggris the Guardian.

Pemberitaan yang akan dimuat dalam 20 bahasa sudah disepakati para editor sebelum KTT Kopenhagen dimulai.

Pemerhati lingkungan merencanakan aksi demonstrasi di Kopenhagen dan diseluruh dunia pada tanggal 12 November untuk mendorong delegasi untuk mencapai kesepakatan yang kuat.

Setiap persetujuan yang dicapai di Kopenhagen ditujukan untuk mengganti target protokol Kyoto tahun 1997. Target yang dibuat di Kyoto akan berakhir pada tahun 2012.

Perundingan di Kopenhagen akan dimulai hari Senin dan lebih dari 100 pemimpin dunia akan tiba minggu depan untuk mencapai sebuah perjanjian.

Perdana Menteri Denmark Lars Lokke Rasmussen dan Rajendra Pachauri, kepala badan ahli lingkungan PBB akan menjadi pembicara dalam sesi pembukaan KTT.

Pemimpin dunia yang telah menyatakan hadir dalam pertemuan ini termasuk Presiden Barack Obama, Perdana Menteri Inggris Gordon Brown, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dan Perdana Menteri India Manmohan Singh.

Topik utama yang akan menjadi bahan perundingan diantaranya adalah :

* Target untuk mengurangi emisi gas kaca, terutama di negara berkembang.
* Bantuan dana untuk mitigasi perubahan iklim bagi negara berkembang.
* Skema penjualan karbon ditujukan untuk mengakhiri pengrusakan hutan pada tahun 2030.

Menggaris bawahi ambisi kesuksesan KTT ini, De Boer mengatakan: ” Saya kira apa yang akan kita lihat dari hasil di Kopenhagen adalah sebuah paket keputusan yang akan berkomitmen pada rencana jangka panjang.”

“Yang pertama, negara negara kaya akan mengurangi emisi mereka. Kedua, apa yang akan dilakukan negara negara berkembang adalah membatasi pertumbuhan emisi dan yang ketiga memberikan bantuan keuangan yang akan membantu negara berkembang untuk beradaptasi dengan perubahan iklim.”

Tetapi, optimisme De Boer tidak sepenuhnya diikuti oleh semua orang. Sejumlah negara kepulauan kecil yang paling terancam akibat perubahan iklim mengkhawatirkan tingkat harapan internasional atas setiap persetujuan yang akan dicapai akan terlalu tinggi

Dan sebuah riset terbaru pada hari Minggu mengungkap kalau kurang dari sepertiga uang yang didapat perusahaan penerbangan dalam skema perdagangan karbon yang digunakan untuk mengurangi emisi.