Ajaran Seks bebas Ajaran sesat Satrio Piningit Wateng Buwono

Ajaran Seks bebas Ajaran sesat Satrio Piningit Wateng Buwono
Wajah Dunia Islam indonesia kembali terhenyak, tatkala muncul satu lagi ajaran/aliran (sekte) yang menamakan dirinya Ajaran Satrio Piningit Wateng Buwono. Aliran kepercayaan yang menjadikan hubungan seks bersama-sama maupun tukar pasangan sebagai jalan bertemu “sang pencipta”
Pengikut aliran ini sering bernyanyi di tengah malam. Aliran bernama Satria Piningit Weteng Buwono ini bermarkas di Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pemimpin aliran, Agus Imam Solichin, mengharuskan para pengikutnya (terdiri atas pasangan suami-istri) melakukan hubungan seks di satu ruangan. “Paling ramai pada tahun 2005. Ada enam pasang suami istri yang ikut,” kata A Kusmana (58), pengikut Satria Piningit Weteng Buwono


“Acara ritual itu tidak terikat waktu, kapan saja boleh melakukan,” imbuhnya. Dia juga mengatakan bahwa syarat menjadi pengikut aliran Satria Piningit harus sudah berkeluarga. Menurut Kusmana, pada saat para pengikut aliran melakukan hubungan intim, sang pemimpin, Agus, berdiri di kamar yang sama dan menyaksikan para pengikutnya menjalani ritual tersebut.

Kusmana mengaku pernah hadir di ruangan untuk ritual seks bareng ini. “Saya pernah ikut ritual, satu kali. Saya sudah telanjang, istri saya juga telanjang. Tetapi kami tidak melakukan, malu. Tetapi teman-teman pada main,” ujarnya.
Menurut Kusmana, tidak ada tukar pasangan dalam seks bersama itu. “Tidak sampai tukar-tukar pasangan,” tuturnya. Tetapi, Warta Kota menerima informasi dari beberapa warga setempat bahwa aliran tersebut mengizinkan pengikutnya bertukar pasangan saat menjalam ritual hubungan intim. “Biasanya dilakukan pada malam Jumat,” kata seorang warga.

Aliran Satria Piningit mengenal pengakuan dosa. Para pengikut aliran yang mengaku dosa dimandikan oleh Agus. “Kalau kami merasa bersalah, kami dimandikan. Untuk yang laki-laki telanjang, untuk perempuan saya tidak tahu,” ujar Kusmana.
Menurut Kusmana, Agus memiliki 40 pengikut, 12 di antaranya anak-anak. Namun, Kusmana tak tahu persis apa yang dilakukan Agus terhadap anak-anak tersebut. Agus, imbuhnya, memiliki seorang istri dan tiga anak. Tidak ada yang mencolok dari para pengikut aliran ini. Mereka hanya kompak memakai gelang batu giok dan ikat kepala warna merah putih.

sumber